"Mungkin beberapa orang tidak percaya, tapi apakah ini yang dinamakan cinta pandangan pertama"
-Safaira Navya-Hari baru telah dimulai, aku berangkat sekolah seperti biasa. Sampai kelas aku hanya meletakkan tas dan langsung kabur ke kantin untuk menghindari bersih-bersih. Memang setiap hari Jum’at sekolahku mengadakan acara yang bernama Jum’at GAUL. Dari namanya terlihat keren, tapi tidak untuk semua yang mengetahui arti dari nama tersebut. Semua murid harus ikut serta dalam membersihkan halaman sekolah, dan aku sangat membenci hal tersebut.
Setelah selesai, semua murid masuk ke kelasnya masing-masing dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar seperti pada umumnya. Ini yang ku sukai di hari Jum’at, semua mata pelajaran di kelasku santai dan tidak menguras otak. Aku mengambil handphone dan headset dari dalam tas, kemudian kunyalakan musik dan tidur di kelas. Mungkin ini yang membuat teman-temanku tidak terima jika nilai ulanganku melebihi mereka.
Jam pelajaran selesai, saat ini istirahat pertama dimulai. Tapi tiba-tiba Rafina murid juara umum datang mencariku.
“Safaira ada tidak di sini?” tanya Rafina pada salah satu murid yang duduk di dekat pintu.
“eh itu ada, bentar aku panggilin” jawab temanku. “Saf itu rafina cari kamu” panggil temanku dengan berteriak.
“Iya bentar” jawabku balik berteriak juga.
Aku menghampiri Rafina yang ada di pintu kelas.
“Ada apa?” tanyaku padanya.
“Nanti saja, tolong panggilkan Vida dan Desya sekalian ya” jawab Rafina misterius.
Aku sudah deg degan karena ku kira aku melakukan kesalahan. Tapi ku pikir dari kemarin aku belum menyebabkan masalah sama sekali.
Aku menuju bangku Vida dan Desya kemudian ku ajak mereka untuk menemui Rafina di depan kelas.
“Ada apaan ini?” tanya Vida pada Rafina yang juga ingin tahu mengapa ia dipanggil.
“Sudah nanti saja, sekarang ikut aku dulu” saut Rafina yang masih misterius.
Kita bertiga mengkuti Rafina yang ternyata juga memanggil beberapa murid dari kelas lain. Kami berenam berkumpul di depan kelas XII MIPA 5 menunggu Rafina berbicara.
Ternyata kami yang dipanggil Rafina adalah murid yang kemarin mendapat nilai ulangan matematika mulai dari sembilan puluh lima hingga nilai sempurna.
“Jadi gini, kalau kalian dapet tambahan les matematika dari Pak Mufid mau nggak?” tanya Rafina pada kami berenam.
“aku sih mau saja, memang kapan mulainya?” jawabku seadanya.
“aku juga mau” saut yang lainnya.
“ya sudah tentukan jadwal saja, kita bisanya hari apa?” tanya Rafina pada kami berenam.
“Bagaimana jika hari Jum’at saja?” Talia murid dari kelas sebelah bertanya.
“Eh, tapi kalau hari ini aku nggak bisa” kataku yang memang ada acara lainnya.
“Bukan sekarang tapi minggu depan” Rafina menjawab.
“Yakan memang hari ini kita ngga bisa saf” Saut Talia tiba-tiba.
Memang aku, Talia dan juga Vida masuk dalam ekstrakulikuler yang sama dan hari ini akan ada latihan sepulang sekolah.
“Hehe iya juga ya” Sautku seperti orang bodoh.
“oh iya, kalian jangan bilang pada siapa-siapa ya, Pak Mufid menyuruh kita untuk merahasiakan ini” kata Rafina.
“Oke siap” Jawab kami berenam serempak.
Mungkin agar semua murid tidak iri jika kami diberi tambahan les khusus oleh Pak Mufid guru matematika ku.
“Ya sudah ayo kita kembali ke kelas masing-masing, sebentar lagi bel akan berbunyi” Rafina menyuruh kami dan langsung kembali ke kelasnya.
Aku tidak mengira jika beberapa murid yang dipanggil Rafina memang sudah akrab denganku. Tapi ada dua anak yang dari tadi diam saja. Mungkin karena kita belum pernah bertemu sebelumnya. Jadi masih canggung untuk ikut menimbrung dalam percakapan.
Di sini aku fokus pada satu-satunya murid laki-laki yang bergabung dengan kami. Entah kenapa, tapi sepertinya aku tertarik padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AIJI
Teen Fictionmengagumi seseorang yang populer di sekolah mungkin sudah biasa di kalangan anak SMA. Tapi bagaimana jika sebaliknya? mengagumi seseorang yang sederhana penyuka matematika. apakah akan serumit kisah percintaan pada umumnya atau lebih rumit dari yan...