"Tidak ada manusia yang dapat mengelak dari takdir yang Allah timpakan kepada hambanya."
♥️♥️♥️
Dua insan berseragam putih biru berdiri berhadapan. Mereka adalah Shanum dan Fikri. Shanum memandang lelaki itu dengan sorot mata tajamnya. Amarah dan benci berbaur menyalakan api membara pada diri gadis itu.
"Aku Shanum Azzahra, benar-benar membenci kehadiran Reynan, lelaki lemah dan miskin yang hanya menyusahkanku saja. Aku hanya memanfaatkan kecerdasannya untuk mendongkrak naik nilaiku dengan bantuannya mengajariku." Ucap Shanum dengan suara kerasnya membuat Fikri tersenyum menang.
Shanum meneteskan air mata dengan napas yang memburu setelah mengucapkan kalimat laknat itu. Dia harus melakukan ini karena ancaman Fikri. Ya, lelaki licik itu mengancam Shanum akan mengeluarkan Reynan jika dia tidak mengikuti perintah lelaki itu. Fikri yang pada nyatanya adalah anak pemilik sekolah tempatnya dan Rey menuntut ilmu tentu akan dengan mudah mengeluarkan Rey. Sehingga Shanum dengan berat hati dan tanpa berpikir panjang segera menuruti keinginan Fikri untuk berbicara seperti itu di depan murid kelasnya.
Sebenarnya bukan tanpa alasan Fikri melakukan hal ini. Lelaki itu iri dengan kedudukan Rey sebagai ketua tim basket sekolah dan lagi dia kalah populer dibandingkan Rey yang selalu mengharumkan nama sekolah dengan prestasi akademik maupun non akademiknya. Fikri yang mengetahui bahwa Shanum dan Rey begitu dekat, maka Fikri memperalat Shanum untuk menghancurkan Rey. Awalnya Shanum tidak ingin, tapi melihat bagaimana Fikri membuat masalah dengan Rey hingga dengan tidak adilnya pihak sekolah memberikan skor untuk Rey, Shanum segera bergerak dengan mengikuti skenario lelaki itu.
"Bagus. Lo gadis kaya. Jadi nggak perlu bersahabat sama gembel kayak Rey." Bisik Fikri ditelinga Shanum.
Tak jauh dari mereka berdiri, seorang lelaki dengan seragam olahraga terpaku menatap dua orang yang menjadi pusat perhatian murid sekolah itu. Tangannya mengepal erat menahan amarah dan kecewa pada gadis yang berbicara mempermalukannya. Gadis yang selalu mendukungnya selama ini, tapi ternyata itu hanya topeng belaka. Nyatanya dia hanya memanfaatkan Rey.
"Kak Rey!" Ucap Shanum pelan saat menyadari ada seorang lelaki memandang tajam kearahnya. Wajahnya memerah dengan tangan terkepal.
Shanum lantas berlari mengejar Rey yang lebih dulu pergi dari tempatnya berdiri tadi. Sesekali gadis itu memanggil Rey, berharap lelaki itu menghentikan langkahnya dan mendengar penjelasan Shanum atas kejadian beberapa menit lalu. Tapi sayangnya, langkah kaki Rey semakin cepat dan menjauh. Rey menuju keluar gerbang sekolah dan menghentikan angkot yang sedang melintas saat itu.
Shanum yang melihat Rey memasuki mobil, semakin mempercepat larinya untuk menyusul Rey.
"Jalan, Pak." Ucap Rey.
Shanum tak menyerah. Dia tetap mengejar Rey yang duduk di angkutan umum itu. Dia terus meneriaki nama Rey dengan keras, dia yakin Rey bahkan mendengar teriakannya. Namun, lelaki itu menulikan telinganya terhadap panggilan Shanum. Hingga tanpa Shanum sadari, sebuah mobil berwarna merah melaju dengan kencang dibelakannya.
Bruuuuk!!!
Tubuh Shanum terpental dan menghantam aspal. Darah mengalir deras dari kepala dan beberapa luka di tangan dan kaki Shanum akibat bersentuhan dengan aspal jalan. Lalu lintas menjadi macet, banyak orang berdatangan mengerumuni Shanum yang masih sempat sadarkan diri. Bahkan Rey juga berdiri di sana. Membuat senyum Shanum terbit meski dengan ringisan sakit yang tak tertahan. Tapi, Rey tetap pada Rey yang tengah marah pada Shanum. Lelaki itu bahkan tak beranjak dari tempatnya berdiri. Sama sekali tidak menolong Shanum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shanum
SpiritualAku percaya takdir-nya yang terbaik, karena tak ada satu daunpun yang gugur tanpa sebab, begitupun dengan kita. Tak ada satupun peristiwa yang terjadi tanpa alasan dan hikmah di dalamnya. Dia yang memisahkan, maka Dia juga yang akan mempertemukan...