Selamat membaca cerita The End of The Testator
***
Visha berjalan keluar kamar asrama untuk berkeliling academy. Ia turun ke lantai 4 yang terdapat aula putra dan putri yang amat besar, di dindingnya terdapat ukiran rumit yang indah. Dia berjalan sendirian menuju lift untuk mencapai lantai 3.
Di lantai 3 terdapat banyak ruangan laboratorium yang besar, dia tak menghitung berapa jumlahnya. Selain terdapat ruangan laboratorium, Visha juga mandapati perpustakaan yang besar dan nyaman. Sebenarnya dirinya ingin masuk ke sana, tetapi ada penjaga. Jika dirinya masuk ia akan ketahuan berkeliling academy sebelum waktunya berkeliling. Maka dari itu dia memilih untuk melanjutkan perjalanannya.
Visha berjalan menuju lantai 2 yang terdapat kurang lebih 70 ruang kelas. Di lantai ini seluruh ruangannya adalah ruang kelas. Semua ruang kelas memiliki keunikan masing-masing, misalnya kelas yang sekarang dimasuki gadis itu dimanipulasi menjadi seperti berada di atas langit, dan kelas sebelah yang dimanipulasi seperti berada di bawah tanah, dan banyak lagi.
Setelah puas mengelilingi lantai 2, Visha akhirnya menuju lantai paling bawah, yaitu lantai 1. Di lantai ini terdapat ruang aula utama yang amat besar yang bisa menampung ribuan orang. Di lantai ini juga terdapat ruang staf. Banyak ukiran yang ada di barang maupun dinding di Sazion academy. Walaupun fasilitas di academy ini
Kastil Sazion academy saat ini sedang sepi karena murid yang tingkat 2 dan 3 yaitu Defteros dan Tritos sedang diliburkan dan akan masuk 2 hari lagi. Visha saat ini berjalan di sebuah lorong dekat jajaran ruang staf. Lorong itu panjang dan memiliki beberapa pertigaan. Gadis itu berjalan ke arah kiri saat bertemu pertigaan yang paling ujung. Lorong paling ujung itu terdapat pintu yang tak terawat dan sudah lapuk. Ia menoleh ke belakang. Tak ada orang. Dia memasuki pintu itu dan menutupnya kembali. Namun ternyata di balik itu hanya ada lorong buntu dan tak ada jalan selain berbalik arah. Untuk apa academy membuat pintu ini jika di baliknya hanya ada lorong yang sama?
Visha berjalan ke ujung lalu memperhatikan dinding buntu di depannya. Ada sebuah bolongan kecil tak beraturan. Setelah mengetuk dinding itu, ternyata dinding itu berbeda dari dinding yang lainnya karena terbuat dari kayu tipis yang memiliki warna yang sama dengan dinding lain, oleh karena itu jika dilihat sekilas akan sama persis.
Visha membungkuk sedikit untuk mengarahkan mata kanannya ke bolongan kecil itu. Gelap. Namun ia seperti melihat sesuatu yang berbentuk bulat. Terlihat seperti gagang pintu yang membuatnya penasaran. Tangannya terulur mencukil kayu tipis itu hingga menjadi bolongan yang cukup besar. Di depannya kini terlihat sebuah pintu berwarna coklat muda dengan gagang berbentuk bulat. Ia memutar gagang bulat itu lalu pintu pun terbuka. Ternyata tak dikunci. Dia membungkuk untuk bisa masuk ke dalam sana.
Dirinya terdiam saat melihat anak tangga yang memutar ada di balik pintu itu. Anak tangga tersebut menuju ke bawah. Di sini minim pencahayaan. Karena rasa penasarannya, ia menuruni tangga itu. Membiarkan tangga menuntun jalannya. Setelah menuruni kurang lebih 20 anak tangga, di depan Visha saat ini terdapat sebuah ruangan yang besar. Ruangan ini minim pencahayaan dan agak berantakan. Barang-barang yang ada di sini terlihat usang dan sudah tua, tetapi memiliki keunikan tersendiri. Ruangan ini lebih terlihat seperti gudang yang besar.
Visha mengelilingi ruangan yang terlihat misterius itu. Di sekeliling ruangan terdapat banyak lemari kaca atau kayu yang terlihat berdebu. Barang-barang yang ada di ruangan ini terlihat lebih tradisional daripada barang-barang yang ada di ruangan lain di academy. Gadis itu membuka setiap lemari yang unik dan menarik perhatiannya. Di dalam lemari-lemari tersebut terdapat senjata-senjata lama, benda-benda yang ia tak tahu apa fungsinya, dan buku-buku kuno.
Visha mengambil satu buku kuno dari lemari yang menarik perhatiannya karena unik dan berbeda dengan buku lain yang ada di ruangan itu. Ia meniup debu yang ada di permukaan buku berwarna cokelat itu. Perbedaan buku itu dengan buku lainnya adalah dari bentuk bukunya. Jika biasanya buku berbentuk persegi, maka buku ini berbentuk segilima dengan ukiran rumit yang tak dimengertinya. Ukuran buku itu tak terlalu besar, hanya sedikit lebih besar dari telapak tangannya dan tebalnya mungkin sekitar 200 halaman.
Tak ada tulisan apa pun di sampul depan maupun belakangnya, tetapi hanya terdapat ukiran. Gadis itu membuka halaman pertama dari buku unik itu. Ia tak melihat tulisan apapun di sana. Hanya sebuah kertas kosong. Dia membuka halaman selanjutnya, yang ternyata kosong juga. Visha terus saja membuka buku itu sampai halaman yang terakhir, berharap menemukan satu huruf atau mungkin angka yang tertulis di sini. Namun tetap saja nihil, tak ada apa pun di sini.
Apakah ini buku diari atau buku catatan tua? Entahlah ia tak tahu. Yang Visha tau saat ini adalah dirinya tertarik pada buku yang sekarang dipegangnya. Saat hendak berjalan ke sisi lain ruangan, dia mendengar suara langkah cepat seseorang yang berada di luar ruangan dan kedengarannya akan menuju ke ruangan ini. Gadis itu refleks memasukkan buku itu ke saku celananya.
"Hey! Apa ada orang di sana?" teriak seorang pria dengan suara berat yang tampaknya semakin dekat dengan ruangan ini.
Visha segera bersembunyi masuk ke dalam lemari besar yang kosong di dekatnya lalu menutup perlahan pintu lemari itu. Ia berusaha untuk tak membuat suara sekecil apa pun. Dirinya mengintip dari celah-celah lemari yang bolong untuk melihat siapa yang datang.
Seorang pria paruh baya dengan garis wajah tegas berjalan mengelilingi ruangan ini dengan perlahan tetapi teliti. Tatapan matanya yang tajam terlihat curiga karena melihat salah satu lemari yang berantakan karena Visha belum sempat membereskannya tadi. Gadis itu menutup mulutnya agar tak keceplosan membuat suara. Dilihat dari pakaian pria itu, sepertinya ia adalah salah satu penjaga di academy ini.
Pria paruh baya itu berjalan semakin mendekati lemari Visha. Namun tak lama kemudian terdengar suara dari luar ruangan.
"Pak Caraka? Apa kau ada di sana?" Seru seorang wanita di atas sana. Langkah kaki wanita itu terdengar mendekati ruangan ini.
"Ya, saya di sini," jawab pria yang sepertinya bernama Caraka itu.
Sesampainya di ruangan, wanita itu berkata, "Mengapa kau ada di ruangan ini?"
"Sepertinya ada yang menemukan dan memasuki ruangan ini. Aku mencari sumber suara yang tadi kudengar. Namun aku tidak menemukan siapa pun."
"Kita bisa selidiki itu secepatnya. Kau dipanggil oleh Kepala Sekolah tadi, lebih baik kau cepat temui dia."
"Baiklah."
Setelah suara langkah kaki mereka berdua sudah tak terdengar, Visha perlahan-lahan keluar dari tempat persembunyiannya. Lalu ia kembali ke kamarnya dan bersiap untuk pertemuan seluruh murid baru di aula utama Sazion Academy.
Sesampainya di kamar, Visha disuguhi oleh ocehan Yaxura. Gadis itu baru ingat jika buku yang tadi menarik perhatiannya itu masih ada di saku celananya. Dia menyimpannya di meja belajar. Mungkin tak apa-apa jika dirinya menjadi pemilik buku tua ini. Lagipula ia menemukannya terlantar di ruangan yang lebih cocok disebut sebagai gudang.
Visha dan Yaxura bersiap untuk pertemuan di aula utama. Mereka wajib memakai seragam academy yang ternyata sudah terdapat di masing-masing lemari mereka. Seragam Sazion Academy memiliki jubah berwarna abu-abu dengan kemeja putih, rok hitam selutut dan dasi berwarna belang biru dan merah.
[TBC]
Haii!
Setelah sekian lama ga update, akhirnya update juga huhu.
Udah lama ga update nih aku. Maaf banget ya, soalnya banyak tugas dan banyak halangan juga jadi ya gitu deh.
Terima kasih sudah membaca TEOTT!
Semoga suka!
See you.
KAMU SEDANG MEMBACA
The End of The Testator
FantezieApakah kamu percaya dengan adanya takdir? *** Berawal dari Visha yang tidak sengaja mengendalikan air saat belajar berenang. Sedari kecil, gadis yang bernama lengkap Tavisha Ashalina itu memang suka pada air. Ini tentang takdir yang mengiringi Vis...