2° Bahan Tawaan

28 9 0
                                    

Bruk!

Wajah Juwi sejak tadi konsisten mempertahankan keapesannya. Lihat saja sekarang tanpa perhitungan ia merebahkan tubuhnya yang malang pada sofa di ruang tamu. Deritan sofa begitu nyata terdengar setelah dihempas kencang oleh tubuh Juwi.

Erla sontak mendengar hentaman yang tidak bisa diacuhkan itu. Beliau khawatir dengan keadaan pantat anaknya kali ini. Atau mungkin dengan keadaan sofanya, "Kamu kenapa Wi? Datang-datang wajahnya udah kayak ikan kalengan."

Juwi melirik Erla malas, lalu berucap disisa-sisa semangatnya "Apa sih mi? Nggak jelas baget." Bukannya tersinggung Erla malah terkekeh melihat anaknya. Rasa-rasanya ia paham kenapa Juwi begini.

"Arghh!" Erla menoleh bingung mendengar anaknya mengeluh kasar sambil mengacak-acak wajahnya.

"Kamu kenapa? Nggak datang lagi dosennya?"

"Lebih dari itu mi. Nggak usah ditanya terus. Bikin keki aja kalau ngingetnya."

"Lah, kenapa begitu? Kok kamu jadi begitu?" Erla melihat tampang super kesal dari anaknya. "Sekarang mami yang nggak jelas atau kamu sih? Pulang-pulang udah kayak orang depresi aja," oceh Erla yang semakin menambah mumet kepala Juwi.

"Mami......," rengek Juwi. Kemudian ia  pergi begitu saja meninggalkan Erla. Menuju kamar.

Juwi kesal. Bukan pada Erla. Tapi pada dirinya sendiri, yang terlihat bodoh hari ini.

Rambut acak-acakan. No bedak. Keringat banjir kemana-mana, bercucuran segede biji jagung.

"Argh mami!!!," teriak Juwi. Lumayan kencang, setelah mengingat kejadian tadi di kampus.

"Ya, ada apa Wi?" teriak Erla dari luar ruang tamu setelah mendengar teriakan anaknya.

Juwi pun spontan menutup mulutnya yang tanpa sadar berteriak tidak jelas seperti itu.

"Nggak ada apa-apa, mi" jawab Juwi setengah berteriak. Karena memang jarak kamarnya agak jauh dari tempat keberadaan maminya.

Juwi mendudukan pantatnya dengan lesu di tepi ranjang. Kepalanya masih memutar-mutar kejadian tadi pagi.

Bukan masalah rambut berantakannya yang sudah terlihat oleh satu kampus. Tapi image nya yang mulai horror di depan seseorang. Seseorang yang ditabraknya di tangga lantai dua tadi.

Ketidak fokusannya membuat ia kehilangan kesadarannya. Ia lupa kalau yang ditabraknya tadi adalah Vajer. Sosok laki-laki yang telah mengalihkan dunianya.

Juwi merasa kesal dan menghempaskan badan keatas kasur. Kemudian uring-uringan tidak jelas. Menyesali adegan tabrakan tadi pagi. Andai saja ia tidak bertemu Vajer mungkin tak kan seperti ini. Dan andai Sheina tak menunjuk Vajer yang mengingatkannya atas kejadian tabrakan itu. Mungkin ia akan terus tak sadar. Dan menikmati hidup ini tanpa dosa.

Dosa? Dosa apaan emangnya?

Memangnya Juwi sedang berbuat dosa. Rasanya tidak!

Juwi mengambil tasnya kemudian mengorek-ngorek isi nya. Setelah itu benda pipih berlayar datar sudah berpindah ke tangannya. Kemudian mengetikan beberapa kata.

Juwi Azu: bosok kuliah jam berapa shein?

Tenyata Juwi mengetikan kalimat di atas di ruang chatnya. Tak lama setelah itu benda tersebut bergetar petanda ada balasan dari seberang.

Sheina Rain: kalo gak salah siang Wi. Tapi sampe sore 😭

Juwi Azu: alhamdulillah. Gue besok bisa tidur nyenyak

Sheina Rain: yee percuma kali. Sama aja boong, kalau pulangnya sore juga.

Juwi Azu: yang penting gak ganggu tidur gue. Thanks. Gue mau lanjut tidur. Bye!! 😄

Aku, with You (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang