Keesokan paginya, Lia bersiap-siap untuk mengunjungi panti asuhan yang sering dia kunjungi.
Dan sengaja ingin memanfaatkan situasi itu, Irwan pun memberitahu Dika untuk datang ke panti asuhan itu juga.
Yah tentu saja Dika berpura-pura bahwa pertemuannya dengan Lia adalah suatu kebetulan, dan akhirnya mereka pun berbicara panjang lebar sambil melihat anak-anak di panti asuhan itu bermain dengan riangnya.
Tanpa sadar Dika menatap wajah cantik Lia, tanpa berkedip sedikit pun "Subhanallah, Cantiknya Lia. Tapi kenapa pak Irwan ingin menceraikan dia? Seandainya aku yang menjadi suami Lia, pasti aku tidak akan menyia-nyiakan istri secantik dan sebaik Lia" Ucap Dika dalam hati..
"Sejuknya hati ini, bila melihat canda tawa anak-anak itu. hmmmmmmmm, seandainya saja aku beruntung bisa memiliki salah satu anak seperti mereka. Tapi sayangnya aku tidak ditakdirkan untuk memilikinya, dan mas Irwan juga sama sekali tidak ingin ataupun berniat untuk mengadopsi salah satu anak dari mereka." Ujar Lia yang kemudian menundukkan kepalanya, karena rasa sedih yang menyelimuti hatinya.
Sementara itu, Dika yang masih terpaku menatap wajah Lia. Tidak berkata apa-apa, Lia yang menyadari hal tersebut kemudian mengangkat kepalanya dan menoleh ke arah Dika dan kemudian bertanya, "Dika, Kamu baik-baik aja kan? kamu dengar tidak kata-kataku barusan?"
Dika pun tersadar dari lamunannya, "m...m...maaf aku tadi. eh..." Dika menghela nafas panjang, untuk menghilangkan rasa gugupnya karna Lia memergokinya sedang memandangi kecantikan wajahnya (Lia).
Lia pun tersenyum dan berkata kepada Dika, "Dika, kamu tau kan kalau aku ini istri mas Irwan?"
"I..iya maaf, kalau aku sudah lancang. Tapi kecantikan wajah kamu dan kebaikan hati kamu, begitu cepat menarik perhatianku. sekali lagi aku minta maaf." Ucap Dika yang merasa malu pada Lia dan dirinya sendiri.
"Iya ngga apa-apa ko, tapi kamu harus ingat yah. Hubungan kita ini hanya sebatas teman ngga lebih." Ujar Lia sambil memberikan senyum manisnya kepada Dika.
Karena merasa tidak enak hati, sudah menegur Dika. Akhirnya Lia pun mengajak Dika untuk makan siang bersama di salah satu cafetaria tempat Lia biasa makan.
Setelah sampai di cafetaria tersebut, langkah Dika dan Lia terhenti sejenak. Karna Lia berpapasan dengan teman lamanya, Lia pun berbincang-bincang sebentar.
Sementara Dika memasuki cafetaria itu terlebih dahulu untuk mencari meja tempat mereka akan duduk makan nantinya, tapi setelah Dika memasuki cafetaria tersebut.
Alangkah terkejutnya Dika saat melihat salah satu pengunjung cafetaria itu, adalah Irwan dan Maya yang sedang makan siang bersama di cafetaria itu.
Dika melihat kearah Lia yang nampaknya sudah selesai berbincang dengan temannya, yang kemudian bergegas ingin memasuki cafetaria tersebut.
Dengan sigap Dika pun menuju keluar dan berdiri di depan pintu menutupi langkah Lia yang ingin masuk ke cafetaria itu..
"Lho Dika, kenapa kok kamu keluar lagi sih?" Tanya Lia bingung.
"Emmm... itu.." Dika menjadi gugup karena ia bingung harus menjawab apa.
"Itu...Itu apa sih kamu, ya sudah aku mau masuk." Kata Lia tersenyum dan kemudian ingin melangkah masuk.
tapi Dika menghentikan langkah Lia,dan kemudian berkata, "Ehhhh Lia,semua meja di dalam care ini sudah penuh, mendingan kita cari tempat makan yang lain saja yuk!!" Ujar Dika yang masih merasa gugup.
Walaupun Dika baru mengenal Lia, tapi entah mengapa Dika tidak ingin melihat Lia terluka.
Seperti ingin melindungi Lia dari rasa sakit hati dan kecewa, "Apakah ini yang namanya cinta? Tapi mengapa begitu cepat aku mencintai Lia? Padahal baru semalam aku mengenalnya? Apakah karna kecantikan wajah dan kebaikan hatinya sehingga begitu cepat menarik hatiku untuk mencintainya? Tapi Lia adalah istri pak Irwan, walaupun pak Irwan yang memintaku untuk menggoda Lia supaya dia memiliki alasan untuk menceraikan Lia. Tapi tetap saja ini tidak boleh terjadi, perasaan ini tidak seharusnya ada." Ucapnya dalam hati, Dika sangat merasa tersiksa saat itu.Dia tidak bisa membayangkan, bagaimana dia bisa menyaksikan orang yang dia cintai terluka karena orang lain.
Ini adalah pertama kalinya Dika merasakan jatuh cinta,tapi dia merasa terjebak karna wanita yang dia cintai adalah istri orang lain..
Sementara itu Lia masih memaksa ingin memasuki cafe tersebut, dan berusaha mencari celah untuk bisa masuk kedalam cafe tersebut, karna merasa lelah dengan usahanya yang sia-sia.
Iya, itu karena tubuh Dika yang kekar tidak memberi celah sedikitpun untuknya memasuki cafe tersebut. "Mau sampai kapan kamu menghalangiku untuk masuk kedalam cafe ini?" Tanya Lia tegas.
"Aku tidak bermaksud untuk menghalangimu, tapi bukankah aku sudah bilang kalau cafe ini sudah penuh. Lalu kenapa kita tidak mencari cafe yang lain saja, sedangkan perutku sudah merasa sangat lapar.." Jawab Dika yang sengaja mengelus-elus perutnya, seolah-olah dia benar-benar merasa lapar. Berharap Lia berubah pikiran dan tidak memasuki cafe tersebut.dan kemudian mencari cafe yang lain..
Tapi siapa sangka mendengar jawaban Dika, Lia malah semakin bersikeras untuk masuki cafe tersebut, "Kalau memang kamu merasa sangat lapar biarkan aku masuk." Ujar Lia yang kemudian sedikit mendorong tubuh Dika ketika ia melihat celah untuk memasuki cafe tersebut.
"Aku sudah kenal baik dengan meneger cafe ini, jadi walaupun cafe ini penuh sekalipun pasti dia akan memberikan tempat untuk.." Lia melanjutkan kata-katanya yang kemudian terhenti saat matanya tertuju pada Irwan yang sedang menikmati makan siangnya sambil bercanda mesra dengan wanita cantik disebelahnya...
Lia terdiam sejenak, matanya seperti tidak berkedip sedikit pun. Lalu kemudian ia menoleh ke arah Dika, "Sepertinya kita memang harus mencari cafe yang lain." Ujar Lia yang kemudian melangkah keluar dari cafe itu, dengan diikuti langkah Dika yang berjalan di belakangnya tanpa berkata apa-apa.
Sepanjang perjalanan, mereka tidak berkata apa-apa. Lia yang masih terdiam seribu bahasa, menghentikan mobil BMWnya yang berwarna silver itu di depan sebuah cafe.
Mereka pun masuk kedalam cafe tersebut, dan kemudian memesan makanan. Suasana hening kembali menyelimuti mereka, setelah pelayan cafe tersebut pergi.
Dika yang sedari tadi tidak memalingkan pandangannya dari wajah Lia, yang terlihat sedih namun ia berusaha untuk menyembunyikannya sambil memainkan handphonenya.
"Apakah Lia sedang berusaha untuk menghubungi pak irwan?" Tanya Dika dalam hati..
Beberapa menit kemudian makanan yang mereka pesan pun telah sampai, "Makanan di sini enak-enak loh, walaupun cafe ini bukan cafe Langgananku. Tapi teman-temanku bilang, makanan disini rasanya pun tidak kalah dengan cafe Langgananku." Ujar Lia memecahkan keheningan diantara mereka.
"Iya sepertinya begitu, dari aromanya saja sudah sangat menggoda.." Sahut Dika sambil menghirup aroma dari makanan yang mereka pesan itu..
"Selamat makan.." Ujar Lia.
Mereka pun mulai menyantap makanan tersebut, sambil berbincang-bincang bahkan sesekali mereka tertawa..
KAMU SEDANG MEMBACA
Goda istriku
RomanceLia dan Irwan sudah menikah sekitar 5 tahun lebih,Lia adalah wanita yang cantik.Tapi walaupun begitu,Irwan tidak bisa menahan dirinya dari godaan maya.Sekertarisnya seorang wanita muda yang cantik dan sexy,Apakah yang akan terjadi selanjutnya? kalau...