Pyar...
Tanpa di duga Arsan malah menepis tangan Reyna yang memegang nampan berisi minuman tadi dengan pahanya yang tepat berada di sampimg tangan Reyna yang memegang nampan. Reyna pun merasa terkejut. Arsen yang merasa tidak terima saat melihat Reyna hampir menumpahkan airmata karena perbuatan sang kakak itu lantas berdiri.
"Lo ada masalah apa sih San sama Reyna"bentak Arsen pada Asan.
Sedangkan yang di bentak pun hanya mengendikkan bahunya acuh seolah tidak pernah terjadi apaun.
"Lo ga kasian? Atau setidaknya lo hargai apa yang udah di lakuin adek lo njing"marah Arsen sambil menuntun Reyna untuk berdiri.
"Udah bang gpp mungkin bang Arsan ga sengaja nyengol tangan aku tadi"lerai Reyna.
Arsen masih menatap Arsan muak, yang di tatapun hanya mengacuhkannya tidak perduli sama sekali.
Reyna melihat Arsen dengan mata berkaca sambli tersenyum.
"Rey ke kamar dulu ya bang"ujarnya berpamitan. Arsen hanya mengangguk saja.
Di pandangnya punggung mungil sang adek yang mulai menjauh, lalu di tatapnya kakak kembarnya yang masih sibuk dengan ponselnya.
Bughh
Bughh..
Karena merasa geram dengan Arsan akhirnya Arsen memukul Arsan dengan sangat kuat.
Arsan tersentak dengan bogeman mentah dari Arsen yang mengenai rahang dan pelipisnya itu pun lantas berdiri dan menatap Arsen nyalang.
"Lo apa apaan sih Sen"bentak Arsan pada Arsen.
"Lo yang apaan.. lo ga tau gimana usaha adek lo bikin semua ini hanya untuk lo untuk kita San keluarganya, tapi lo malah kayak gini BANGSAT!!!!"ujarnya dengan penuh penekanan di akhir.
"Gw ga minta sih dia bikini ini semua buat gw"Arsen di buat geram dengan jawaban acuh Arsan sambil mengelap bibirnya yang sedikit mengeluarkan darah karena bogeman Arsen yang tak main main.
Tidak perduli sama sekali dengan situasi ini Arsan meninggalkan ruang tengah gitu aja tanpa melihat raut wajah Arsen yang sudah di selimuti oleh amarah.
'bang.. kapan sih lo mau sadar'batin Arsen pilu.
Di lain tempat yaitu kamar milik Reyna. Dia sedang duduk bersandar di pojok ruangan dekat nakas sambil memegang sebuah bingkai foto, yang di sana terdapat foto wanita paru baya yang amat cantik.
Reyna memeluk bingkai itu dengan raut sendu sambil melihat ke arah luar jendela yang masih sedikit gerimis "bunda.. Rey kangen sama bunda"lirihan Reyna.
"Bunda apa kabar disana? Bunda udah bahagia ya disana? Rey engga bun, di sini Reyna tersiksa bun, emang bukan fisik Rey yang sakit tapi hati Rey udah ga berbentuk bun"ucapnya mengadu pada sang bunda.
"Bunda kapan bisa jemput Rey.."
Reyna diam termenung, sambil terus menatap rintik ringan di luar sana. Mungkin langit juga tengah merasakan apa yang dirasakan oleh Reyna.
Lantas Reyna bangkit dan berjalan menuju balkon, dia membuka pintu melihat bahwa Arsan sedang berdiri sambil menengadah melihat langit yang mendung, ingin rasanya Reyna mendekat dan memeluk kakak yang sangat di rindukanya.
'bang, kapan abang bisa kayak dulu lagi sayang sama Reyna lagi' batin Reyna sambil terus menatap kakanya.
Merasa ada yang memperhatikan, Arsan mengalihkan perhatiannya, dia menoleh ke arah samping balkon kamarnya di mana sang adik tengah duduk di kursi rotan yang berada di balkon kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope
Teen Fictionga pinter bikin deskripsi langsung aja yups haha. Di baca ya jangan lupa vote dan komen biar makin semangat yang nulis aku: ) Di sini aku di bantu temen ku buat cari inspirasinya hehe