3. TEOREMA PHYTAGORAS

92 24 15
                                    

Happy Reading!
©Araa_Shyy

3. TEOREMA PHYTAGORAS

Hari ini hari kamis. Hari dimana jam pertama sudah diharuskan menyelesaikan semua masalah si Mak Tika alias Matematika.

Ariana sedang berada di dalam kelas untuk menghapal rumus-rumus Phytagoras. Pagi ini Pak Sugi akan memberikan penilaian melalui ulangan harian.

Itu sebabnya gadis itu memilih belajar daripada melakukan hal-hal gila seperti yang teman- temannya lakukan. Entah itu teriak-teriak, gebrak-gebrak, atau guling-lenting di tengah lapangan. Bodo amat. Yang penting ia harus mendapat nilai tertinggi nanti. Itu saja.

Namun siapa sangka. suara-suara cetar membahana bak warga sekampung mengejar pencuri ayam itu membuyarkan konsentrasi seorang Ariana.

Brak Gedubrak Gedubrak!

"Woooo."

"Hololololo."

"Huuuuuuuu."

"Aseloleee!"

Ariana menyumbat telinganya kuat-kuat. Suara meja yang dipukul bergantian dan suara cowo-cowo yang gak ada kerjaan itu membuat Ariana membanting buku catatannya dan langsung bangkit menuju sumber keributan. Depan kelas.

Hei. Ini masih pagi. Ariana yakin ini adalah satu dari sekian juta ide gila yang teman-temannya lakukan.

Lihat. Meja yang seharusnya berada di kelas kini berada di teras dan berganti fungsi menjadi kursi. Dengan Sultan, Zidan, Dzulfan dan Radit yang mendudukinya. Sedangkan semua teman sekelas nya (yang cowo) duduk di kursi panjang yang berada disana.

"HEH!!!"

Serentak semua menoleh. Mereka melihat gadis dengan tinggi 138 cm itu sedang berkacak pinggang. Wajahnya menyiratkan emosi yang berada di puncak kejayaan. Eh.

"Hah Heh Hah Heh! Apaan?" tanya Sultan bangkit dari duduknya.

"Pake nanya lagi! Situ ngapain teriak-teriak kayak cacing kepanasan!?"

"Hah. Cacing kepanasan teriak-teriak, perasaan goyang-goyang kali. Emang bocil pernah denger cacing teriak 'panas... panas...'."

Jawaban Sultan itu mengundang tawa mereka yang ada disana.

"Ihhh. Bodo amat! Lagian ngapain sih kalian gebrak-gebruk teriak heboh sampe kejengkang. Bukannya belajar juga, udah tau habis ini ada ulangan!?" teriak Ariana kesal.

"Lah kan ada bocil." Sultan menaik-turunkan alisnya. Menggoda.

"Bocal bocil bocal bocil. Namaku Ariana. Denger ngga! A-RI-A-NA!!" ujar gadis itu penuh penekanan.

"Lah kan emang bocil, kalo anak kecil ngga mau di panggil bocil terus mau di panggil apa? Mbah!" kata Dzulfan.

"Jangan panggil aku anak kecil paman! Aku Shiva. Namaku adalah Shiva! Bwahahaha." Radit berdiri sambil membusungkan dadanya. Lalu berucap ala-ala kartun anak di channel antv.

Mereka yang berada disana tertawa. Entah apa yang lucu. Ariana menggeram. Ingin sekali menabok mulut yang terbuka 180° itu menggunakan pantofel nya. Namun ia tak mau sepatunya akan berakhir diatas ventilasi udara. Lagi.

SULTAN   2018Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang