Inilah aku, seseorang yang mempunyai kepribadian pemalu meskipun tidak jika sudah bersama teman-temanku. Apalagi saat aku menyukai seseorang, aku akan diam saja dan tidak menceritakan hal ini kepada siapapun.
Bel pulang sekolah sudah berbunyi, dan ini hari pertama aku mengikuti tambahan pelajaran matematika dari guruku. Aku merapikan semua peralatan sekolahku dan memasukkannya ke dalam tas. Aku mengecek grup yang telah kami buat, dan kami sepakat untuk berkumpul di kelas X MIPA 1.
“Vida, Desya aku tunggu di luar ya” ucapku pada mereka berdua yang masih merapikan peralatannya.
“Iya ini bentar lagi selesai kok” jawab Vida yang masih repot dengan semua barang-barangnya.
Aku berjalan keluar kelas dengan menenteng totebag yang terisi penuh oleh buku Quarto besar untuk pemantapan. Kelas 12 memang merepotkan.
Vida dan Desya keluar dari kelas dan menemuiku, kemudian kami menuju parkiran untuk mengambil kendaraan. Memang sekolahku sangat luas dan tanahnya menanjak ke atas. Sedangkan kelasku berada di daerah atas sehingga saat kami ke kelas bawah lebih memilih membawa kendaraan sekalian agar tidak bolak-balik saat pulang nantinya.
Desya mengambil motornya dan Vida mengambil motorku. Aku dan Vida sudah biasa berangkat bersama, entah aku yang menjemput Vida maupun sebaliknya.
Setelah sampai depan kelas X MIPA 1 kami berkumpul di taman samping kelas tersebut sembari menunggu Pak Mufid datang.
Kelas dimulai dengan keadaan yang sangat hening, ya memang seperti itu keadaan jika pengajarnya adalah Pak mufid. Tapi sepertinya ada satu orang yang belum memasuki kelas, dan tiba-tiba ada yang masuk kelas.
“pak maaf saya terlambat” ucap anak itu.
“yasudah cepat langsung duduk saja” jawab pak mufid dan langsung menjelaskan rumus-rumus yang cepat untuk digunakan untuk ujian besok.
Ini antara fokus atau tidak, tetapi aku selalu meliriknya. Aku tidak mengenalnya tapi ingin berkenalan dengannya. Satu hal, aku tipe orang yang malu untuk mengajak berkenalan orang baru.
Tambahan kelas sudah selesai dan kami pulang di rumah masing-masing. Aku bersama vida menuju rumah bersama.
“eh itu yang cowok sendiri namanya siapa?” tanyaku pada Vida.
“Mana? Yang tadi telat masuk itu?” ucap Vida balik bertanya.
“iya dia, kamu tahu namanya?” tanyaku lagi.
“bentar aku ingat-ingat dulu namanya siapa? Eh tumben kamu tanya cowo ada apa ini?” tanya Vida dengan nada menyelidiki.
“gans hehe” jawabku singkat sambil senyum-senyum tidak jelas.
“Akhirnya temenku suka sama cowo haha” kata Vida ngeledek.
“gausah ngeledekin ya kamu” ucapku sebal pada Vida.
“hahahaha, eh bentar aku inget nama dia, namanya Gyandev kalo gak salah” Vida mengingat nama laki-laki tadi meskipun masih tertawa.
“oke” jawabku sambil kegirangan karna tahu namanya.
“kamu beneran suka sama dia?” tanya Vida lagi saat sampai di depan rumahnya.
“ya gatau sih, cuma suka aja lihatnya hehe” jawabku jujur.
“yaudah babai, hati-hati di jalan” kata Vida lagi. Kemudian Aku putar balik motor dan pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah aku melakukan kegiatan seperti biasanya hingga malam hari saat sudah tidak ada yang aku kerjakan, aku memikirkan dia lagi. Iya, seorang laki-laki yang katanya bernama Gyandev yang bahkan aku belum tahu seperti apa sifatnya. Apakah itu bisa disebut suka atau hanya kagum saja.
Karena aku terus memikirkan dia, tiba-tiba aku mengingat grup chat yang dibuat khusus untuk pelajaran tambahan matematika tadi siang. Aku segera mengecek grup dan mencari nomor orang yang menjadi satu-satunya siswa laki-laki yang bergabung dalam grup chat tersebut.
Aku berpikir sejenak apakah aku harus menyimpan nomornya atau tidak, dan akhirnya aku memutuskan untuk menyimpannya. Hanya menyimpan tidak lebih, seperti kataku tadi aku tidak berani mengajak berkenalan orang asing. Setelah sekian lama memikirkan seorang Gyandev akhirnya rasa kantuk menguasaiku, dan aku bersiap-siap untuk tidur.
-----AIJI-----
Maaf untuk jeda yang sangat lama dengan part sebelumnya dikarenakan author sedang disibukkan dengan hal-hal yang berhubungan dengan masa depan.
Oh iya, mungkin sebentar lagi akan ada cast untuk cerita ini, tapi author masih bingung siapa yang pantas jadi gyandev dan Navya.
Mungkin beberapa hari lagi:)
KAMU SEDANG MEMBACA
AIJI
Teen Fictionmengagumi seseorang yang populer di sekolah mungkin sudah biasa di kalangan anak SMA. Tapi bagaimana jika sebaliknya? mengagumi seseorang yang sederhana penyuka matematika. apakah akan serumit kisah percintaan pada umumnya atau lebih rumit dari yan...