09.15
'Dok'
Pagi ini aku hampir menumpahkan kopiku saat menerima telefon dari Clarin. Setelah dua hari lalu pertemuan canggungku dengannya karena tentu saja ia menolak ajakanku untuk pergi berdua.
"Iya Clarin, gimana?" Jawabku sembari membereskan bekas kopi di atas meja.
'Saya mau cerita'
"Oh wow, okay. Langsung aja"
Kalian tidak tahu sesenang apa aku sekarang. Entahlah apa ini namanya tapi sepertinya aku memang tertarik dengan Clarin. Gadis ini sangat misterius. Aku yakin dirinya memiliki suatu keadaan psikologis yang berbeda-beda. Ia jelas tidak memiliki kepribadian ganda, tau yang orang-orang sebut sebagai DID*. Entahlah, ketika bersamanya semenjak pertemuan pertama kami aku tidak merasa seperti dokternya, lebih ke seseorang tempat berlabuhnya cerita (walaupun Clarin hanya berbicara seperdelapan waktu dari sesi terapinya).
'Mmm.. gak jadi deh, saya tutup ya do–' Cepat cepat kuhentikan dirinya dari menutup panggilanku kali ini.
"Eh eh tunggu" Ujarku sembari mengangkat tanganku, mengisyaratkan untuk berhenti padahal dirinya saja tidak bisa melihat pergerakanku. Dasar Richard!
'Kenapa dok?'
"Kamu lagi nempuh gelar Magister?"
'Iya dok, dua bulan lagi saya semester akhir'
"Eumm, ambil apa?" Tanpa sadar tanganku menggaruk bahu yang dilapisi kaus hitam tipis. Mungkin ini reaksi alami tubuh? Iya, sepertinya iya.
'Sejarah dok'
"Oke"
'Udah, gitu doang dok?'
Iya Clarin, aku memiliki begitu pertanyaan dibenakku hingga pertanyaan konyol itu muncul begitu saja. Ah, sudah lama aku tidak merasakan perasaan ini. Aku tidak ingat, mungkin ketika sekolah dasar? Saat perempuan bernama Almira meminjamkan spidol warna ungunya untukku?
"Iya, oh iya jangan lupa hari ini mulai dengerin podcast saya ya" Karena aku membuatnya saat memikirkanmu.
'Haha, iya dok habis ini saya yoga session, saya lanjut denger podcast dokter'
"Oke, have a nice day Clarin"
'Dokter juga, dahh'
"Dah"
pipp
Tepat setelah ponsel ku letakkan di ranjang, aku masuk ke dalam lemariku dan mengganti pakaian menjadi celana pendek yang kubeli di New York beberapa minggu yang lalu. Tak lupa membawa jaket, aku keluar rumah dan memasang airpods ke telingaku. Pagi ini aku harus lari karena sudah lama tubuh besarku ini tidak bergerak. Setelah memarkirkan mobilku aku langsung memulai kegiatan lariku di taman kota ini.
Dengan berlari nafasku tidak teratur, iya Richard mereka sudah tahu. Tubuhku hanya mampu berlari paling lama 30 menit, biasanya ketika lelah aku memilih untuk berjalan santai sejenak lalu melanjutkan lagi kegiatan lariku. Biasanya aku akan bertahan sampai 2 jam lamanya tapi kali ini aku memutuskan untuk berhenti pada menit ke 90. Aku berhenti di depan kursi taman dan mengambil nafas panjang. Melihat ke sekeliling apakah aku bisa menemukan warung atau toko kelontong untuk membeli air mineral.
Ponselku berdering, membuatku langsung mengetuk airpodsku "Halo"
'Halo Richard, mobil Gio mau lo ambil kapan nih' Ah, aku hampir lupa dengan mobil yang kumenangkan tempo hari lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Souluz
RomanceAku ingin tahu kau lebih dalam. Sinarmu sangat terang tapi semua itu yang palsu. Kau bilang kau kehilangan jiwamu. Namun, menurutku itu tidak hilang, hanya saja kau tidak mau menerimanya *** Selama ini aku hanya berdua dengan dia. Aku baik-baik saja...