[2] Within a Week -part 1

33 3 0
                                    

Kael & Eva's

🌹

Kael menatap pantulan dirinya pada cermin, berusaha merapikan kerah kemeja yang ia gunakan. Berulang kali ia menekan lipatan kerah dan menaikkannya, tetapi dirinya masih belum puas. Seketika ia seolah mendengar suara seorang wanita yang berkata, "Kalau susah, pakai dasi aja, Ka".

Tentu saja raga wanita tersebut tidak ada dan suara tadi hanya berasal dari ingatan Kael. Dirinya kemudian membuka pintu lemari, mengambil salah satu dasi yang berbahan kaku lalu memasangkan pada bagian kerah kemejanya seperti yang biasa sosok wanita tadi katakan. Kael tersenyum getir mengingat setelah kalimat itu, biasanya wanita tersebut mengomel karena ia yang tidak pernah menyetrika bagian kerah atau setidaknya menggunakan jasa laundry cuci-kering-setrika.

Sekali lagi ia menatap bayangannya pada cermin. "Pretty...fine, I guess? At least I'm not a hundred percent mess."

Another day for him to pretend that he has been living happily. Berpura-pura turut bahagia ketika orang lain bahagia, padahal saat ini ia seperti seseorang yang sudah jatuh, tertimpa tangga pula.

🌹

Di atas kursi putar, Kael duduk manis sambil memegang ponsel di telinga kirinya. Ia mendengarkan suara seorang wanita yang berbicara di seberang sana. Bibirnya tak henti melengkungkan senyuman, berusaha menahan tawa yang ingin keluar karena perasaan yang menggelitik hatinya. Mendengar lawan bicaranya selesai, Kael menarik napas agar ia kembali sadar.

"It's not like that, Ariana. Aku seneng kok kalau kamu bisa liburan. I'm already missing you too, but there are lots of time left for us to enjoy after you finished your trip."

"I'm not on a vacation, Kael. Kamu tahu sendiri aku cuma nemenin penulisku on her book tour."

Kekasih Kael bernama Ariana, ia bekerja sebagai editor pada salah satu penerbit buku dan saat ini ia sedang bertanggung jawab atas penulis yang sedang tur nasional untuk mempromosikan bukunya.

"Tapi ngga stuck sama meja dan kursi kantor lagi, kan? Sekarang di mana..Manado? Pasti di Manado juga kulineran, nih. Terus diving di Bunaken, hunting spot buat foto liburan," jelas Kael dengan menambahkan sedikit tawa pada akhir kalimatnya.

"Ih.. Kael."

"Hehe, maaf, Ri. Lagian kapan lagi, kan, bisa kerja sambil jalan-jalan."

"Iya, deh. Udah ya, Ka. Bentar lagi event-nya mau mulai. Love you."

"Bye. Love you too, Ariana."

Kael memutar kursinya untuk kembali menghadap pada layar komputer. Ia memasang headphone pada kepalanya kemudian membuka aplikasi music player. Dengan suara tenornya yang terdengar tipis dan tegas, ia ikut menyenandungkan lagu yang sedang ia dengarkan. Posisi duduknya menjadi semakin nyaman ketika dia memejamkan mata dan mengangkat kakinya untuk diletakkan pada meja komputer.

Suasana hati Kael terlihat sangat baik hari ini. Sebagian besar investor, bahkan investor utamanya, siang hari ini akan memberikan dana untuk usaha yang akan ia bentuk bersama temannya, Reuben. Mereka hendak membuat rumah produksi musik dengan Kael yang bertanggung jawab pada bagian produksi serta Reuben yang bertanggung jawab untuk bagian administrasi, pendanaan, dan sebagainya. Bisa dibilang jika nanti usaha mereka sudah benar-benar berjalan, Kael akan menjadi main producer dan Reuben yang akan menjadi direktur utama perusahaan mereka.

Tiba-tiba musik yang keluar dari headphone Kael mengalami jeda beberapa kali karena notifikasi WhatsApp yang tersambung pada komputernya. Ia membuka mata dan memperbaiki posisi duduknya agar dapat menatap layar komputer.

enchanté; an anthologyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang