Cara Kedua

188 9 15
                                    

Shafira menghela napas saat melihat tumpukan berkas yang belum selesai ia kerjakan. Tinggal hari ini deadline laporan akhir bulannya. Sementara masih banyak departemen yang belum selesai ia stok opname. Kegiatan enam bulan sekali yang cukup menguras energi dan emosi sekaligus. Shafira ini dikenal tegas, nggak pandang bulu ketika ia menemukan ada beberapa departemen yang nakal, menimbun ATK atau form medis melebihi jumlah stok mati yang telah ditentukan untuk departemen itu. Kalau saat audit, Shafira menemukan kenakalan itu. Jangan harap dia akan lunak walau dibujuk rayu dengan cara apapun.

'Bu, ini form permintaan bank darah ibu masih ada enam buku lho. Sedangkan stok mati harusnya cuma dua. Emangnya ibu nggak ngecek jumlah stok ibu sebelum ibu input permintaan di sistem ?'

Kira - kira itulah omelan andalan Shafira. Dampaknya, selama sebulan ke depan departemen tersebut diblokir stok matinya supaya nggak bisa membuat permintaan barang baru.

"Fira, dokter Beno mau adain party kecil - kecilan nih. Ikut, yuk !" ajak Lidya, teman sebiliknya yang terkenal antusias sama yang namanya gratisan.

"Aduuh... gue nggak ikutan deh, Lid. Nih, lihat. Masih banyak berkas yang belum gue periksa dan pindahin datanya ke excel." Tolak Shafira dengan nada malas.

"Pokoknya elo harus ikut, Fi. Elo kan kebiasaan kalau udah sibuk jadi lupa makan." Paksa Lidya. "Nanti abis makan siang langsung balik deh. Nggak pake lama - lama di sana. Gue temenin ngelembur nanti."

Shafira cemberut, Lidya ini kalau udah ada maunya bawel banget. Bikin pusing. Belum lagi, masalah yang baru selesai di rusun tempat tinggalnya. Kalau ingat perkara kumpul kebo itu, rasanya dia pengen banget nendang cowok pirang bermulut cabe itu sampai pingsan. Enak aja asal nuduh.

"Ayolah... Hanya sebentar!"

Kali ini dokter muda yang merencanakan little party itu ikut membujuknya. Shafira menatap malas sosok berjas putih yang berdiri nggak jauh dari kubikelnya. Ia pasti nggak akan tinggal diam. Sudah hampir sebulan ini cowok itu konsisten mengganggu. Dengan terpaksa Shafira menyetujui ajakan dia.

"Selesai makan, saya balik."

"Nah... gitu dong. Beno suka keputusanmu, Cantik !" bisik Beno, disertai senyum tipis yang jarang ia lihat.

Shafira menghela napas saat Beno berlalu dari kubikelnya.

'Itu orang kenapa sih ? Aneh.' Gumam Shafira dalam hati.

*****

Ternyata acara makan siang yang sudah Beno rencanakan batal. Ada korban kecelakaan beruntun yang harus Beno tangani siang tadi. Beno adalah salah satu tenaga medis yang bertugas di IGD, cukup terkenal di rumah sakit tempatnya bekerja. Pribadi ramah, walau jarang menampilkan senyum. Tak jarang banyak dari kalangan pasien, perawat bahkan teman seruangan Shafira yang mengidolakan dokter muda tersebut.

Batalnya acara sudah pasti membuat para undangan kecewa. Tapi, dokter muda itu meyakinkan mereka untuk santai, karena Beno mengganti waktu acaranya menjadi sore hari, selepas waktu jam kerja usai. Tentu saja hal tersebut disambut antusiasme teman - temannya. Banyak yang berharap jam kerja segerai usai, supaya mereka bisa sedikit merilekskan pikiran. Ajakan makan - makan dari Beno bagai obat pusing ditengah tekanan pekerjaan di akhir bulan.

Shafira baru selesai mematikan komputernya. Rasa lelah menyerang seketika. Ia mencoba merenggangkan sedikit otot - otot ditubuhnya. Perut terasa lapar bukan main, gara - gara Beno mendadak membatalkan acara siang tadi, dampaknya cewek itu cuma bisa makan roti long john yang ia beli di toko kecil, di lobi rumah sakit. Shafira benar - benar sibuk seharian, bahkan untuk bergabung menikmati semangkuk mie rebus favorit di kantin basement pun ia nggak sempat.

Bentang GanindraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang