Rentetan kalimat yang Yujin lontarkan itu memang terdengar tenang. Juga cenderung memancing emosi sang lawan bicara. Sungguh konyol dan palsu.
Meremang bulu tengkuknya mendengar suara Yoobin yang tahu-tahu menjadi supel. Batinnya terus memperingatkan kalau Sooji tak boleh mengkhawatirkannya lagi. Mengapa Tuhan? Ia baru saja berniat untuk menata ulang hidupnya bersama sang kakak dengan menjadi murid rajin hingga waktu tidurnya menjadi bulan-bulanan seperti pelajar pada umumnya.
Sayangnya, takkan semudah itu untuk melepaskan diri dari apa yang telah ia mulai. Inilah risiko yang harus ditanggungnya. Bahkan untuk pemimpin kecil seperti Gyeonim yang justru menolak untuk dikawal.
"Woongie~ kau belum merekamnya kan?" Tanya Yoobin yang direspon dengan anggukan tegas seorang Cha Daewoong. Ia merenggangkan tubuhnya perlahan dan menarik masker slayer yang menggantung di lehernya, lalu melangkah maju dengan bat baseball yang ada di dalam genggamannya. "Ayo ke puncaknya."
"Anak-anak! Lepaskan saja gadis itu," Ujar Daewoong memberi perintah sambil mengutak-atik ponsel di tangannya.
Yujin langsung ambruk dan meringkuk terbatuk lantam. Darah yang bermuara dalam mulutnya itu berjatuhan membasahi aspal. "Jang Yoobin ... neo ...."
Tak berselang lama, ia merasakan hantaman keras di pinggang. Seseorang menendang tubuhnya kuat. Serangannya bukan berkurang, bahkan lebih gencar. Satu hingga dua pukulan bat baseball ikut mendarat telak di punggungnya. Yujin lekas mengangkat tangan; menghalau pukulan yang terus menghujami tubuh dan kepala.
Jangan sekarang ... kakak menunggu .... ku.Salah satu dari mereka menarik lalu menahan pundaknya hingga terduduk dengan kepala lunglai. Belum, insiden ini masih berlangsung. Selepas itu seorang yang lain muncul membawa sebotol air yang langsung diguyurkan ke wajahnya.
Mempan, tentu saja. Yujin mengangkat kelopak matanya perlahan ... detik demi detik berlalu sejak kesadarannya berangsur pulih. Meski begitu, objek-objek yang seharusnya terlihat jelas saat ia tilik, masih tampak buyar seperti nyaris berjatuhan. Persis dengan yang pernah ia alami dahulu, tepat seusai bermain ... berputar-putar di tempat dengan satu tangan menjepit cuping hidung bersama Jeno.
Jeno? Jeno-ya, jemput aku, kumohon ....Ia mendongak, kemudian mengerjap guna mengembalikan penglihatan yang buram itu lebih dari sekali.
Lagi! Coba lagi! Matanya terus berkedip hingga ... berhasil! Yujin menyaksikan bagaimana sudut bibir itu tertarik ke atas; membentuk seringai yang membuat dirinya merasa ... gamang seketika.
Namun, debuk terakhir yang menyerang kepalanya dengan hebat itu sungguh mengakhiri perasaannya; mengubah segalanya menjadi gelap dalam sekejap.
Cha Daewoong menghentikan rekaman tepat sepuluh detik setelah Yujin terkapar dengan puncak kepala yang mengucurkan darah.
"Nah, begini kan lebih baik," gumam Yoobin bangga lalu berjalan menjauh dengan bat menggantung di pundak kanan. "Kajja."
Namun, salah seorang di antara kawanan itu merogoh saku kemeja. Tangannya menggenggam lalu mengeluarkan benda persegi kesayangan semua orang. "Daewoong hyung!"
"Hm?" Sahut Daewoong tanpa menoleh.
"Ibuku menelepon. Aku akan menyusul--"
"Terserah padamu, Sungchanie~" potong Yoobin cepat.
Setelah enam orang itu beranjak cukup jauh, pria yang sempat menggerutu kalau namanya adalah Sungchan tanpa embel-embel menjijikan -ie itu menekan tombol teleponnya.
"119 ... ayo cepat..." panggilan terhubung. "Tolong, di distrik sembilan ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Alright
FanficKehidupan Yujin yang dipenuhi masalah. Mulai dari kurangnya perhatian sang kakak, cinta yang tak berbalas, sampai kejadian fatal yang membuatnya terpuruk.