Happy reading :)
.
.
.Kamu hanya milik ku, untuk selamanya!
~~~
- Raka Arlan Mahatama
.
.
.Pagi-pagi buta Dira terpaksa bangun, ia sangat risih dengan tangan Arlan yang memeluk pinggangnya erat dari arah belakang, entah kapan laki-laki itu masuk ke kamarnya, padahal tadi malam Davin sudah menyediakan kamar tamu untuk Arlan.
"Kak lepasin tangannya," ucap Dira pelan. Tapi Arlan tetap cuek dan sama sekali tidak bergerak.
"Kak lepasin, please," ucap Dira lagi.
Bukannya melepas, Arlan malah semakin mengeratkan pelukannya, Dira berdecak jika sudah seperti ini maka satu-satunya cara adalah mengancam laki-laki itu.
"Kalo Kakak gak ngelepasin, gue ngambek satu minggu." Mata yang semula tertutup kini terbuka lebar. Arlan melepas pelukannya pelan-pelan lalu memiringkan tubuhnya, ia menatap wajah gadisnya yang sudah menghadap ke arah dirinya.
"Gak!" tolak Arlan, sehari saja tidak bertemu dengan Dira, Arlan sudah sangat rindu. Bagaimana kalau satu minggu?
"Kakak kok bisa masuk ke kamar sih?"
Arlan tersenyum mengejek. "Lagian kamarnya gak dikunci, lain kali kalo mau tidur pintunya dikunci sayang, untung aja yang masuk aku, kalo laki-laki lain selain aku, Davin, sama bang Kevin gimana? Bahaya loh!" ceramah Arlan dengan panjang kali lebar kali tinggi mirip sekali rumus Matematika, ucapan Arlan itu bagai angin lalu untuk Dira. Hanya ingat sebentar lalu lupakan setelahnya.
"Iya Kak, kan gue lupa." Arlan melotot tak terima, padahal ia sudah memulainya tadi untuk berbicara menggunakan aku-kamu.
"Aku-kamu sayang!" tekan Arlan.
"Kenapa harus gitu?" Dira membenarkan posisinya lagi, ada satu guling yang ia peluk erat membuat Arlan yang berada di sampingnya mendengus cemburu.
"Kok gulingnya dipeluk sih?"
"Yaampun, fungsi guling emang buat di peluk tau."
"Kenapa tadi aku gak kamu peluk?"
"Gue---"
"Aku-kamu, Dira!"
"Aku risih Kak, apalagi kita dikamar."
"Yaudah kita nikah aja, jadi aku bisa peluk kamu sepuasnya." Dira memukul lengan Arlan dengan tangan mungilnya, enak aja nikah-nikah, perihal masalah nikah Dira masih tidak berpikiran sampai kesana. Apalagi ia masih berada di kelas 10 SMA, mungkin sebagian orang menganggap nikah muda itu hal biasa, tapi membangun rumah tangga kalau tidak benar-benar siap akan susah nantinya.
Arlan terkekeh melihat wajah gadisnya yang sudah memerah, padahal perkataan Arlan tadi memang serius. "Emang kenapa gak mau nikah muda?"
Terlihat raut wajah Dira yang nampak berpikir keras. "Kakak kira nikah itu enak?"
"Ya enak lah, kan bisa buat dedek bay---"
Bugh
Dira memukul Arlan dengan guling yang tadi ia peluk. "Sekali lagi kakak ngucapin itu, Dira gak bakal temuin Kak Arlan lagi, atau putus aja sekalian."
Rahang Arlan mengeras mendengar kata terlarang yang selama ini ia hindari. Apa tadi katanya? Putus? Sampai kapan pun Arlan tidak akan memutuskan gadisnya ini.
Arlan merubah posisinya menjadi duduk membelakangi Dira. "Jangan pernah ngomong gitu lagi!" ucap Arlan penuh penekanan yang tak bisa disanggah dikalimat itu. Tangannya mengepal kuat, berusaha agar tidak memarahi Dira.
Dira menyamakan posisinya dengan Arlan. "Maaf, " lirih Dira sambil menunduk. Ia lepas kendali sampai-sampai mengatakan kata yang sangat Arlan benci.
Arlan menatap Dira lalu mengangkat dagu gadis itu dengan tangannya agar mendongak agar membalas tatapannya. "Ingat sayang, jangan pernah katakan itu lagi, aku gak suka, kamu milik ku, selamanya."
Dira mengerjap-ngerjap lucu kemudian mengangguk hingga tangan Arlan terasa gatal untuk mencubit pipi yang terlihat semakin berisi.
"Cukup aku aja yang liat ekspresi ini, orang lain jangan!"
***
Dua sejoli itu berjalan bersisian, banyak tatapan iri ataupun memuja disuguhkan pada keduanya. Tadi Arlan meminta orang suruhannya untuk mengantarkan baju seragam miliknya kerumah Dira, supaya ia tak perlu kembali kerumah.
Tidak ada yang tau kalau Arlan masuk ke kamar Dira, baik itu Kevin ataupun Davin.
"Belajar yang bener, aku ke kelas dulu." Tangan Arlan mengelus surai hitam gadisnya.
"Oke Kakak," jawab Dira dengan suara yang diubah menjadi seperti anak kecil.
Setelah Arlan sudah tidak terlihat dari pandangannya, Dira segera melangkah memasuki ruang kelas, disana sudah ada Raya sedang duduk rapi bersama makanan ringan diatas mejanya.
Mata Dira menemukan sekotak benda asing berwarna merah yang didominasi warna hitam di pinggir sisinya, Dira sama sekali tidak tau asal usulnya, tiba-tiba benda itu berada diatas meja nya sendiri.
"Raya," ucap Dira kepada Raya dengan mengkode kearah kotak itu. Raya mengendikkan bahunya pertanda tidak tau.
"Dari gue datang udah ada di situ, padahal 'kan lo ulang taun masih lama lagi," jawab Raya setelahnya.
"Gue juga gak mesan apa-apa deh?"
"Dari fans lo kali, atau dari Kak Arlan."
"Masa si dari Kak Arlan?"
"Coba nanti lo tanya orangnya aja deh!"
***
"Mpok saya mesan mi satu bungkus ya, rebusnya gabung aja ama telor ayam satu juga!"
Boby, laki-laki penyuka makanan garis keras, walau suka makan tubuh Boby tetap bagus, buktinya laki-laki itu memiliki otot dikedua tangannya, ia rajin olahraga, mungkin.
"Saya juga Mpok!" timbrung Agy.
"Siap atuh, Den!" jawab Mpok Leha.
"Woy Vin, katanya Arlan nginep ya di rumah lo? Mana tu anak kok gak nyusulin kita?" tanya Boby lalu membuka toples berisi kacang goreng di dalamnya.
"Palingan ngapelin Adek gue," jawab Davin sekenanya.
"Kenapa lo biasa aja Arlan pacaran sama Dira?" Davin, Agy, dan Boby menatap asal suara.
"Gue percaya Arlan gak akan nyakitin adek gue Ken," jawab Davin, Boby mengangguk menyetujuinya.
"Lagian nih ya, kayaknya Arlan cinta banget ama Neng Dira," sambung Agy.
"Betul tuh, keliatan sih dari sorot matanya." Baru saja Davin hendak menjawab lagi sebuah suara menghentikan niatnya.
"Nih Den mi nya, silakan dimakan!" ucap Mpok Leha sambil meletakan dua mangkuk mie goreng dengan telur yang direbus gabung, aromanya yang menggiurkan membuat perut Boby kembali berbunyi.
"Makasih Mpok!" ucap Boby dan Agy serentak, kemudian dengan semangat melahap mie pesanannya.
Davin menggeleng melihat keduanya seperti orang kelaparan.
Sedangkan Kenzo masih sibuk dengan ponselnya. Tapi beberapa menit kemudian mata Kenzo tak sengaja melihat sosok yang pernah diceritakan oleh Davin kepadanya dan itu sangat tidak asing lagi.
"Eh, itu bukannya, Rey?"
.
.
.Klo ad yg gk nyambung, kasih tau aja...
![](https://img.wattpad.com/cover/228038121-288-k826862.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ARLANDIRA (TAMAT)
Teen Fiction[Part bertanda 🍊 berarti itu part revisi] MAAF, JIKA MASIH BANYAK KATA & TANDA BACA YG TDK SESUAI KBBI/EYD/PUEBI.🙏🏻 [Cerita pertama] . . . "Tidak pernah bagiku untuk memberikan dirimu pada orang lain. Kamu diciptakan Tuhan khusus untukku, bukan...