11. Harenze

472 80 15
                                    

.
.
.
.
.

"Kalian terlihat akrab"

Jimin terkekeh mendengar celetukan itu. "Kau tidak sedang cemburu kan?", guraunya sembari merangkul Taehyung.

Sekembalinya dari menara burung hantu, Jimin bersama anak-anak yang lain tengah melakukan perjalanan ke Hogsride.

Akhir pekan di minggu terakhir setiap bulan. Semua penghuni Lovainburg Castle akan diperbolehkan pergi keluar, kecuali bagi mereka yang tidak memiliki surat ijin dari orang tua atau wali masing-masing. Mereka harus rela tertahan didalam kastil.

"Kau ingin aku cemburu?", seloroh Taehyung, menyipitkan mata curiga—sekedar bercanda. "Dalam mimpimu, dude!", menyikut perut Jimin hingga si empu mengaduh, lalu ikut tertawa bersama. "Dengar, Jimin. Aku hanya heran, kenapa kau bisa semudah itu dekat dengannya?"

"Entahlah, kupikir dia tidak seburuk itu", Jimin melepas rangkulannya. Ia berpisah dengan Yoongi di halaman depan kastil, sebelum menemukan Taehyung yang menunggunya dengan tampang kusut dan cemberut.

"Kau tidak ingat bagaimana orang-orang menjulukinya?", bisiknya mendekat ke Jimin. "Apatis, aneh, berbahaya"

Jimin terdiam. Kalau dipikir-pikir lagi, apa yang dikatakan Taehyung memang benar. Jimin juga heran kenapa ia bisa secepat itu akrab dengan Yoongi. Padahal tak sedikit yang bilang jika Yoongi itu sulit diajak berteman.

Jimin hanya mencebik sembari mengangkat kedua bahunya singkat.

Taehyung mendecih pelan, lalu menggeleng. "Oh ya... Bagaimana masalahmu dengan Jungkook?"

"Jungkook?", Jimin terlihat berpikir. Mereka juga sempat bertemu saat ia akan berpisah dengan Yoongi tadi. "Kenapa dengannya?"

"Oh—ayolah, Jimin. Kau akan melawannya di pertandingan bulan depan. Sudah banyak desas-desus yang mengatakan jika dia akan menggantikan posisi Jackson sebagai Seeker tim Black", jelas Taehyung terdengar berapi-api.

Well, Jimin juga sudah mendengarnya. Tapi Taehyung terlalu berlebihan jika menganggap Jungkook sebagai sesuatu yang perlu dipermasalahkan. "Memangnya apa yang harus dikhawatirkan?"

"Dia lawan yang tangguh, Jim. Kau tidak mungkin melawan salah satu Seeker Quidditch terbaik dunia tanpa memikirkan strategi untuk mengalahkannya, kan?"

Taehyung benar, tapi nyatanya Jimin memang tidak terlalu memikirkannya. Alih-alih mencari strategi, ia malah kembali memikirkan Yoongi.

.
.
.
.
.
.
.
.

"Kau tidak menyesal karena tidak ke Hogsride?"

Yoongi melirik singkat, kemudian menggeleng.

Mereka beriringan menuju pondokan Harenze yang letaknya didekat hutan. Meski terletak didalam kawasan kastil, mereka masih perlu berjalan cukup jauh untuk menjangkau tempat tersebut.

Jungkook berjalan mensejajari Yoongi dengan langkah ringan, ia berinisiatif menggenggam tangan Yoongi.

Yoongi sendiri, tidak terlalu terkejut. "Apa kau selalu melakukan hal ini pada orang lain?", ia menunjuk tangannya yang berada dalam genggaman Jungkook, terangkat kedepan.

Jungkook terkekeh. "Kau cemburu?", godanya. Tapi setelahnya, ia langsung tergelak begitu sadar sudah mendapat delikan tak suka dari Yoongi. "—Astaga! tidak, Yoongi. Mana mungkin aku sembarangan menggenggam tangan orang?"

"Ck! Jika kau mengatakan pada orang lain, aku yakin mereka akan merasa tersanjung"

"Huh? Jadi, kau tidak?"

The Wizard : The Seven Crystal || MinyoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang