Prologue

233 40 3
                                    

20 September 2020

''Mamah! . . . Nawa update status tentang cowok nih, pasti mamah di hide deh.''

Aeera menegakan tubuhnya dengan segera, berlari kecil menuju halaman belakang seraya menggenggam erat ponsel di tangannya dengan sangat antusias. Terlewat antusias, sampai-sampai terus berlari dengan tergesa, tanpa memperdulikan kemungkinan barang yang akan ia tabrak di depannya.

''Ih, Kakak!"

Nawa yang mendengarkan teriakan Aeera, refleks melempar ponsel di tangannya ke lantai dengan asal, disusul dengan berlari riuh mengejar kakaknya yang telah lebih dahulu berada beberapa meter didepannya seraya menangis panik.

Aeera yang melihat adiknya kalap, hanya tertawa puas dibuatnya, seraya mengeluarkan lidah menjulur kepada adiknya untuk meledek. "Bodo amat."

"Kakak bohong mah, jangan percaya!''

''Bohong darimana? statusnya alay begini, lagian aku gak di hide sih, Sukurin.''

Nawa menangis kencang seraya terduduk panik di lantai.Bukan terduduk seperti biasanya, mungkin lebih tepat disebut sebagai ajang pelampiasan kekesalannya saat ini, bisa dilihat, Nawa sedang merajuk dengan kedua kakinya yang tidak bisa diam karenanya. ''Mamah . . . ''

Aeera yang menyaksikan hanya mengangkat bahunya acuh. Terlalu puas untuk membiarkan adiknya lagi-lagi menangis kesal karenanya. ''Biarin, bilangin bu guru.''

''Aeera, Nawa, kalian kenapa sih, malam-malam masih berantem aja?''

Bia, ibundanya. Menggelengkan kepala dengan pusing. Di setiap malam pasti ada saja ulah kedua anak perempuannya itu, dan selalu berakhir dengan Aeera yang menjahili adiknya hingga menangis. Jika bukan ia yang melahirkan Aeera, pastilah anak itu sudah ia ceburkan ke kolam ikan sekarang saking menjengkelkannya.

"Buat pusing aja setiap malam. . ."

Aeera yang ditanya seperti itu, hanya menyengir meledek seraya mengangkat ponsel di tangannya seolah meminta Bia untuk segera melihatnya. ''Tuh kan apa aku bilang . . . Nawa itu udah cinta-cintaan, mamah sih gak pernah percaya.'' tutur Aeera dengan jengkel.

''Enggak, Kakak bohong, dasar nenek lampir!'' Ujar Nawa seraya mengusap wajahnya yang telah sepenuhnya basah oleh air mata. "Mana ada nenek lampir secakep aku? . . . nanti princess-nya insecure duluan sebelum ceritanya dimulai."

Bia berdecak kesal mendengarnya. Kalau tidak segera dibenahi, bisa-bisa keributan menyebalkan ini akan terus berlangsung hingga matahari terbit. ''Nawa itu masih kecil, gak boleh main pacar-pacaran dulu ya.'' ujar Bia dengan lembut.

''Aku gak main pacaran kok, cuman main tiktok!'' Aeera menghela napas prihatin dibuatnya. ''Tuh kan, handphone itu emang bawa pengaruh buruk buat anak kecil mah, jual aja mending.'' sahut Aeera dengan menggebu.

Bia menggelengkan kepalanya pusing. ''Sana kamu tidur aja Ra, besok harus kuliah kan? . . . biarin, nanti handphone Awa biar mamah yang periksa.''

''Mamah . . .''

Aeera tersenyum puas, menundukan diri sekali lagi hanya untuk menatap adiknya yang masih jengkel karenanya. Sebelum di detik selanjutnya segera berlari memutar ketika mendapati adiknya akan melemparkan sebuah botol minuman plastik kepadanya. Tanpa basa-basi lagi, Aeera segera melangkah kaki untuk segera pergi dari sana. ''Sukurin.''

''Heran deh, lagian masih kecil juga, status udah cinta-cintaan, dasar alay.'' Aeera menggerutu pelan seraya bergegas melangkah kaki menuju kamarnya.

Gadis itu membuka pintu putih di hadapannya, mematikan saklar dan bergegas menuju nakas secepat mungkin. Tangannya masih siaga untuk memegang ponsel miliknya, membuka beberapa aplikasi, sebelum akhirnya memutuskan untuk pergi ke alam mimpi.

Bila esok kau tertawa lepas entah dengan siapa,
ketahuilah aku orang pertama yang paling merasa lega.

Bila esok kau digenggam erat entah dengan siapa,
ketahuilah tanganku menjadi raga yang pertama ikhlas mendengarnya.

Dan bila esok kau berbahagia,
ingatlah hatiku adalah tempat pertama yang diguyur hujan
tak henti-hentinya.

A b o u t h e t i c

S e n d.

Kirim status kepada : Kae:)

_________________________________________

#Author Note

Halo!

Selamat membaca; Cerita pertama di akun yang udah cukup lama, maaf, kalau terdapat kalimat yang rancu atau kurang jelas, karena masih belajar juga, dimohon pengertiannya.

a moment to be honest, amtbh [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang