12. Paper love, for laugh

43 33 0
                                    

Juni 2018

♫ Ali Gatie - It's You

kita ini sama, terlarut oleh cerita fana, yang menuntut bahagia lewat sebuah luka

''Ezrajha kelas sebelas satu, Kri?''

Mendengar penuturan tersebut, membuat Aeera refleks menoleh, menempatkan pandangannya kepada salah satu perkumpulan perempuan yang paling riuh di sudut kantin. Siapa lagi kalau bukan, geng cabe-cabean Selona. Meskipun yang sebenarnya adalah chiliegrup, namun predikat tersebut seolah telah menyebar di antara beberapa murid Selona. Sehingga kebanyakan dari mereka menyebut dengan bahasa Indonesia sebagai geng cabe, alih-alih dengan chili grup yang lebih keren sedikit.

Bisa dikatakan, mereka cukup bisa menjadi primadona di sekolah ini, menempatkan murid lain untuk bisa menjadikannya center dalam lingkungan Selona, walaupun sudah bisa ditebak, kelebihannya tidak akan jauh-jauh sebagai geng perempuan pembuat masalah dan keributan.

Aeera tidak cukup perduli sebenarnya, namun mendengar perkataan mereka yang membahas Ejra di dalamnya, cukup membuat Aeera bertanya-tanya sedikit karenanya.

''Iya, Ezrajha kan cuman satu.'' Kriya, yang disebu-sebut sebagai ketua geng tersebut menjawab dengan yakin, membuat beberapa temannya lagi sibuk menggoda dengan cukup berisik.

''Beneran jalan?'' Kali ini pertanyaan dari seseorang yang Aeera ketahui bernama Kila, membuat Kriya tampak tersenyum malu-malu. ''Iya, menurut kalian gimana?''

''Beruntungnya Ezrajha, bisa disukain sama orang kayak lo deh Kri.''

Kila mengangguk setuju. ''Kemarin gue sama Raya denger dari Athara juga nih, katanya Ezrajha lagi suka juga sama orang . . . dan akan ketebak kalau ternyata orangnya itu Kriya.''

Raya yang ikut disebut mengangguk dengan setuju. ''Bisa jadi sih, lagian juga Ezrajha nerima ajakan untuk jalan . . . kemungkinan peluangnya besar sih.''

''Peluang besar apa?'' Mata Kila menyipit dengan tegas. ''Kalau Ezrajha suka sama lo.''

''Iya sih, gue emang terlalu cantik buat Ezrajha.''

Aeera tersedak mendengar pernyataan Kila dari meja lain. Padahal saat ini, ia tidak memakan apapun. Membuat teman-temannya ikut menoleh kearahnya dengan heran.

''Lo kenapa sih anying?'' Nada yang heran berujar dengan kesal.

Rania mengangguk bingung. ''Kesedak angin ya?''

Cyril berdecak kesal. ''Angin apaan, angin duduk?'' ''Angin mamiri-'' Denaya menggelengkan kepala dramatis. ''Berani ya menyetuh Aeera.''

Aeera yang memperhatikan mereka hanya menghela napas lelah. ''Woi, lo pernah gak sih ketemu orang kepedean gila?!''

Mereka yang tadi ribut, langsung terdiam mendengar penuturan Aeera yang tidak ada bagusnya sama sekali, selain menyebabkan seluruh pandang mata bertuju padanya, iya, bagaimana tidak, Aeera berkata dengan begitu kencang, terlewat kencang sampai ibu penjual mie instan saja ikut-ikutan memperhatikan mereka. Sungguh, betapa memalukannya hal ini.

''Jing, lo kenapa sih?'' Nada berujar dengan menggebu saking kesalnya. ''Malu banget, sialan.''

Aeera mengangkat bahu acuh sebelum pada akhirnya, mengalihkan perhatian pada kelompok geng cabe-cabean lagi, yang kini menatapnya juga dengan sinis.

''Denger juga ternyata.''

-○○-

Setelah datang sebentar ke kantin untuk sarapan, Aeera tidak lantas segera masuk kelas, hanya dirinya, Davina dan Tala yang kembali melanjutkan langkah menuju ruang pertemuan, untuk rapat lagi dengan membahas planning acara yang telah dibuat sebelumnya. Waktu berputar tanpa ia bisa cegah, dan kini rapat telah benar berakhir di pukul dua belas siang. Bisa dibayangkan hampir setengah hari berlalu yang membuat Aeera lagi-lagi tidak memasuki kelas.

a moment to be honest, amtbh [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang