Cempaka Sari terkejut setengah mati. Sedangkan makanan yang hendak disuapnya berhamburan ke atas lantai beralaskan permadani hijau. Memang tindakan Pandan Wangi benar-benar mengejutkannya.
"Pandan Wangi, ada apa? Kenapa kau berbuat begitu?" tanya gadis itu, heran.
Tapi si Kipas Maut tidak mempedulikan. Segera dia bangkit berdiri dan melangkah mendekati kolong meja. Setelah berjongkok ditariknya sesuatu dari kolong. Dan ternyata kucing berbulu putih peliharaan Cempaka Sari sudah terbaring lesu. Kelopak matanya nyaris tertutup rapat, dengan napas satu-satu.
"Astaga! Putih? Apa yang terjadi padamu?!" seru Cempaka Sari, langsung bangkit. Gadis itu menghambur hendak memeluk kucing kesayangannya.
"Jangan Cempaka! Bersihkan tanganmu! Ayo cepat!" tahan Pandan Wangi kembali. Langsung dicarinya sesuatu untuk membersihkan telapak tangan sahabatnya yang tadi sempat memegang makanan.
Cempaka Sari semakin bingung saja. Dia tidak tahu apa yang telah terjadi. Dan kenapa Pandan Wangi tiba-tiba bersikap aneh?
"Makanan itu beracun. Dan kucingmu telah menjadi korbannya. Ada seseorang yang tidak menyukai kehadiranku. Dan orang itu menginginkan kematianku!" desis Pandan Wangi gusar.
"Kurang ajar! Pasti pelayan itu. Dia sengaja membedakan piring, agar sasarannya tepat padamu. Orang itu pengkhianat. Dan dia akan dihukum mati!" geram Cempaka Sari, hendak beranjak keluar.
"Tahan dulu! Jangan sampai terjadi sesuatu padamu. Kau tidak boleh gegabah!" cegah Pandan Wangi.
"Ini tempatku. Dan, tidak seorang pun kuizinkan berbuat seenaknya pada tamuku!" dengus Cempaka Sari. Dan baru saja dia membuka pintu....
Set! Set!
"Awaaas...!" Pandan Wangi berteriak memperingatkan. Langsung ditubruk sahabatnya itu, sehingga mereka terjerembab. Sekelebatan tadi, si Kipas Maut melihat dua bilah pisau kecil melayang deras ke arah mereka dari pintu yang baru dibuka sedikit oleh Cempaka Sari.
"Cempaka! Kau di sini saja, jangan ke mana-mana! Tutup pintu. Dan jangan dibuka, kalau ada yang mengetuk selain aku!" teriak Pandan Wangi langsung melesat keluar mengejar penyerang gelap tadi.
Tapi baru saja Pandan Wangi tiba di luar pintu kamar, kembali datang serangan menyambarnya. Cepat bagai kilat gadis itu melejit ke atas. Sementara sosok penyerang gelap itu terus berkelebat ke arah taman keputren. Dan begitu Pandan Wangi mendarat di lantai, langsung dikejarnya sosok tadi disertai ilmu meringankan tubuh yang sudah tinggi.
Pandan Wangi terus melesat. Kembali tubuhnya melenting melewati orang yang mencurigakan itu. Setelah berputaran di udara, kakinya mendarat di depan orang itu.
"Yeaaa!"
Merasa mendapat jalan buntu, orang bertopeng hitam itu langsung mencabut pedangnya. Seketika diserangnya Pandan Wangi dengan ganas.
"Kurang ajar!" dengus Pandan Wangi.
Cepat bagai kilat gadis itu memiringkan tubuhnya. Sehingga. Tebasan itu luput dari sasaran. Tapi orang bertopeng itu seperti tak ingin memberi kesempatan sedikit pun. Pedangnya kembali menyambar ke arah leher Pandan Wangi. Cepat gadis itu membungkuk, dan langsung melompat ke samping dengan satu sodokan keras lewat kepalan tangannya ke dada orang bertopeng itu. Begitu cepat gerakannya, sehingga orang itu tak mampu menghindari. Lalu....
Begkh! "Akh!"
Orang bertopeng itu mengeluh tertahan begitu dadanya telak terhantam pukulan si Kipas Maut. Tubuhnya langsung terhuyung-huyung ke belakang menghantam tembok
"Sekarang perlihatkan mukamu! Siapa kau sebenarnya...!" desis Pandan Wangi geram.
Cepat bagai kilat gadis itu melompat hendak melucuti topeng orang itu. Namun sebelum niatnya terlaksana, di luar dugaan orang bertopeng itu menghunus pedang. Dan....
Blesss! "Aaa!"
Tanpa dapat dicegah lagi pedang orang itu menghujam ke perutnya sendiri. Bola matanya tampak membelalak lebar. Dan seketika itu pula, darah merembes keluar dari perutnya yang tertembus pedang.
"Setan!" Pandan Wangi segera melucuti topeng yang dikenakan orang itu.
"Siapa yang menyuruhmu untuk membunuhku?!" hardik si Kipas Maut, begitu di balik topeng itu ternyata seorang pemuda berusia sekitar dua puluh tahun.
"Aaa..., aaakh...!"
Pemuda itu belum sempat meneruskan kata-katanya, tapi tiba-tiba sebilah pisau berkelebat cepat dan langsung menembus jantung pemuda itu. Tanpa dapat menggelepar lagi, pemuda itu langsung tewas.
Pandan Wangi cepat berbalik ke arah datangnya pisau tadi dan lima orang prajurit kerajaan berdiri tegak di belakangnya.
"Orang seperti dia tidak patut hidup lebih lama...," kata salah seorang prajurit istana itu, mendengus geram. "Bawa mayat orang ini, dan lemparkan ke jurang!"
"Kenapa kalian masuk ke sini...?"
Kelima prajurit istana itu segera membungkuk memberi hormat, ketika tahu-tahu saja Cempaka Sari telah berada di tempat itu.
"Hormat kami, Kanjeng Gusti Ayu...!" ucap prajurit yang tadi memberi perintah untuk membuang mayat.
"Hm.....Kalian belum menjawab pertanyaanku. Keputren terlarang dimasuki laki-laki. Kenapa kalian begitu cepat berada di sini?" tanya Cempaka Sari curiga.
"Ampun, Kanjeng Gusti Ayu. Hamba mengerti. Namun Kanjeng Gusti Prabu memberi perintah agar di sekeliling keputren dijaga ketat. Beliau mengkhawatirkan keselamatanmu, Kanjeng Gusti Ayu. Dan..., ternyata kekhawatirannya terbukti oleh kemunculan pemuda bertopeng ini. Maaf, kami terlambat datang...," sahut prajurit istana itu.
Setelah berkata begitu, mereka segera berlalu meninggalkan Cempaka Sari yang masih diam mematung dengan wajah kesal. Sedangkan Pandan Wangi tersenyum kecil, langsung membimbingnya kembali ke kamar.
"Kita akan selidiki sampai tuntas...," hibur Pandan Wangi.
Tapi Cempaka Sari mendengus geram. "Akan kucari semua pengkhianat yang ada dalam istana kerajaan ini!"
"Tentu saja! Bukankah itu yang menjadi keinginanmu menemuiku? Tapi, jangan tunjukkan kecurigaanmu. Sebab, mereka akan semakin berhati-hati karenanya...," ujar Pandan Wangi.
Cempaka Sari hanya mengangguk pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
134. Pendekar Rajawali Sakti : Pemberontakan Di Kertaloka
AçãoSerial ke 134. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.