4

9 0 0
                                    

Disinilah mereka berdua, warung Mie Ayam Mas Joko. Luna kenal betul tempat ini, karena Ia yang memeperkenalkan warung mie ayam ini ke Putra dulu.

Warung makan ini satu-satunya favorit Luna selain makanan rumahnya.

Dihadapan Luna Putra sedang menyantap makanannya dengan lahap.

Sepertinya ia sangat lapar. Pikirknya

Luna memperhatikan dalam diam.

"Lu ga makan?" suara dingin Putra menyadarkan Luna. Membuat Luna menegakan badannya.

"U-udah makan tadi di rumah kok." Putra hanya mengangguk.

"Eeh jaket lu tadi-"

"Simpen aja." ucapan Luna terpotong oleh perkataan Putra. Membuat Luna kembali terdiam.

Lalu keduanya hening kembali.

Luna kembali memperhatikan Putra. Banyak tanya berkecamuk dalam pikirannya.

Kenapa ia baru makan malam? Ayahnya kemana?

"Dia sibuk di kantor." Suara Putra kembali mengaggetkan Luna.

"E-eeh?" Luna mendadak gagu. Ia bingung apakah ia baru saja mengutarakan pikirannya?

"Ayah jarang pulang." Tambah Putra.

"O-oh." Luna beroh ria sambil mengangguk.

"Lain kali langsung tanya aja, ga usah bisik-bisik gitu." Ucap Putra lalu bangkit dari bangkunya lalu ke Mas Joko untuk membayar.

Luna terdiam ditempatnya.

Jadi dia denger?! Haduuuuh Luna mati aja lu.

Luna mengutuk dirinya berulang kali. Entah rasanya sudah berapa kali ia ingin tenggelam rasanya hari ini.

"Yuk balik." Luna menghentikan aktivitas memukul kepalanya mendengar panggilan dari Putra.

"E-eeh iya iya." Luna lalu bangkit berdiri mengikuti Putra dari belakang. Ia belum berani menatap Putra.

....

Mereka telah sampai di depan rumah Luna. Luna turun dari motor.

"Gue masuk dulu yah." Buru-buru Luna mengatakannya lalu berbalik.

Ia ingin sesegera mungkin masuk ke dalam rumahnya.

"Nana" Langkah Luna terhenti mendengar panggilan Putra.

"I-iyah Ri?" Mau tidak mau ia berbalik menetralkan ekspresinya senormal mungkin.

Putra memberikan bungkusan plastik. Luna memeriksa isinya terdapat pangsit goreng dan baso goreng dari warung Mie Ayam Mas Joko kesukaannya.

"Bilang mamah makasih pudingnya." Ucap Putra setelah memberikan bungkusan tadi.

Luna mengangguk. Putra menyalakan kembali motornya.

"I-ini?" tanya Luna menunjuk bungkusan itu.

"Buat lu." setelah mengatakannnya Putra melajukan motornya pergi dan menghilang diujung jalan.

"Hah?!" Luna memperhatikan bungkusan itu dan arah perginya Putra berulang kali.

"Dia masih inget aja." ucap Luna akhirnya sambil tersenyum dan semburat merah muncul di pipinya.

Matahari dan BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang