Beno lagi uring - uringan. Sudah dua hari ini ia tak bertemu Shafira. Gadis itu memutuskan pulang ke kota kelahirannya bersama Andre. Beno mengingat kembali tantangan Andre tempo hari, ketika mereka bertemu untuk yang pertama kali. Beno cukup memahami alasan Andre melakukan hal itu. Ia tentunya ingin yang terbaik untuk sang kakak. Seorang adik pasti ingin memastikan kebahagiaan untuk hidup kakaknya.
Dari pagi sampai siang beberapa kali ia bolak - balik ke kantor, melintas di depan kubikel Shafira dan ia makin rindu pada cewek judes itu. Sering Beno mengirim pesan ke Shafira nggak pernah ada balasan. Shafira seperti hilang ditelan bumi.
"Kusut amat muka kamu, Ben ?" tanya Raras, kakak perempuan Beno. Kebetulan hari ini Raras sedang menginap di rumah Mama Beno.
Beno yang baru turun dari lantai dua menyapa kakaknya dengan tampang lesu. "Udah lama, Mbak ?"
"Udah dari tadi pagi, cuma tadi jemput Naima di Play Group."
Beno merebahkan dirinya di atas karpet bulu di ruang keluarga. Nggak benar - benar berniat menonton televisi. Beno benar - benar suntuk. Malas keluar rumah, tapi juga nggak betah di rumah. Tanpa Shafira hidupnya hampa. Rasanya dunia Beno seperti jungkir balik. Beberapa kali ia menghela napas. Berbaring ke kiri lalu ke kanan. Raras yang melihat kelakuan Beno sampai heran.
"Ben, kenapa sih ?" tanya Raras, penasaran melihat kelakuan ajaib adik satu - satunya itu.
"Mbak, dulu perasaan waktu Mas Satria pedekate sama Mbak Raras, aku nggak pernah ngelarang - ngelarang."
Raras mengerenyit, nggak mengerti dengan maksud omongan Beno. Apa hubungannya masa lalu Raras dan suaminya dengan tingkah Beno.
"Lho, apa hubungannya ?"
"Mbak Raras nggak akan ngerti." Sahut Beno. Raras langsung melempar bantal sofa yang ada di dekatnya ke arah Beno.
"Aku lagi naksir cewek, tapi ada aja cobaannya."
Raras tertawa kencang. Jadi ini yang membuat adiknya uring - uringan.
"Oh, cewek yang kamu ajak beli 'kado' buat mama ?" goda Raras. Beno mendongak, tahu dari mana Raras?
"Mama yang cerita." Sahut Raras seolah bisa membaca isi pikiran Beno. "Deketin cewek sih pake trik basi."
"Ya abis gimana dong ?Susah banget deketin dia. Dia tuh kelewat overthinking anaknya. Terlalu mempedulikan omongan orang." Jawab Beno frustasi.
"Biasanya cewek yang susah didekatin tuh worth it sama perjuangan yang kamu lakuin."
Beno tersenyum, "Iyalah, cantik, baik tapi judes banget."
"Gara - gara dia kamu uring-uringan ?"
Kali ini Beno mengangguk, "Dua hari ini dia pulang ke kota kelahirannya. Nggak bales chat aku, nggak angkat teleponku, benar - benar nggak bisa dihubungin sama sekali."
"Lagi quality time kali, Ben. Kan ketemu keluarganya tuh."
Beno terdiam. Percuma sih curhat sama Raras, kakaknya itu terlampau cuek. Ujung - ujungnya cuma bisa membully. Beno teringat satu-satunya orang yang bisa ia andalkan. Emily...
Secepat kilat Beno mengetik chat kepada cewek berponi itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bentang Ganindra
FanfictionBentang Ganindra ? Siapa yang nggak kenal dia ? Muda, tampan, cerdas dan mapan. Beno, panggilan akrabnya, begitu di puja para wanita di rumah sakit tempatnya bekerja. Beno itu cool, penuh misteri. Membuat seluruh wanita penasaran dibuatnya. Seperti...