Amputasi

14 1 0
                                    

Operasi selesai. Kedua kaki Andrea sudah diamputasi. Tak lama kemudian Andrea sadarkan diri. Dia melihat adiknya tertidur di sofa depan bed dia berbaring. Ketika dia hendak turun dari tempat tidurnya dia merasa aneh. Dia tak dapat merasakan kakinya. Lalu dia membuka selimut dan betapa terkejutnya melihat kedua kakinya sudah diamputasi sebatas paha.

"Aaaaahhhh. Kaki ku. Kemana kaki ku?" Jeritnya seraya menangis.
Sontak Uki terbangun dan langsung memeluk kakaknya.

"Kak, kamu harus kuat, kakimu diamputasi karena cedera parah. Aku sangat tahu keadaannya kak, dan amputasi adalah pilihan terbaik"

Andrea masih mengerang, menangis sejadi-jadinya hingga disuntikan obat penenang oleh perawat.

Uki akhirnya menelpon Kirana, menanyakan sebenarnya bagaimana kronologis kecelakaan kakaknya.

"Kiran, kakak ku diamputasi."
"Ya allah, beneran? Terus gimana keadaan Andrea sekarang?"
"Udah disuntik obat penenang, tapi dia masih syok. Sebenarnya ada apa, kenapa bisa kejadian kayak gini?" Uki penasaran.
"Aku juga gak tahu,Ki. Tadi si Nando, pacarnya Andrea nelpon, bilang kalau mereka kecelakaan, makany aku ngehubungin kamu. Emangnya kamu gak ketemu sama Nando di rumah sakit?"
"Gak. Aku dateng kesana kak Andrea sendirian malah belum sadarkan diri. Ya udah aku minta kontaknya si Nando"

Setelah mendapatkan nomor teleponnya Nando, Uki menelpon, namun tidak ada jawaban. Di sms pun tidak dibalas.
Setelah kakaknya tenang walaupun masih seperti orang linglung, Uki mendekati kakaknya.

"Kak sebenarnya ada apa? Aku sama sekali gak kenal Nando, kakak gak pernah ngenalin dia ke aku"
Andra diam. Tak bergeming. Tatapan nya kosong, dia menatap ke arah luar jendela kamar perawatannya.

"Kak, sekarang aku tanya Nando itu siapa, dimana alamatnya, biar aku samperin kak. Aku harus tau ada apa ini sebenarnya. Kalau kakak masih diam, aku akan cari tahu sendiri.

Uki keluar dari kamar, segera mengeluarkan kunci mobil dan menyetir kerumah Kirana. Sesampainya disana Kirana memberikan alamat Nando, dan Uki menuju rumah Nando.

Ting tong ting tong.
Nando memencet bel berulang kali. Sampai akhirnya ada seorang ibu yang membukakan pintu.
"Cari siapa ya mas?"
Jawab si ibu seraya membuka gembok gerbang.
"Permisi mau bertanya,bener ini rumah Nando?"
"Iya mas. Ini rumah orangtuanya den Nando, tapi den Nandonya gak ada."
"Kalau gitu orangtuanya ada?"
"Tuan dan nyonya ada,sebentar ya saya panggilkan dulu. Silahkan masuk dulu mas." Si ibu masuk memanggil tuan rumah.

Nando duduk disaung depan taman rumah mereka. Rumah yang luas dipenuhi tanaman dan rumput hijau, pasti Nando ini anak orang berada, pikir Uki.

Tak lama kemudia keluarlah seorang ibu yang bisa dipastikan adalah tuan rumah tersebut.

"Maaf tan, mengganggu sore-sore begini. Saya hanya mau memastikan Nandonya kemana ya bu? Saya Uki, adik pacaranya Nando."
"Oh adiknya Andrea? Ya ampun tante udah lama sekali gak liat Andrea, biasanya Nando sering kok ajak Andrea kesini. Tapi maaf ya Uki, Nando baru aja tadi pagi berangkat ke Jepang. Kan kebetulan suami tante lagi ada proyek disana jadi Nando mau ikut katanya mau liat sekalian belajar bisnis juga. Bukannya Andrea udah tahu kan?"
"Gini tante, kakak saya sekarang dirumah sakit kemarin malam kecelakaan. Dan katanya kejadiannya ketika dia bersama Nando."
Bu Catrina, ibunya Nando terkejut. Karena dia melihat Nando pagi tadi pulang biasa saja bahkan langsung terbang ke Jepang.

"Ya ampun, tante gak tau dek. Tapi coba hubungin lagi Nando. Sepertinya dia sudah landing sekarang"

Uki pun mencoba menghubungi Nando. Dan akhirnya diangkat.

We Don't Know LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang