Pertengkaran Irwan Dan Dika

9.5K 180 7
                                    

"Maaf tuan, makanannya sudah saya siapkan dari tadi. Dan mungkin sekarang sudah dingin, apakah tuan mau makan sekarang? saya bisa hangetkan lagi makanannya tuan?" Tanya bi Siti.

Irwan menatap bi Siti dengan tatapan seolah-olah tidak ingin di ganggu, mengerti dengan baik maksud tatapan yang Irwan berikan kepadanya. Bi Siti pun berkata lagi, "Maaf tuan, bila saya mengganggu" Lanjut bi Siti yang kemudian kembali ke dapur.

Irwan masih menunggu Lia, jam pun sudah menunjukkan pukul 12 malam.

Kemudian terdengar suara mobil yang berhenti di depan rumah, Irwan langsung menuju ke arah jendela dan membuka hordengnya sedikit untuk melihat, "Apakah Lia pulang sendiri atau di hantar oleh Dika?" Tanyanya dalam hati.

Setelah melihat Lia turun dari mobil, Irwan langsung berlari duduk di sofa ruang tamu dan menaikkan kaki kanannya diatas kaki kirinya...

"Assalamualaikum.." Sapa Lia saat melihat Irwan yang sedang duduk di atas sofa.

"Waalaikumsalam." Jawab Irwan dingin.

Tanpa berkata apa-apa lagi, Lia melangkahkan kakinya dan ingin menuju kearah kamarnya, tapi tiba-tiba langkahnya terhenti karena mendengar kata-kata Irwan.

"Dari mana saja kamu, sudah selarut ini baru pulang?" Tanya Irwan dingin.

"Bukankah tadi pagi aku sudah bilang kalau hari ini, aku ingin menjenguk Bu Ratri." Jawab Lia.

"Iya memang kamu bilang, tapi kenapa sampai selarut ini? Dan kamu juga tidak mengabari aku, kalau kamu akan pulang sampai selarut ini. Terus kenapa handphone kamu ngga aktif?" Tanya Irwan dengan nada sedikit meninggi.

"Maaf mas aku capek bangat hari ini, aku mau mandi terus aku mau istirahat. Besok pagi saja kita bicarakan.." Ujar Lia dingin dan kemudian pergi ke kamarnya..

"Heeeeeehhhhh, tidak menjawab pertanyaanku dan malah pergi masuk ke kamar. Bahkan tidak bertanya apakah aku sudah makan apa belum, baru berapa hari mengenal lelaki lain sudah berubah sampai seperti ini." Gerutu Irwan merasa sangat kesal dengan sikap Lia.

Malam itu Lia tidak bisa tidur, dia merasa gelisah memikirkan pertunangan Maya dan Irwan yang tidak lain adalah suaminya Minggu depan, Lia berbaring miring membelakangi tubuh Suaminya.

Begitu pun sebaliknya Irwan merasa gelisah, memikirkan apa yang sudah terjadi. Antara Lia dan Dika, Irwan juga tidur membelakangi Lia.

Keesokan paginya saat Irwan bangun, Lia sudah menyiapkan pakaian untuknya diatas sofa yang berada di dalam kamar mereka. Dan setelah Irwan selesai berpakaian, ia pun keluar dari kamarnya.

Namun ternyata Lia sudah pergi setelah menyiapkan sarapan untuk Irwan, karena Irwan merasa kesal dengan sikap Lia yang sudah berubah.

Irwan pun tidak memakan makanan itu, dan langsung menuju ke kantornya. Kemudian menelpon Dika, meminta Dika untuk menemuinya di kantor di ruangannya, "tok...tok...tok..." Dika mengetuk pintu ruangan Irwan..

"Masuk.." Ucap Irwan.
Dika pun memasuki ruangan Irwan.

"Silahkan duduk." Irwan mempersilahkan Dika duduk, Irwan menatap tajam kearah Dika.

"Kamu tau kenapa kamu saya panggil kesini?" Tanya Irwan dingin.

"Tidak pak.." Jawab Dika.

Irwan menghela nafas dan kemudian berkata, "Saya minta mulai detik ini tolong kamu jauhin Lia dan jangan pernah coba untuk menemuinya lagi.." Kata-kata Irwan terdengar sangat tegas, tanpa basa-basi dan tanpa jeda menyampaikannya kepada Dika.

"Apa? Kenapa memangnya pak?" Tanya Dika bingung.

"Karena setelah Lia mengenal kamu, dia menjadi berubah dan saya tidak suka dengan perubahan dia yang seperti itu." Jawab Irwan dingin.

"Berubah bagaimana maksud pa Irwan?" Tanya Dika lagi.

"Ya seperti itu, dia jadi bersikap dingin dengan saya. Dan tidak pernah mengabari saya lagi kemanapun dia pergi, atau apa yang dia lakukan. Dulu dia selalu mengabari saya kemanapun dia pergi, dan apapun yang dia lakukan.." Jawab Irwan.

"Bukankah itu yang pak Irwan inginkan, pak Irwan meminta saya untuk menggoda Lia, supaya Lia berpaling dari pak Irwan kan? Supaya Lia mencintai saya dan meminta cerai dari pak Irwan." Ujar Dika.

"Apa? Jadi kamu mau bilang, yang sekarang ini Lia sudah mencintai kamu?" Tanya Irwan sedikit shock mendengar kata-kata Dika.

"Bukan begitu maksud saya pa, tapi..." kata-kata Dika terhenti, karena Irwan memotong kata-katanya.

"Atau jangan-jangan kamu juga sudah mencintai Lia?" Tanya Irwan menatap tajam pada Dika.

"Iya pa, memang saya sudah mencintai Lia. Sejak Pertama saya melihatnya.." Jawab Dika tegas dan tanpa rasa takut.

"Sudah saya duga, kamu memang tidak bisa diandalkan. Kamu sudah tau kan kalau Lia itu istri saya, beraninya kamu jatuh cinta sama Lia. Kamu sadar ngga kamu itu siapa? Dan kamu sama sekali ngga layak untuk Lia, jadi jangan pernah bermimpi untuk merebut Lia dari saya." Ucap Irwan dengan nada yang kasar.

"Saya tau pa, kalau Lia itu istri pa Irwan. Dan saya juga sadar siapa diri saya, tapi pa Irwan jangan lupa. Bahwa pa Irwan sendirilah yang meminta bahkan memaksa saya, untuk menggoda Istri pa Irwan. Apa pa Irwan lupa? Apakah perlu saya ingatkan lagi tentang perjanjian kita waktu itu?" Tegas Dika.

"Apa? Kamu jangan kurang ajar yah, kamu lupa, kamu sekarang sedang bicara dengan siapa? Saya bos kamu, saya yang gaji kamu. Jadi kamu jangan coba untuk kurang ajar dengan saya." Emosi Irwan memuncak.

"Maaf pa, saya tidak bermaksud untuk kurang ajar dengan pa Irwan. Tapi satu hal yang harus pa Irwan tau, saya bukan boneka pa Irwan. Yang dengan sesuka hati pa Irwan memaksa saya untuk menggoda Lia. Istri pa Irwan sendiri, lalu setelah saya sudah benar-benar mencintai dan bahkan sangat mencintai Lia. Sekarang dengan mudahnya pa Irwan meminta saya untuk menjauhinya, Maaf pa. Tapi saya tidak bisa, saya tidak akan pernah menjauhinya. Dan saya akan tetap ada untuk Lia, dalam suka maupun duka. Saya akan melindungi dia dari segala perbuatan pa Irwan yang melukai hatinya." Ucap Dika tegas.

Tanpa berkata apa-apa, dalam keadaan yang sangat emosi. Irwan mengepal tangan kanannya, dan kemudian mengarahkannya ke wajah Dika.

Sebuah pukulan yang cukup keras mendarat kewajah Dika, sehingga mengeluarkan sedikit darah dari mulutnya, dan luka memar di pipinya...

Dalam keadaan yang masih berdiri setelah dipukul Irwan, sambil mengelap darah yang keluar dari mulutnya.

Dika kembali berkata, "Apakah pa Irwan sudah merasa puas? Kalau belum silahkan pukul saya lagi, tapi satu hal yang pak Irwan harus ingat, saya tidak akan pernah menjauhi Lia."

"Heeeeh, kamu pikir Lia akan jatuh ke pelukan kamu? Kamu jangan mimpi deh, untuk membayangkannya saja itu ngga akan mungkin terjadi. Apalagi kalau Lia tau, bahwa kamu hanya orang bayaran. Yang mendekati dia, karna uang." Ucap Irwan sambil tersenyum licik.

"Iya pa Irwan benar, awalnya memang saya orang bayaran pa Irwan, yang mendekati Lia. Karna saya membutuhkan uang, tapi apa pa Irwan juga terpikir. Kira-kira apa yang akan Lia lakukan, kalau Lia tau. Orang yang membayar saya, adalah suaminya sendiri." Ucap Dika yang tersenyum tipis.

Goda istrikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang