Normality is a paved road;
It's comfortable to walk,
but no flowers grow on it.- Vincent van Gogh
***
Suatu malam Jeno sedang belajar sambil mengunyah jelly di meja belajar, sementara Jaemin bermain game di ranjangnya. Jaemin yang mulai merasa bosan dengan gamenya sesekali melirik Jeno yang masih sangat fokus belajar, dan mendadak ide usil terlintas di kepalanya.
"Jeno-ya."
"Hm?" dengung Jeno tanpa mengangkat wajah dari bukunya. Ia masih berkonsentrasi mengerjakan tugas yang baru ia selesaikan setengahnya.
"Apa kau menyukai Renjun?" saat mendengar ini Jeno sontak menghentikan gerak tangannya dan sedikit berbalik menatap bingung Jaemin yang kini tersenyum usil melihatnya.
"Aku menyukai Renjun? Tentu saja. Dia baik," jawab Jeno sambil mengangkat bahunya kemudian kembali fokus mengerjakan tugasnya. Sepertinya ia belum menangkap maksud Jaemin.
"Bukan begitu, maksudku, apa kau menyukainya seperti Romeo menyukai Juliette?"
"Maksudmu romantically?" Jeno mengernyitkan alisnya dan kembali menatap Jaemin,"Apa yang membuatmu berpikir seperti itu?"
"Kau banyak tersenyum setiap Renjun ada di sekitarmu. Kau juga memperlakukannya sangat manis. Kau bahkan rela mengorbankan perutmu untuk membuatnya senang. Dan aku tahu kau pasti gemas setiap kali melihat Renjun melakukan apapun. Apapun!" mendengar penjabaran Jaemin Jeno pikir tidak ada yang salah, toh Renjun memang menggemaskan. Tapi menyukainya seperti 'itu'....hm, Jeno tidak pernah terpikir sejauh itu.
"Bukankah dia memang menggemaskan seperti kucing? Hanya melihatnya saja aku senang."
Kini Jaemin yang mengernyitkan alisnya bingung,"Jadi perasaanmu untuk Renjun sama seperti perasaanmu untuk Bongsik, Seol, dan Lal?"
"Uh, kalau kau membandingkannya seperti itu tentu saja sangat berbeda, Jaemin-ah," Jeno mengernyitkan keningnya. Di dalam kepalanya ia berusaha keras membandingkan Renjun dengan ketiga kucing peliharaannya.
"Lalu seperti apa? Aku tidak cukup pintar jadi tolong jelaskan saja Jeno-ssi."
"Aku juga tidak tahu. Kenapa kau tiba-tiba membahas ini?"
"Aku hanya penasaran. Lalu apa kau menyukai Minhee?"
"Dia hanya teman," jawab Jeno enteng. Sebenarnya ia tahu Minhee menyimpan perasaan untuknya. Bukan hanya dia, bahkan semua orang juga tahu. Hanya saja Jeno tidak ingin menyinggungnya karena Minhee juga sepertinya tidak ingin mengutarakannya. Yang jelas Jeno hanya melihatnya sebagai teman, tidak lebih.
"Kalau begitu di antara Renjun dan Minhee siapa yang lebih kau sukai?"
"Renjun. Dia selalu mengingatkanku pada kucing," saat mengatakan ini pun senyum Jeno sangat lebar.
"Wow! Fantastic! Kau bahkan menjawabnya tanpa berpikir. Kau yakin hanya menyukai Renjun seperti kau menyukai kucing?"
"Tentu saja lebih dari itu. Dia manusia," tukas Jeno yang kemudian melanjutkan tugasnya sambil sesekali tersenyum mengingat tingkah lucu Renjun. Gara-gara Jaemin membahasnya ia jadi tidak bisa tidak memikirkan Renjun.
Melihat sahabatnya yang tengah fokus--atau mungkin tidak terlalu fokus--mengerjakan tugas sambil sesekali tersenyum kecil membuat Jaemin hanya bisa menghela nafas. Ia sangat yakin Jeno akan segera menyadari perasaannya entah cepat atau lambat.
Yang membuatnya sangat tertarik adalah ini pertama kalinya Jeno bersikap seperti ini. Saat pertama kali berkencan pun Jeno tidak se-excited ini ketika membicarakan pacarnya. Bahkan jauh dari ini. Ia selalu terkesan cukup dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Little Like Fate || NoRen
FanfictionCeritanya cukup ringan (mungkin). Slow burn. Super fluffy. Some smut (later). Langsung baca aja soalnya aku gak pinter bikin sinopsis💚