Harus adil!

118 30 13
                                    


Kini Embun juga Ayna—teman barunya itu sudah berada di lapangan dan berbasis disana, mereka memilih untuk berbaris di barisan bagian tengah agar tidak terlalu menonjol sekali sebagai murid baru, ya walaupun semuanya adalah murid baru.

Keduanya yang sudah rapih dan tentram di barisan pun hanya diam menatap beberapa murid yang terburu-buru untuk masuk kedalam barisan karena telat dan sebagainya.

Satu sosok yang membuat Embun menarik nafasnya panjang dan menatap malas lelaki itu.

Siapa lagi kalau bukan Al.

Lebih memalukannya lagi Al memasang pita nya di rambut miliknya, padahal kalau lelaki hanya disuruh mengikatnya di lengan saja.

Alhasil Al menjadi pusat perhatian seluruh murid bahkan hingga osis yang mengurus mereka.

"Bukan Abang gue,"

Celetuk Embun tiba-tiba memberitahu Ayna yang berada disebelahnya.

Ayna yang sedari tadi memperhatikan Al pun sedikit tersentak ketika Embun tiba-tiba berceletuk seperti tadi. Karna dia tidak ada bertanya sekali pun, penasaran pun tidak, tapi kenapa Embun tiba-tiba laporan.

"Kok bisa?—eum maksud Gue, Lo adiknya terus dia Abangnya, kok seangkatan?!"

Tanya Ayna yang kaget sendiri dengan pertanyaannya di akhir kalimat, bahkan ia sampai berulang kali menatap Embun dan Al yang sudah masuk di barisan sesekali.

"Ya karena dia bodoh—bandel maksudnya,"

Celetuk Embun sekenanya namun langsung ia koreksi karena tidak mau nama Abangnya akan jelek, walaupun nanti dia akan menjelekkan namanya sendiri.

Al kan selalu malu-maluin kalo kata Embun.

Ayna tercenung sambil berfikir beberapa saat—sampai akhirnya ia mengerti dan mengangguk paham.

"Kyaa!"

Sontak Embun dan Ayna menoleh sambil mengernyit bingung sekaligus kaget saat mendengar seluruh anak perempuan di sekolah mereka menjerit seperti orang tak waras—hanya karena satu lelaki yang berjalan menuju barisan dengan pakaiannya yang tidak rapih bahkan tanpa adanya peralatan yang lain.

Rasanya teriakan yang mereka keluarkan seperti baru saja mendapatkan voucher gratis ongkir di Shopee, Embun yang memang orangnya sangat ekspresif, ia langsung menatap lelaki itu dengan tatapan jijik dengan dahinya yang mengkerut aneh sambil melihat antusias teman-teman cewek yang berada di sekelilingnya.

Netra Embun tak henti mengikuti gerak dan gerik lelaki dengan gaya brandalan itu yang kini berjalan ke arah kakak Osis mereka yang kini menampilkan berbagai macam ekspresi ketika melihatnya, ada yang marah karena tidak menaati aturan, ada yang senang karena dia tampan, ada yang sudah muak karena dia pasti akan menjadi incaran seluruh sekolah selanjutnya. Netra Embun masih mengikuti langkah demi langkah lelaki itu hingga di langkah terakhirnya Embun pun masih memantau, Dia orangnya memang sangat penasaran.

"Galih!"

Embun dan Ayna segera menoleh ketika melihat satu kakak kelas mereka yang langsung menghampiri lelaki itu dengan lari kecilnya sambil membawa kipas kecil di tangannya. Sementara lelaki yang barusan di sebut namanya itu hanya menghela nafas malas sambil merapihkan tali tasnya yang sedikit miring itu dan menatap kakak kelasnya yang ber name tage Alana.

"Kenapa telat??"

Tanya gadis itu dengan mata berbinarnya sambil menumpukan kedua tangannya, agar terkesan imut.

Galih memutar bola matanya malas dan hanya diam saja tanpa ada niatan untuk menjawabnya. Dan membiarkan Alana dengan gaya imutnya itu.

Embun dan lainnya yang melihat itu pun langsung memasang tampang jijik mereka masing-masing karena tingkah Alana yang sangat menjijikkan itu.

Embun [Umga Lokal]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang