🎬. Prolog.

17 4 3
                                    

"Pacar yang egois, tidak mempertimbangkan perasaanmu terhadap keputusannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pacar yang egois, tidak mempertimbangkan perasaanmu terhadap keputusannya. Yang terpenting adalah ia yakin hal itu baik untuknya."

---

Ara gak tahu ini kesalahannya sendiri atau juga Adara. Tapi yang pasti Ara merasa gak bersalah disini.

Segala kejadian ini bermula saat dulu, saat Adara dan Ara yang duduk bersampingan menonton pertandingan basket saat itu.

Saat itu Adara dan Ara sedang berada di bangku tepi lapangan indoor sekolah. Saat itu keduanya tengah emosi dengan pasangan masing-masing, membuat amarah Adara dan Ara bekerja lebih giat dan ketenangan mereka tidur siang dengan lelap.

Ara dan Adara bukan sepasang sahabat. Mereka hanya sekedar tahu nama. Bukan dikatakan dekat, bahkan sepertinya hanya Ara yang tahu lebih banyak tentang Adara. Fyi, Adara selalu dapat penghargaan dari sekolah, pasti banyak orang tahu. Dan Ara hanya siswa biasa. Tapi disini mereka mempunyai alasan yang hampir sama yang membuat mereka duduk memandang emosi lapangan basket.

Sebenarnya bukan hanya mereka yang ada disana. Masih banyak siswa-siswi lainnya yang menonton pertandingan basket dadakan disana, dengan teriakan dukungan dan semangat dari para suporter tim kebanggaan masing-masing.

Ara melempar botol air mineral di tangannya dengan asal, "enak ya punya pacar kayak Brian. lucu, perhatian, humoris. Gak kayak si gendheng Manaf. " kata Ara dengan mata yang menatap sebal Manaf yang mengoper bola pada salah satu temannya di arena lapangan basket.

Adara menatap botol air mineral yang di lempar Ara, "jangan buang sampah sembarangan!" tegur Adara datar. Dan Ara hanya memalingkan wajah acuh. Heuh, kalau Brian yang melakukan itu, Adara sudah pasti menjewernya. Sayangnya Adara gak bisa bertindak banyak karena gak terlalu kenal cewek di sampingnya ini.

Adara berdecak, diapun gak kalah sebal. Dia juga menatap Brian yang dahi dan badannya sudah berkeringat banyak. Terlihat macho dan ganteng memang, tapi kalau di ingat kelakuannya Adara jadi kesal.

Mungkin apa yang dikatakan Ara ada benarnya. Memang beruntung punya pacar seperti Brian. Sudah ganteng, perhatian, lucu. Brian memang memenuhi kriteria dari kata boyfriend material, tapi tingkahnya membuat dia terlihat minus bagi Adara. Selalu berisik dan membuat Adara gak tenang.

"gue pengen banget ada di posisi lo. Enak kali, ya? Ck!" ujar Ara mengalihkan pandangannya pada Brian yang tertawa sambil berlari girang karena berhasil mengambil alih bola orange itu walau dengan cara curang.

Ara membandingkan Brian dan Manaf. Manaf berbeda, cowok itu terus berlari dengan wajah serius dan sesekali menautkan alis saat mengamati bola orange yang berpindah dari tangan ke tangan. Gak ada tawa atau ekspresi wajah Manaf yang membuat Ara semangat menatap cowok itu. Beda dengan Brian yang bergerak dengan macam-macam ekspresi yang gak membosankan untuk di lihat.

Adara menggulir perhatiannya pada Ara, "cowok lo yang mana emang? " tanyanya yang kembali melihat sekitar lapangan dan beberapa laki-laki yang sedang memperebutkan bola orange.

Ara menunjuk posisi Manaf yang sekarang memimpin pertandingan bola orange itu, "yang rambut item, yang lengan bajunya di lipet dikit ke atas, yang pegang bola bangsat."

Adara mengangguk, melihat posisi Manaf yang berhasil memasukan bola ke ring. Manaf terlihat kalem, tenang, dan auranya seperti memiliki daya tarik tersendiri untuk membuat banyak orang melihatnya.

Adara mengernyitkan alis baru sadar sesuatu, "kok bola bangsat? "

Ara menarik nafas gak berminat, "si Manaf lebih sayang bola bangsat itu dari gue. Ngeselin, kan? Rasanya gue kayak setan, ada tapi gak di anggap."

Mendengar itu Adara terkekeh, kemudian kembali lagi menatap Brian yang sekarang seperti sedang berseteru dengan Manaf. Hah, pasti Brian sedang protes karena score timnya lebih sedikit dari tim Manaf. dasar!

Tapi di posisinya, adara justru iri dan menginginkan posisi sebagai Ara. Adara selalu merasa seperti sebuah tabungan yang menampung segala ocehan dan tingkah Brian yang menurutnya terlalu mengganggu dan berlebihan. Pasti menyenangkan dikala menghabiskan waktu di perpustakaan dengan buku-buku pilihan, suasana tenang. Saat makan dengan hikmat, kencan yang berjalan lancar, saling bertukar pemikiran dan telinga yang selalu dingin dan emosi yang gak banyak keluar.

Adara mau kayak gitu.

Andai Brian kayak Manaf, andai saja.

"tukeran pacar yuk! "

Adara terkejut dengan pekikan Ara yang tiba-tiba. Apa tadi? Bertukar pacar? Maksudnya ... Manaf dan Adara, lalu Ara dan Brian?.

Apa bisa? Apa boleh? Apa ini gak akan masalah?.

Adara menatap Ara yang tersenyum lebar di hadapannya dengan dahi mengerut. Apa yang di lakukan cewek ini bisa di toleransi? Apa gak keterlaluan?

"cuma sebulan, janji!"

Adara terdiam. Bertukar pacar selama sebulan. Dan selama itu dia gak akan di ganggu Brian, ya? Heum, Boleh juga.

Tapi, apa ini gak keterlaluan?.

Oh hanya sebentar! hanya bertukar pasangan untuk merasakan hal baru gak apa, kan?

Ini kesempatan bagus, kan?

•o0o•

©AROFARDIO

EXCHANGE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang