Maaf

26 6 0
                                    

Sunyi. Ruang bercat putih bersih bertuliskan UKS itu tak terdengar kehidupan sama sekali. Dua Insan yang duduk di sana hanya terdiam. Si lelaki duduk dibangku samping brangkar, sedang si gadis bersurai coklat gelap yang basah itu duduk di atas brangkar UKS. Sedang Jihan, sepupu, gadis itu telah pergi ke kelasnya setelah berdebat dengan Rey untuk menjaga Shanum. Namun, akhirnya gadis itu kalah, lalu pamit meninggalkan sepupunya dan berjanji untuk kembali saat jam istirahat tiba.

Shanum diam menunduk. Memilin lengan hoodie abu-abu yang dia pakai yang tak lain adalah milik Rey. Berdua dengan Rey seperti ini membuatnya begitu canggung dan bingung untuk memulai percakapan. Sudah berapa lama tak seperti ini? Bahkan sudah sangat lama, semenjak lelaki itu pergi tanpa alasan 2 tahun silam.

Rey duduk tenang dengan sesekali melirik Shanum yang bungkam. Sebenarnya tidak setenang wajahnya karena hati lelaki itu gelisah memikirkan kalimat apa yang akan diucapkan untuk menghilangkan sunyi. Diperhatikannya gadis yang menunduk itu, auranya tidak seperti dulu lagi. Kulitnya tidak secerah dulu, pun dengan tatapan ceria yang dulu ia sukai kini juga sirna, berganti tatapan dengan tatapan sayu. Rupanya sudah banyak yang terlewatkan oleh Rey selama ini.

"Sha," panggil Rey membuat Shanum mengangkat kepala dan menatap Rey di sebelahnya.

"Maaf." Shanum mengernyit bingung dengan ucapan lelaki itu. Rey menatap Shanum dalam lalu menunduk dan menyatukan jari-jemarinya.

"Maaf karena aku kamu jadi susah berjalan dan menjadi cemoohan murid sekolah ini." Ujar Rey tulus. Tatapan tajam lelaki itu berganti dengan tatapan yang Shanum cari selama ini. Tatapan sayang untuk Shanum. Shanum senang melihat tatapan itu lagi.

Setetes air mata jatuh membasahi pipi gadis berlesung pipi dikedua pipinya itu. Rey yang melihatnya semakin merasa bersalah. Dialah penyebab Shanum menangis menderita seperti saat ini.

"Sha aku bener-benar minta maaf." Mohon Rey tanpa sengaja menggenggam tangan Shanum yang hangat.

Shanum tersenyum lalu menggeleng.

"Untuk apa minta maaf, Kak?"Shanum berucap tanpa memandang kearah Rey. Tatapannya lurus kedepan, seolah ada hal yang begitu berat untuk dia ungkapkan pada Rey.

"Please maafin aku untuk rasa sakit kamu karena hukumanku beberapa hari lalu. Aku benar-benar menyesal." Rey memohon dengan menggenggam erat tangan Shanum.

"Nggak perlu disesali. Toh semua udah terjadi. Kak Rey nggak perlu merasa bersalah karena kondisi Sha saat ini." Shanum menghela napas, kemudian menatap Rey singkat.

"Apa kamu marah?" Tanya Rey. Namun, Shanum menggelengkan kepala.

"Apa dengan marah Sha bisa kembali pulih? Bukannya dengan amarah hanya akan menambah rasa sakit didiri Sha?" Shanum kembali menatap manik hitam dihadapannya.

"Sayangnya amarah nggak menyelesaikan segalanya, Kak. Shanum tetap dikondisi Shanum." Lirih gadis itu dengan mata berkaca.

"Kak Rey nggak sepenuhnya bersalah. Ini balasan untuk rasa sakit kakak pada Shanum dulu, kan? Apa sekarang udah impas?" Shanum menahan laju air mata yang ingin segera mendobrak dinding pertahanannya. Dia menghirup napas dalam, tak sanggup menatap manik Rey lebih lama lagi. Bahkan genggaman tangan Rey juga dia lepas.

"Sha bukan begitu?"

"Sha masih sanggup kalau rasa sakit kakak belum terbalas. Tapi, maaf, kejadian dulu diluar kuasa Sha...

Tapi manusia terkadang lebih mempercayai apa yang dilihat tanpa mau mendengar penjelasan dari pihak terkait, kan? Padahal bisa saja dia korban." Shanum tersenyum sendu, membuat Rey merasa ditikam rasa bersalah dan amarah yang terpendam lama berbaur bersama rasa itu.

"Jangan ungkit masalah dulu, Sha" Geram Rey.

"Tatapan tajam, senyum sinis itu, sikap dingin itu asing, Kak. Rasa asing yang mencoba beradaptasi pada diri Shanum saat ini. Nggak, sebenarnya Sha udah mempersiapkan sejak jauh hari jika sang waktu mempertemukan kita seperti saat ini."

"Untuk rasa kecewa, amarah, dan kesalahpahaman yang sulit terjelaskan, Sha benar-benar minta maaf, Kak. Dan kalau kakak mau Sha menganggap asing kehadiran kakak, Sha akan berusaha." Gadis itu sudah beruraikan air mata yang berusaha dia seka dengan tangannya.

"Tapi sebelum itu, izinkan Sha menjelaskan semuanya. Terserah kakak akan percaya atau nggak, yang penting Sha udah berusaha menjelaskan."

Rey terlihat menghembuskan napas lelah. Lelaki itu bahkan memejamkan matanya sesaat sebelum menatap bangkit mendekat pada Shanum.

Melihat gadis itu menangis, dia merasa sakit. Dan perasaan yang dia usahakan kubur dalam-dalam itu membuncah kembali pada pemiliknya. Shanumnya yang dulu tidak selemah ini dan tidak serapuh ini. Gadis dengan lekukan di kedua pipinya itu bahkan sulit menangis dihadapan orang, termasuk dengan Rey yang dulunya begitu dekat dengannya. Tapi sekarang, Shanum seolah memiliki beban berat yang ditanggung gadis itu hingga membuatnya terpaksa mengeluarkan airmata dan unek-uneknya pada Rey.

"Shanum yang aku kenal bukan gadis cengeng kayak gini. Please jangan nangis, aku nggak suka."

"Karena kita memang sudah seasing itu untuk mengenal kembali. Kesalahpahaman merenggut segalanya dan membangun jurang pemisah diantara kita."

"Shanum memang udah berbeda, Kak. Waktu dan keadaan mengubah manusia," Shanum meraih tangan Rey, "jika memang berniat melupa, tolong beri kata maaf untuk sesalahan Shanum. Setidaknya dengan begitu beban rasa bersalah Sha akan berkurang. Ini berat, Kak. Sha bahkan kehilangan sandaran hidup Sha. Jadi maafkan Sha." Mohon gadis itu dengan wajah basah. Mata Rey juga berkaca-kaca menatap gadis itu menangis seperti itu.

"Kamu punya aku, ada Jihan dan mama papa kamu. Kamu punya sandaran, Sha. Jangan selemah ini. Maaf, aku benar-benar minta maaf. Untuk air mata kamu, rasa sakit kamu atas kesalahan aku, aku minta maaf Shanum. Jangan selemah ini."

"Makasih kakak memaafkan Sha. Sha seneng."

"Tapi please jangan menangis kayak begini lagi, ya? Kita lupain yang sudah berlalu. Dan jangan berkata kamu nggak punya sandaran lagi, Sha kamu punya aku dan orang tua kamu." Rey menyemangati Shanum, menggenggam erat tangan gadis yang masih menitikkan air mata.

"Mereka udah pergi kak. Mereka meninggalkan Sha, selamanya." Rey terbelalak, menatap Shanum tak percaya. Berpisah 2 tahun dengan Shanum ternyata banyak hal yang terlewatkan. Termasuk kisah sedih gadis itu.

♥️♥️♥️

Hayooo gimana part ini readers? Melow-melow gitu ya? Hehe

Shanum sama Rey maaf-maaf mulu deh, kayak lagi lebaran aja maaf-maafan wkwkwk😅

Semoga part kali ini bisa menghibur kalian ya😊 jangan lupa tekan bintang, tapi jangan lama-lama, takut dia terlalu tertekan hihihi.

Maafkan typo yang bertebaran ya. Selamat membaca♥️♥️

ShanumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang