"merindukan seseorang yang sudah tiada adalah rindu yang tidak akan pernah berakhir temu."
Selamat membaca ❣️
Cahaya matahari pagi menembus jendela kaca dan celahnya yang hanya tertutupi oleh gorden tipis.
Menyilaukan penglihatan Alya yang masih menggeliat dalam tidurnya.
Hari ini weekend dimana kebanyakan orang akan menghabiskan waktu bersama keluarga kecilnya. Seperti, yang dulu pernah Alya rasakan saat masih ada ayahnya.
Seseorang berjalan dan memutar gagang pintu kamar Alya. Menampakkan Diana seseorang yang menjadi semangat Alya setiap harinya. Diana mendekat kekasur Alya dan mengelus kepala anaknya.
"Bangun nak. Mandi dan terus sarapan, sudah bunda siapkan dimeja makan," ucap Diana lembut.
Alya yang kembali menggeliat dan segera duduk untuk mengumpulkan nyawanya.
Alya tersenyum dan mengangguk serasa berjalan untuk mengambil handuk dan mandi.
Sedangkan Diana memilih keluar dan menunggu anaknya di meja makan.
Setelah mandi, Alya memakai pakaian rumahan yaitu baju kaos putih dan celana selutut. Alya keluar sesuai perintah bundanya yaitu sarapan.
Disela-sela sarapan Alya membuka suara, " bun, Alya nanti mau kemakam ayah yaa," ucap Alya.
Diana sibuk dengan sarapan malah berhenti sebentar karena mendengar ucapan anak nya.
"Bunda izinin, asal kamu janji jangan nangis. Bunda nggak mau kamu terus-terusan sedih," ucap Diana sedikit terharu."Siap bunda!" Ujar Alya dengan semangat.
Mungkin untuk tidak menangis di makam orang yang disayang dan sangat dirindukan adalah hal yang susah, namun Alya pasti akan berusaha demi Diana.
***
Selesai sarapan Alya pamit untuk kekamar dan memakai pakaian yang sedikit tertutup untuk keluar rumah. Ia memakai celana hitam panjang, dan hoodie abu-abu.
Hari ini Alya memilih menggunakan sepeda untuk menuju kemakam ayahnya, supaya ia juga bisa menikmati perjalanan.Setelah pamit dengan Diana, Alya langsung menuju kemakam dan juga earphone yang setia menemani dan memberikan kenyamanan dipendengarannya. Alya mengayuh sepeda dengan santai sambil sedikit bersuara mengikuti lirik lagu yang sedang berputar.
Namun, penglihatan Alya menangkap sesuatu yang tidak asing lagi. Kadang Alya merasa bingung kenapa ia selalu saja di pertemukan dengan Kian. Yaa orang yang Alya lihat saat ini adalah Kian. Ia sedang terduduk di bawah pohon dengan wajah seperti menahan perih sambil memperhatikan lutut dan sikunya. Alya berusaha untuk tidak memperdulikan nya. Tapi, Alya bukan lah orang yang kejam yang tidak memiliki rasa iba.
Alya mendekat dan turun dari sepeda nya, "lutut dan siku lo, kenapa?" Tanya Alya to the point.
Kian tampak terkejut dengan kedatangan Alya yang tiba-tiba. Namun, senyuman segera tercetak diwajah nya. Ntah kenapa ia merasa Alya peduli kepadanya.
"Eumm. aku tadi keserempet mobil Al, saat tadi lagi sepedaan. Orang nya malah lari lagi," jawab Kian sedikit kesal.
"Lo tunggu bentar disini," ujar Alya dan segera naik ke sepeda nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alya Seyhira
Teen FictionGadis remaja yang seharusnya bergelut dengan masa remajanya, bersenang-senang dengan teman-temannya. Tapi, yang terjadi malah sebaliknya. Dia dihindari oleh semua orang hanya karena keadaan bundanya yang tidak sempurna. Hingga dipertemukan dengan Ki...