When joy is a habit
love is a reflex.- Bob Goff
***
Hari ini, hari Minggu, adalah hari pertama Renjun di tempat kerjanya. Sayang sekali Yangyang berbeda shift dengannya hari ini jadi ia akan langsung menemui dua pegawai di tempat kerjanya. Renjun merasa cukup gugup karena ia sama sekali tidak tahu bagaimana mereka. Saat ia menanyakan pada Yangyang, teman barunya itu hanya menyuruhnya lebih santai dan tidak perlu terlalu cemas. Mana mungkin bisa begitu.
Setelah menarik nafasnya beberapa kali, Renjun membuka pintu toko dan berjalan masuk dengan langkah mantap. Ia mendapati seorang laki-laki dan seorang perempuan yang tengah asik berbincang di meja kasir dengan posisi memunggunginya. Keduanya masih mengenakan celemek dan ikat kepala, sepertinya mereka sedang bersih-bersih.
"P-permisi?"
Kedua orang tersebut serentak berbalik dan menatap bingung pada Renjun sebelum kemudian sama-sama membulatkan matanya seolah baru menyadari sesuatu.
"Kau pasti anak baru itu!" ucap si gadis berambut panjang dengan senyum lebar yang sangat ramah.
"Wah jinjja, noonim benar-benar memilih karyawan berdasarkan visual saja," kali ini giliran laki-laki bergaya nyentrik dengan rambut keabu-abuan yang membuka suara.
"Huang Renjun imnida," lirih Renjun mulai memperkenalkan diri karena ia tidak tahu bagaimana harus merespon ucapan mereka.
"Aku Kim Kibum, tapi panggil aku Key hyung saja. Terdengar lebih keren."
"Aku Kang Seulgi. Senang bertemu denganmu Renjun-ah," ucap Seulgi sembari melambaikan jemari rampingnya.
"Apa ada yang bisa kubantu? Aku juga akan membantu bersih-bersih."
"Tidak apa-apa, semua sudah selesai. Lagi pula keadaan toko pagi ini tidak terlalu berantakan. Duduklah di sini," Kibum menyeret sebuah kursi ke sampingnya kemudian menepuk permukaan datarnya sebagai isyarat untuk menyuruh Renjun duduk.
"Jika ada hal yang perlu kau tanyakan tidak perlu sungkan," ucap Seulgi sambil merapikan beberapa buku di samping meja kasir. Semalam ia sudah banyak bersih-bersih bersama Yangyang jadi memang tidak banyak yang bisa dilakukan pagi ini.
"Uh, sunbae..."
"Tidak perlu terlalu formal, panggil aku hyung dan dia noona saja."
"Ah, baik. Jadi apa Taeng noona memilih karyawan hanya berdasarkan visual?" hal itu cukup menarik perhatian Renjun. Bukankah itu berarti dia tergolong tampan hingga mereka menerimanya? Ia bisa sedikit besar kepala.
"Tentu saja, kau bisa liat sendiri," jawab Kibum, lalu ia dan Seulgi serempak memposisikan kedua telapak tangan di bawah dagu seperti kelopak bunga,"Toko buku kita bahkan mendapat sebutan toko bunga karena wajah-wajah ini."
"Uh, itu sebutan yang kau buat sendiri oppa."
"Ssshh!"
Renjun tidak bisa menahan tawa melihat dua seniornya itu. Mereka membuatnya melupakan rasa tegangnya tadi. Selanjutnya mereka saling mengobrol sambil bersiap-siap untuk membuka toko.
"Permisi? Apa kalian sudah buka? Atau aku terlalu pagi?" seorang perempuan cantik berambut hitam panjang dengan dress sepanjang lutut baru saja memasuki toko, ia tersenyum lembut pada para karyawan yang tengah berkumpul.
Renjun tidak berani menjawab karena ia belum tahu harus bagaimana menghadapi pelanggan, namun anehnya kedua seniornya juga sama-sama diam. Terutama Seulgi, dia bahkan terlihat gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Little Like Fate || NoRen
FanfictionCeritanya cukup ringan (mungkin). Slow burn. Super fluffy. Some smut (later). Langsung baca aja soalnya aku gak pinter bikin sinopsis💚