"Lebih baik remidi semua mata pelajaran yang lain daripada remidi matematika"
-Safaira Navya-Hari ini hari rabu, hari yang sangat ku benci karena banyak mata pelajaran yang cukup menguras otak. Bagaimana tidak pusing jika hari ini diisi dengan dua mata pelajaran matematika dengan guru yang berbeda, kemudian dilanjut dengan kimia dan biologi. Seringkali aku berpikir bahwa aku salah jurusan, padahal aku sendiri yang memilih untuk masuk jurusan ini.
Aku tidak lupa bahwa hari ini ulangan matematika akan dibagikan. Jantungku terus berdebar memikirkan nilai yang akan ku dapatkan. Satu hal yang selalu aku prinsipkan, jangan sampai remidi ulangan matematika, terserah mau dapat pas rata-rata atau lebih aku tidak peduli, yang terpenting adalah aku tidak remidi.
Remidi matematika adalah hal terhoror yang mungkin tidak akan mau ku lakukan. Guru matematika di sekolahku sangat teliti dan tepat waktu. Beliau memiliki cara sendiri untuk melakukan remidi, tidak dengan melakukan ulangan lagi secara bersama-sama. Tetapi mereka yang remidi harus maju satu-persatu dihadapan guru matematika untuk ditanya entah rumus, jawaban, atau arti dari soal tersebut. Mungkin sederhana jika hanya seperti itu, tapi tidak lagi jika kita harus antri di depan ruang guru bersama murid kelas lain yang akan remidi juga. Itu cukup melelahkan untuk aku yang mageran.
Guru matematika sudah memasuki kelas dan membawa hasil ulangan kami sekelas. Kelasku sangat ramai, mereka tidak peduli guru yang masuk killer atau tidak. Iya kelasku terkenal dengan ketidak ada akhlakannya. Tapi di sisi lain para guru lebih senang mengajar kami yang lebih aktif dari kelas lainnya.
"gila jantungku sudah kayak marathon, lebih parah daripada jatuh cinta" ucapku pada teman yang duduk di belakangku yang bernama Vida.
"emang kamu pernah jatuh cinta?" jawabnya sarkas seperti biasanya. Jujur kadang aku sakit hati dengan perkataan teman-temanku yang seperti ini, tapi ya cuma ku pendam, orang sepertiku bisa apa.
"engga sih hehe" jawabku seadanya dengan berusaha untuk tersenyum.
Guruku mulai membaca satu persatu nama murid di kelas dan akhirnya sampailah pada namaku.
"Safaira Navya" panggil guruku.
Aku maju dengan jantung yang berdebar kuat, aku tidak bohong untuk menghindari proses remidi itu. Karena biasanya yang berhasil tidak remidi hanya satu sampai dua anak di kelas, mungkin paling banyak hanya lima anak.Kuambil kertas yang terlipat jadi dua itu dan menuju bangku lagi.
"kamu dapat berapa?" tanya Vida di belakangku.
"cepetan buka." Desak teman yang ada di depanku yang bernama Friska.
Aku perlahan membuka lembar ulangan itu, dan sesuai yang aku inginkan, aku tidak remidi bahkan nilaiku sudah di atas rata-rata meskipun belum sempurna. Aku mendapat nilai sembilan puluh lima. Ya lumayan, setidaknya aku tidak berdesakan dengan puluhan orang hanya untuk remidi.
Teman-teman di sekitarku mulai menyumpah serapahiku. Karena aku tidak pernah belajar tapi nilai ulangan bisa di atas rata-rata.
Ekspektasiku benar, yang tidak remidi di kelas hanya tiga murid, selalu seperti itu.
-----AIJI-----
Maaf gaes belum sesuai ekspesktasi kalian. Jadi ini mau ku buat alurnya tuh kayak awalan si tokoh cewe bisa ketemu cowonya tuh alesannya apa.
Biar ga langsung ketemu jadi kalian ga bingung kok tiba-tiba ketemu gitu. Mungkin aku keluarin tokoh cowonya di part 2 kalo ngga ya part 3 hehe.
Oh iya maafin aku juga kalo part 1 ini cuma sedikit.
Selamat membaca:)
KAMU SEDANG MEMBACA
AIJI
Teen Fictionmengagumi seseorang yang populer di sekolah mungkin sudah biasa di kalangan anak SMA. Tapi bagaimana jika sebaliknya? mengagumi seseorang yang sederhana penyuka matematika. apakah akan serumit kisah percintaan pada umumnya atau lebih rumit dari yan...