1

29 0 0
                                    

MALAM INI Jogja diguyur hujan. Bukan malam ini, lebih tepatnya sudah hampir seharian tidak ada matahari yang menyinari kota ini; Sedari pagi buta hingga malam, hujan terus turun. Aku tidak bisa melakukan apapun, segala aktifitas cukup terganggu. Bahkan kegiatan sehari-hariku, terpaksa terhenti.

Aku menghabiskan waktu seharian dengan dirumah. Terkadang, membaca buku, bermain game dan juga mendengarkan musik. Televisi dirumah, ah aku tidak begitu suka menonton acara tv. Isinya hanya begitu saja. Kalau tidak berita, sinetron klise atau acara yang bagiku tidak terlalu baik untuk ditonton.

Tapi, rasa bosan itu hilang ketika Indah, iya, dia kekasihku, menelponku. Setidaknya dengan dia menelponku, aku bisa menghilangkan rasa bosan walaupun itu tidak sepenuhnya hilang,

"Kegiatanmu seharian apa aja?" Tanyanya kepadaku. Akupun menceritakan apa saja yang aku lakukan dan dia berkomentar, "Membosankan sekali sih? Cuman gitu doang seharian?"

"Lah terus? Apa yang bisa aku lakukan, sayang? Seharian hujan! Hujannya juga gak reda. Terkadang gerimis, terkadang bertambah deras. Terus, apa yang bisa aku lakukan?"

"Iya sih. Papa juga kasih tahu aku, kalau Jogja hari ini hujan dari pagi." Begitulah cuaca disini. Jika musim hujan telah tiba, Jogja bisa diguyur hujan seharian. Seharian penuh dan setelah itu, hanya tersisa mendung dan hujan lagi. Bahkan, aku pun hafal jam berapa di hari apa saja hujan akan turun, walau terkadang perkiraanku ini salah; Alih-alih hujan datang tepat waktu, terkadang ia datang lebih awal atau terlambat beberapa jam. Selain itu, hujan lokal adalah hal yang biasa terjadi disini.

Ada satu cerita yang cukup sering terjadi. Aku sering menghabiskan sebagian besar waktuku di warung kopi. Di Jogja ini, ada satu warung yang menjadi langgananku; Mato Kopi. Disana aku sering menghabiskan waktu entah dengan berbincang, bercanda ataupun membaca buku. Bahkan aku sering datang kesana dengan tiga waktu yang berbeda; Pagi, siang dan malam. Itu aku lakukan berulang kali hingga tak terasa, jika aku hitung pengeluaranku untuk membeli kopi disini, ya setidaknya bisa membeli tanah yang sangat luas dan membangun perumahan di tanah tersebut. Walau itu tidak cukup masuk akal, sebenarnya. Di sela-sela aku menghabiskan waktu, aku selalu menghubungi temanku yang mungkin sudah di Mato. Aku selalu menanyai bagaimana disana dan bagaimana cuaca disana. Ini sangat penting bagiku; Informasi ini cukup berguna untukku yang tinggal di tempat yang sering terjadi hujan lokal. Kebetulan, hari itu rumahku diguyur hujan dan Mato dengan cuaca yang sangat cerah. Aku sering kali berdebat dengan temanku, bagaimana tidak, rumah dan tempat aku ngopi selalu berbeda cuacanya; Dirumahku diguyur hujan deras tapi di Mato cerah dan begitu sebaliknya. Hal sesederhana ini bisa menimbulkan pertikaian. Tapi, mau bagaimana lagi. Mau tidak mau, seperti inilah alam. Dia selalu menjadi sesuatu yang misterius namun cukup unik untuk kita pelajari.

"Jadi, kamu hari ini gak pergi ke Mato, dong?"

"Gak. Hujannya seharian. Aku juga jadi malas kemana-mana."

"Kan kamu punya jas hujan. Kenapa gak pakai itu?"

"Malas. Ribet sayang. Lagian, sampai sana pun badanku tetap basah. Jas hujan hanya membuat pakaian kita tidak basah kuyup tapi gak memberikan jaminan bahwa pakaian kita kering seutuhnya. Jadi ya, aku malas keluar kemana-mana."

"Oh, begitu."

"Iya. Kalau kamu? Kegiatan sehari-harimu bagaimana?"

"Ya lumayan sih. Kebetulan rumah sakit disini gak terlalu ramai, jadi aku juga gak terlalu capek. Aku sempat menangani beberapa orang di UGD. Cuman beberapa, sekitar tujuh orang. Itupun yang Opname sekitar empat orang. Sisanya aku kasih obat jalan aja."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 13, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AKU YANG PINDAHAN RUMAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang