01. Memangnya Apa Yang Menarik?

148 18 0
                                    

Seharusnya, perpustakaan menjadi tempat yang hening di sekolah. Namun, apa yang terjadi di sini memanglah hal biasa yang sebenarnya luar biasa, guru-guru pun angkat tangan jika sudah tiba jadwalnya. Ketika para murid dari seluruh angkatan berkumpul ke atap sekolah, beberapa di antaranya memasang taruhan, dan sisanya yang sedang piket UKS akan menggerutu, hanya untuk menentukan siapa yang pantas menjadi ketua SMA Gyeonseo selanjutnya. Si ketua terakhir--Yoo Jeongyeon, siswi tingkat akhir yang sebentar lagi akan menjalani ujian, harus mencari penerusnya sebagai ketua Gyeonseo.

Bukan rahasia umum bahwa ketua Gyeonseo; Gyeonim merupakan salah satu kandidat yang paling ditakuti di wilayah utara. Maka dari itu, banyak sekali musuh yang bermunculan, sehingga si ketua harus selalu berkeliaran dengan anak buahnya jika sewaktu-waktu bahaya datang menghampiri--paling tidak mereka dapat melarikan diri.

Penyebabnya yang tak lain adalah karena beberapa di antara mereka merasa tertekan, takut, dan lain sebagainya, yang sebenarnya muncul secara tak langsung dari dugaan-dugaan yang bahkan belum pasti terjadi--termakan kabar burung--seperti, "Kita akan kalah kalau Gyeonseo tidak ditaklukkan." Kurang lebih seperti itulah pengetahuan Jeno tentang sejarah sekolah ini. Cih, sejarah ....

"Jeno-ya, kau tak ingin ikut?" Tanya Jaemin memastikan tanpa menghentikan lari kecilnya.

"Nope."

Dan Jaemin yang tengah bersandar di daun pintu itu refleks menjentikkan jarinya lalu menghilang dari pintu perpustakaan. Sungguh, Jeno tak habis pikir, memangnya untuk apa menonton tradisi seperti itu? Sekolah ini memang berbeda--dan ia akui itu-- jika pada umumnya, sekolah dengan murid pembuat onar--minus Jeno-- akan mencari kandidat ketua seorang lelaki, bukan perempuan seperti SMA ini. Alasan Jeno sendiri mendaftar di sini hanya karena faktor jarak yang tak terlalu jauh dari rumah sewaannya, sehingga ia tak perlu bersusah payah menghemat pengeluaran. Selain itu, ia bisa kemari bersama dengan teman masa kecilnya yang tinggal tak jauh dari rumahnya. Si tomboy yang benar-benar usil.

Jeongyeon tertawa lepas sambil meminjam handuk kecil milik Eunseo guna menyeka peluhnya yang setitik itu dan berdecak kagum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeongyeon tertawa lepas sambil meminjam handuk kecil milik Eunseo guna menyeka peluhnya yang setitik itu dan berdecak kagum. "Kalau begini terus, Gyeonseo takkan punya penerus. Bibirku saja belum dijamah oleh bogeman."

Eunseo membuka sebotol air mineral dan menyerahkannya pada Jeongyeon.

"Ayo! Siapa lagi yang ingin merebut gelar ketua?!" Tantang gadis bernama Yeji yang sibuk mencoret nama di buku kecilnya. Jika begini terus, tinta pulpennya akan cepat habis. Sekalipun pulpen hasil pungut--tetap saja, 'kan?

"Saya! Saya! Ss-saya~" Seorang gadis berpakaian rapi membuka suaranya antusias tepat kala mayoritas siswa yang memasang taruhan pada ketua tahun lalu bersorak ria karena semakin yakin, kalau tak ada lawan yang pantas untuk sang ketua itu.

"Kau?" Yeji terlihat berpikir. "Kim ...."

"Ahn Yujin, Kak. Salam kenal," ujar gadis itu lalu membungkuk hormat pada senior-seniornya.

AlrightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang