04. Rasanya Sangat Mengganggu

60 11 3
                                    


Jeno mengedarkan tatapannya ke seluruh penjuru tribune dan mendapati Hyunjin yang duduk satu baris dengannya, jika dihitung ... hanya berjarak sekitar tiga orang.
Tanya? Atau .... Ah baiklah, bertanya atau tersesat di jalan. Tentu saja bertanya, bukankah begitu? Ia melambaikan tangan hingga pria berwajah unik itu menatap ke arahnya. "Hyunjin-ssi, apa kau tahu Yujin ada di mana?!"

"Apa?!" Tanya Hyunjin balik.

Sepertinya suaranya kurang keras. Baiklah. "YU-JIN! DI MANA?!" Masa bodoh dengan formal. Banmal pun ia sikat. Toh hanya Hyunjin.

Jeno agak tergemap saat Hyunjin mengangkat bahunya. Pria itu tidak tahu? Apa yang terjadi? Yujin tak pernah absen untuk basket. Entah itu hanya untuk latihan atau bahkan hal tidak penting sekalipun. Terakhir kali dia mendapati Yujin hanya pada malam itu, waktu gadis itu tengah bersama Hyunjin di kedai tempatnya berkencan dengan Yuna. Kedai langganannya dan Yujin.

Yujin berusaha bangkit dari balik motornya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yujin berusaha bangkit dari balik motornya. Mobil sialan! Bisa-bisanya menyalip dari sisi kanan saat ia hendak menepi! Sekarang kepalanya berdenyut nyeri bukan alang kepalang setelah sempat berbenturan dengan aspal.

Jalanan sedang lengang ... dan betapa beruntungnya ia tidak tewas di sini. Kepalanya pasti memar, usai jarinya meraba perlahan, dan rasa pusing sekaligus sakit menderanya begitu saja.

Ia duduk sejenak tanpa perlu meminggirkan motor tercintanya sebab ia sudah terseret ke pinggir jalan berdua. Hanya luka yang cukup panjang di lengan kiri dan celananya yang robek. Beruntung semalam ia tak mengganti pakaiannya menjadi piama sebelum tidur. Mungkin, ia akan berlumuran darah saat ini.

Jika dipikir-pikir, sudah lama sekali sejak ia mengendarai motornya demi menyempatkan diri untuk berangkat sekolah menggunakan bus bersama Jeno, menunggu di halte bersama, dan terkadang berdiri berdampingan saat tak kebagian kursi, tapi semua itu takkan terjadi lagi semenjak pria itu mulai dekat dengan Yuna sesuai dengan perkataannya. Ah iya, tak seharusnya dia lupa kalau beberapa hari yang lalu Jeno mengiriminya pesan singkat yang sungguh ... menohoknya begitu dalam. Tubuhnya bagai dijalari listrik ribuan volt hingga bergidik bersama hatinya yang meraung sedih.

Yujin-a! Yuna menerimaku! Dia menerimaku! Terima kasih atas doronganmu! Aku akan mentraktirmu apa saja! Aku janji! Jika kau senggang di akhir pekan ini, hubungi aku ya! Ayo kita ke kedai biasa!

Namun, pada akhirnya Jeno pergi ke kedai itu bersama Yuna. Ah tidak-tidak. Itu juga salahnya yang tidak mengabari pria itu kalau ia punya waktu luang. Apa ia tak bisa menjadi lebih menyedihkan lebih dari ini?

 Apa ia tak bisa menjadi lebih menyedihkan lebih dari ini?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AlrightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang