prolog

115 13 6
                                    

Disc: cerita ini hanya fiksi dengan latar belakang sejarah. Sama sekali tidak berhubungan dengan kejadian nyata.

_______________________________

Isak tangis mengiringi langkah kaki rombongan warga yang meninggalkan Kota Bandung. Beriringan dengan suara gemeretak api yang menghanguskan tempat tinggal mereka.

Tak banyak yang bisa mereka bawa sebagai bekal perjalanan. Hanya beberapa lembar pakaian yang dibungkus dengan kantong kain, mereka pergi meninggalkan rumah. Dengan bermodal tekad kuat, mereka tak ingin lagi tunduk kepada musuh.

"Kak Hasan!" Sosok gadis kecil berlari mengejar seorang pemuda yang menatap api di depannya.

"Galih, sedang apa di sini?" Pemuda yang dipanggil Hasan menoleh ke sekitar, memastikan tak ada seseorang yang dia pikirkan. "Dari mana kamu tau, kalau aku di sini?"

"Lih mau ngasih ini, Kak." Gadis itu mengulurkan tangannya,mengacuhkan pertanyaan kedua. "Kami juga akan pergi dari Bandung. Itu alamat yang akan kami tuju. Kakak bisa datang, atau setidaknya mengirim surat ke sana."

Hasan mengangguk, menerima lipatan kertas yang diserahkan gadis bernama Galih padanya. "Terima kasih."

"Lih harus cepat pulang, rombongan kami akan segera berangkat, Lih tidak mau tertinggal." Gadis kecil itu berbalik. Terlihat sosok pemuda yang menunggunya di tempat yang tak jauh dari mereka.

"Tunggu, Lih!" Pemuda tersebut merogoh kalung tali hitam yang bergantung di lehernya. Dia membuka kantong kulit kecil, yang berfungsi sebagai bandul, melepasnya untuk kemudian ia serahkan kepada gadis tersebut. "Tolong serahkan ini pada Isa. Katakan padanya, jika tak ada halangan, aku akan menyusul dalam dua minggu."

Galih menatap Hasan bergantian dengan kantung kulit yang diangsurkan padanya. Tak lama, Galih mengangguk dan menerimanya. "Kak Hasan harus cepat datang."

Hasan mengangguk lagi sambil tersenyum. Membaca sekilas alamat yang tertera di dalamnya lalu kemudian memasukkan ke dalam kantung lain di saku celananya. "Hati-hati di jalan!" teriaknya.

Setelah memastikan gadis tersebut menghilang dari pandangan, Hasan kembali melanjutkan tugasnya yang tadi sempat tertunda sejenak.

_____________________________________

Cerita ini hanya fiksi belaka. Adapun latar kejadian diambil dari kisah nyata. Jika ada kesamaan nama tokoh, itu adalah sebuah ketidaksengajaan.

Side Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang