04. Every Inch Counts

5.3K 753 33
                                    

Just keep taking chances
and having fun.

- Garth Brooks

***

"Sayang sekali bagian terdepan sepertinya sudah penuh," ucap Sicheng yang masih memicingkan matanya untuk mencari tempat kosong di baris terdepan bangku penonton. Tapi sayang sekali deretan terdepan memang sudah terisi semua oleh banyak sekali mahasiswi. Mau tidak mau Renjun, Kun, Sicheng, Jaemin, dan Jisung harus duduk di belakang. Renjun tidak menyangka kalau antusiasme pendukung tim basket universitas mereka sebesar ini.

"Dia terlihat sangat gugup," ucap Jisung sambil terkekeh menunjuk Chenle yang berdiri di salah satu sudut lapangan bersama peserta lain. Jaemin berdiri meneriaki nama Chenle sambil melambaikan tangannya. Saat mendapati rombongannya datang untuk mendukung, wajah Chenle seketika terlihat lebih rileks dan membalas lambaian Jaemin dengan senyum lebar.

"Ah kenapa dia sangat menggemaskan," lirih Kun sambil melambai kecil. Ia selalu memiliki soft spot untuk si anggota termuda di kumpulan mereka tersebut. Ia selalu memanjakan Chenle seperti adik kandungnya.

"Aku yakin dia akan lolos kali ini. Teknik permainannya meningkat sangat pesat," terang Jisung yang sering menemani latihan Chenle belakangan ini.

"Jeno juga bilang hampir bisa dipastikan Chenle pasti lolos," imbuh Jaemin.

"Aku harap benar begitu. Dia sudah berusaha sangat keras," ucap Kun penuh harap. Ia tahu seberapa kuat tekad Chenle untuk bergabung di tim basket universitas mereka. Ia selalu menonton video Stephen Curry setiap hari sebagai motivasinya.

Acara hari itu dibuka dengan penampilan tim pemandu sorak yang sangat enerjik. Penampilan mereka mengundang sorakan riuh dari mahasiswa yang datang hari itu. Perempuan-perempuan cantik dengan rok pendek dan pandai menari, laki-laki mana yang tidak akan tertarik?

Setelah itu adalah penampilan kecil dari beberapa anggota tim basket dan sambutan pendek dari Jeno sebagai kapten tim mereka. Saat Jeno baru saja memasuki lapangan, sorakan dari para mahasiswi yang mengambil tempat duduk di barisan paling depan terdengar lebih keras dibandingkan sorakan para mahasiswa saat penampilan tim pemandu sorak tadi. Banyak juga yang meneriaki nama Jeno berulang-ulang diikuti dengan kata-kata pujian di belakangnya.

"Woah daebak, dia sepopuler ini?"

"Dia bahkan lebih populer lagi di luar kampus. Kau akan melihatnya saat mereka ada pertandingan," terang Jaemin yang membuat Renjun hanya bisa ternganga kagum. Kalau memang seperti itu berarti tinggal menunggu waktu untuk Jeno mendapat tawaran sebagai model.

Setelah sambutan kecil dari Jeno selesai, sang pelatih berdehem dengan suara beratnya lewat microphone sebelum kemudian memberikan kata-kata sambutan untuk calon member baru timnya dan juga menerangkan peraturan audisi mereka hari itu kepada penonton. Ia telah membagi peserta menjadi beberapa tim secara random dan beberapa tim tersebut akan saling melawan. Dari sini Coach Choi dan beberapa asistennya akan mengambil penilaian pertama.

Pertandingan setiap tim berlangsung sangat seru. Kebanyakan dari mereka memang bermain cukup hebat. Saat giliran tim Chenle tiba, pertandingan berlangsung semakin sengit. Benar apa yang dikatakan Jisung, teknik permainan Chenle mengalami banyak peningkatan. Ia bermain dengan sangat bagus, Renjun dan teman-temannya yakin Chenle akan berhasil melewati audisi kali ini.

Renjun menyisir sisi lapangan yang berisi para senior member tim basket universitasnya dan akhirnya menemukan Jeno. Ia dengan wajah seriusnya tengah mengamati permainan Chenle dan tersenyum sangat lebar saat Chenle berhasil mencetak skor. Renjun pikir dia pasti sangat bangga karena dirinya hampir setiap hari dengan sabar membantu latihan Chenle. Tanpa sadar Renjun ikut tersenyum lebar melihat senyum Jeno.

A Little Like Fate || NoRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang