03.Jennie Kim

1.5K 235 17
                                    


"Dengarkan ibu mu ini atau pergi saja kau dari rumah"

"Harus berapa kali ibu katan, dengarkan guru mu kerjakan tugas mu, apa kau tidak ingin sukses"

"Sekali lagi ibu di panggil ke sekolah, ibu tidak akan pergi"

"Rasakan akibatnya sendiri, aku tidak akan memperdulikan kau lagi"

"Jangan pulang sebelum tugas mu selesai semua"

"Kerjakan tugas mu, walau sampai pagi pun"

"Berhenti lah sekolah, kau hanya menghabiskan uang ku"

Aku kesal sangat kesal padanya, tetapi aku tidak pernah membenci anak ku, aku sangat sayang dengannya, apapun resikonya aku akan tanggung itu semua, karna dia anak ku.

Tetapi kenapa ia memilih pergi?.

Apa ia kesal dengan nasehat ku, itu aku ucapkan agar ia lebih baik, agar ia berubah, ia terlalu malas untuk seorang anak sma.

"Ibu kau membunuh adik ku"

Mungkin memang benar aku membunuh anak ku sendiri, aku melukai nya dengan berbagai kata yang aku lontarkan sepajang hari padanya, aku tidak pernah memikirkan perasaanya akan kah ia terluka dengan kata kata ku, aku ibu yang egois.

Sekarang fotonya yang sedang tersenyum lebar itu kini begitu menyakitkan bahkan untuk di lirik sekali pun.

Anak ku haruto ia pergi karna ulah ku sendiri.

"Kau rasakan akibatnya sendiri, aku tidak peduli lagi pada mu, kau sangat batu urus saja hidup mu sendiri" ucapku padanya malam itu.

Aku sangat marah padanya, seharusnya hari itu ia harus pergi menepati janji dengan seroang guru karna ia naik kelas bersyarat.

Ia mendengarkan ku, ia pergi tanpa pamit pada ku atau pun bicara pada ku, dan sampai malam tiba ia tidak kunjung pulang, karna aku khawatir, aku menelepon gurunya menanyaka apakah ia masih dengan sang guru.

"Kenapa ibu, aku baru pulang dan kau mengomel lagi"

Seperti tidak ada dosa pada wajahnya, ia beralih ke mejamakan dan mengambil salah satu dari makanan di atas meja itu.

"Kau berbohong, kau tidak pergi menemui guru mu"

Seketika ia berhenti mengunyah, ia sangat terkejut.

"Ahhh tidak ibu kau jangan salah paham, aku sudah pergi tapi aku tidak menemukan sang guru-"

"Jangan banyak alasan"

Aku membentaknya, ia terkejut dan menatapku takut.

"Aku sudah lelah banting tulang mencari uang siang malam dan kau malah menyianyiakan uang ku"

"Aku tidak peduli lagi pada mu, tinggal kelas tinggal lah dan kau tidak akan aku sekolahkan, cari saja uang sendiri, itu lebih baik dari pada terus menghabiskan uang ku"

Ia benar benar diam seperti batu, aku sekolah bicara kepada patung.

"Haruto apa kau tidak bosan di marahi, selalu saja kesalahan yang sama kau ulangi, apa susahnya belajar dengan baik"

Timpal yoshi juga padanya, tetapi ia tetap diam ia menundukkan kepalanya.

"Aku tidak peduli padanya, biarkan saja dia" ucap ku lalu meninggalkannya yang masih mematung di meja makan.

Aku tidak tau apa yang ia gumam setelah aku pergi, aku hanya membiarkannya menyesali segala kesalahannya dan keesokan harinya akan kembali seperti semula.

Kembali seperti semula, itu adalah expetasi yang salah, haruto anak ku pergi keesokan harinya.

Anak ku yang tampan, kini wajahnya pucat tubuhnya dingin darah dimana mana, anak ku tertunduk lesu di sudut kamarnya.

Apa yang aku rasakan saat itu, hanya kesatikan mendalam dan mengutuk diri ku sendiri.

Seharunya aku tidak meninggalkannya sendiri di meja makan, seharunya aku tidak memarahinya, seharusnya aku menanyakan apakah ia baik baik saja, kemana ia sehingga pulang begitu malam.

Aku benar benar tidak becus hanya untuk mengurus seorang anak, aku sangat bodoh.

Pisau dapur yang sudah kuremas sedari tadi kini terasa sangat menyakitkan saat sudah membelah telapak tangan ku, aku menatapi pisau itu, darah dan pisau itu benar benar mengingatkan ku pada haruto yang harus menahan sakit malam itu.

Perlahan aku menyayat tangan aku, aku ingin menyusul haruto dan minta maaf padanya.

Ini begitu sakit dan ini adalah rasa sakit yang di rasakan anak ku malam itu dan tidak ada seorang pun yang tau, ataupun mencegahnya.

Sayatan yang belum terlalu dalam, tiba tiba pisau itu di rebut oleh yoshi dan membuangnya sembarangan, dengan segera ia menutup luka tangan ku dengan kain.

"Kau tidak boleh mati, kau harus merasakan sakitnya di tinggal anak mu dan hidup dengan di hantui rasa penyesalan sepanjang hari dengan kau mengakhiri hidup mu, kau sangat curang"

Aku tidak tau apakah ia benci pada ku atau tidak, ia selalu melontarkan kata kebencian pada ku, tetapi ia selalu memeluk ku ketika aku  menangis menyesali perbuatan ku.

"Kenapa tidak lakukan hal yang sama malam itu?" tanya ku pada yoshi yang tengah mengikat tangan ku dengan kain agar darahnya tak lagi keluar.

"Aku bodoh" jawabnya singkat.

Setelah selesai ia duduk di dekat ku.

"Kau ibu yang jahat, seharusnya kau memikirkan perasaan adik ku, bukan memarahinya seenak mau mu"

Ia marah tetapi memegang tangan ku dengan hangat.

"Kau juga kakak yang jahat, seharunya kau membelanya bukan ikut memarahinya"

Timpal ku juga, tetapi ia diam menatap kedepan dan menutup mata, lalu membukanya lagi perlahan.

"Mulai sekarang hiduplah menghargai perasaan orang, apakah ia akan marah ketika kita melontarkan ucapan atau ia akan terluka. belajar mengharagi waktu, karna belum tentu hari kemarin baik dan hari esok juga akan baik dan jangan menuntut kesempurnaan pada seseorang karna manusia tidak lah sempurna"

Aku menatap anak ku dengan manik air mata yang menggelinang, aku masih punya seorang anak yang harus aku jaga baik baik dan aku sayangi, aku tidak akan menuntut kesempurnaan padanya, karna aku tidak ingin kejadian yang sama terulang lagi.

Cukup haruto yang harus pergi dengan cara yang salah.

"Sekarang haruto sudah bahagia dengan ayah" ucap yoshi lagi.

"Yaaa anak siapa kau, kenapa begitu keren" aku mencubit pipinya dengan sisa sisa tenanga ku.

Sayatan di tangan itu membuat ku lemas dan pandangan ku mulai memudar dan sebelum akhirnya gelap.

"Maafkan ibu nak."

-
-
-
-
-
Tbc

Bayangin aja jennie itu nikah sama orang jepang dan anak anaknya di kasih nama jepang:)

Be Sorry - Haruto[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang