Adinda keluar dari dalam restoran, nafasnya sedikit sesak. Kata-kata dari temannya itu berhasil membuat lubang di hati Adinda. "Kenapa orang-orang memperlakukan gue kaya gini?" Gumamnya, di balik gemerlap kesuksesan hidup Adinda di mata temannya dia bukanlah gadis yang bahagia.
Bumi yang luas ini serta manusianya yang teramat banyak, kenapa saya masih kesepian? Semuanya sudah berhasil ku dapatkan, tapi kenapa sulit sekali untuk mencapai kebahagiaan?
Traffic Light berubah warna menjadi merah, Adinda melangkah maju dengan tenang. Angkasa yang semula biru berseri berubah mendung, kilatan mulai menjulur keluar dari dalam awan. Adinda seketika memekik terkejut sesaat para guntur menyalak kencang, belum setengah detik ia mendapati sebuah mobil sedan menabraknya hingga tubuh kecil melayang melewati atap mobil.
Air hujan turun bersamaan dengan darah yang mengalir keluar, tidak saya tidak boleh meninggal dengan cara seperti ini. Adinda berusaha mengambil nafas meskipun sulit, remang-remang seorang pria berlari ke arahnya. Ia tak seperti orang-orang pada umumnya. Tolong. Adinda sudah tidak kuat untuk membuka matanya, ia terpejam sebelum pria itu sampai kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KATANGGA
Historical Fiction𝐒𝐞𝐛𝐮𝐚𝐡 𝐤𝐢𝐬𝐚𝐡 𝐜𝐢𝐧𝐭𝐚 𝐥𝐢𝐧𝐭𝐚𝐬 𝐰𝐚𝐤𝐭𝐮, 𝐝𝐢 𝐛𝐚𝐰𝐚𝐡 𝐠𝐮𝐠𝐮𝐫𝐚𝐧 𝐛𝐮𝐧𝐠𝐚 𝐊𝐚𝐭𝐚𝐧𝐠𝐠𝐚 𝐜𝐢𝐧𝐭𝐚 𝐚𝐧𝐭𝐚𝐫𝐚 𝐘𝐚𝐧𝐠 𝐌𝐮𝐥𝐢𝐚 𝐉𝐚𝐲𝐚𝐧𝐚𝐠𝐚𝐫𝐚 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐩𝐮𝐭𝐫𝐢 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐃𝐡𝐚𝐫𝐦𝐚𝐩𝐮𝐭𝐞𝐫𝐚 𝐦𝐞𝐫�...