1° Obat Gundah Gulana

55 13 29
                                    

Juwi terus menggeliat malas dalam tidurnya. Keinginan hatinya kuat untuk memeluk guling lebih lama pagi ini. Namun, sudah beberapa kali suara itu mengusik ketenangannya. Dengan susah payah ia membuka matanya. Sekeras apapun usahanya, hatinya masih meronta untuk memerintahkan otak agar memberitahu mata segera terbuka.

Bentuk dari usahanya, ya cuma sebelah mata Juwi menatap layar HP yang sedari tadi mengeluarkan suara menggelegar.

"Belum ternya," ucap Juwi dengan suara khas bangun tidur. Sekilas ia menatap jam dilayar datar tersebut. Dengan tanpa pikir panjang ia pun kembali menarik selimut tersebut hingga menutupi kepala. Lagi-lagi Juwi mengumpat, karena matanya perih sekali terkena sinar benda datar sialan barusan.

"What?????"

Belum apa-apa Juwi pun terkejut sambil menghantam kasar selimutnya dan menatap kembali jam yang tertera dilayar ponsel. Bahkan kedua matanya sudah membelalak. Bukan main besarnya.

Juwi histeris akibat kenyataan yang ia dapati, dan tanpa pikir panjang ia pun langsung terbang ke kamar mandi. Tak ia hiraukan lagi rasa kantuk yang hebat itu.

"Mi.. kok nggak bangunin aku sih? Aku kan ada kuliah pagi," oceh Juwi pada maminya, Erla. Yang sedang berkutat hebat di ruang makan melakukan retunitas hariannya.

"Udah berapa kali mami bangunin kamu. Kamu nya aja yang tidur kayak mayat." Erla merasa tidak terima dengan tuduhan anak gadisnya itu. Pasalnya ia sudah menggedor-gedor pintu kamar Juwi subuh-subuh buta. Dasar anaknya saja yang kalau tidur suka keterlaluan.

"Yaaahh mami. Gara-gara nggak mami bangunin subuh aku kelewat mi," keluh Juwi lagi. Lagi-lagi ia menyalahkan maminya.

Tampaknya Juwi betah sekali mendurhaka terhadap orang tuanya.

"Eh, kamu nggak shalat subuh? mami kira kamu udah shalat. Kan biasanya kamu itu siap shalat subuh langsung molor," ujar Erla. Ia pikir anak gadisnya itu sudah shalat subuh. "Salah kamu sendiri sih, ngapain pintu kamar dikunci segala. Udah kayak anak kosan aja kamu," tambah mami Juwi panjang kali lebar.

"Cari aman kali mi. Emang mami iklas anak cantik mami ini digondrol sama maling malam-malam?"

"Ya udah deh terserah ami deh. Daaa.. aku pergi dulu. Assalamu'alaikum."

Setalah bergulat mulut Juwi pun berinisiatif untuk mengakhirinya sendiri. Mungkin sadar kalau nyawanya sudah tidak seberapa tinggal. Apalagi menyadari, sepertinya hari ini keras. Terlebih dibuka dengan keterlambatannya bangun tidur.

Juwi meminum teh hangat yang dibuatkan Erla dengan sigat. Mungkin cuma dalam satu kali tegukan. Bisa jadi! Karena kecepatannya begitu kilat.

Tak lupa Juwi mencium tangan Erla. Lalu izin melejit pergi.

"Eh nggak makan dulu?" tanya Erla tentunya.

"Nggak sempat mi. Dadaaa mmuah," tangannya melambai-lambai kearah Erla sambil melayangkan kiss jauh.

Juwi terus melangkah dengan cepat meninggalkan Erla. Tak lama setelah itu mami Juwi pun berteriak kenjang, "JUWI!!! rambut kamu kelupaan disisir!"

Juwi pun samar-samar mendengar ucapan maminya. Yang ia dengar hanya teriakan menggelegar, memekakan dunia. Yang entah apa itu isinya.

"Kenapa sih si mami?. Pagi-pagi udah ngoceh nggak jelas. Bodo amatlah, gue udah telat banget nih!" ucap Juwi sambil membuka pintu mobilnya.

Kemudian tanpa ampun mobil itu pun melaju sedemikiannya. Bahkan remnya berderit-derit beberapa kali. Entah bisa juga, Juwi dianggap bisa memperagakan perikebendaan pada benda malang itu. Benar-benar menangis dibuatnya pagi ini.

Aku, with You (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang