Seakan enggan untuk berpisah barang sedetik saja, tangan keduanya saling bergenggaman. Tidak berniat untuk melepaskan meski ada waktu yang tersisa selama dua hari kedepan.
Sudah diputuskan jika Devlin akan berangkat tanpa dikawal ataupun diantar oleh mereka. Tetapi itu untuk sementara, belum memikirkan kedepannya bisa saja berubah.
Keduanya berbaring dengan pandangan lurus ke langit-langit kamar. Cahaya rembulan menerobos masuk melalui jendela kamar yang terbuka lebar disertai angin malam yang terasa sejuk.
Suasana sepi dan senyap. Selain karena para penghuninya sudah tidur, kendaraan sekalipun tak terdengar suaranya karena memang jarak mansion dan kota sedikit jauh.
Keduanya larut dalam keheningan tanpa melepaskan genggaman. Justin memiringkan tubuhnya, menatap wajah gadisnya dari samping.
"Apa yang ingin kau lakukan sebelum pergi?"
Devlin terkekeh, meliriknya dari sudut mata. "Kau bertanya begitu seperti aku akan pergi selamanya saja."
"Tentu saja tidak." Ada rasa tidak suka dalam perkataannya. Justin memeluk Devlin dan menyembunyikan di ceruk leher gadis itu. "Aku hanya bertanya.."
"Hmm.." Devlin berpikir sejenak. "Mungkin.. ke pantai?"
"Pantai?" ulang lelaki itu.
"Ya. Kita semua bisa pergi ke pantai." kata Devlin sambil tersenyum tanpa menatapnya.
"Baiklah jika itu maumu, nona."
"Setelah sekian lama akhirnya kau menyebutku nona, Justin." Devlin menoleh hingga hidungnya bersentuhan dengan ujung hidung lelaki itu.
"Hanya ingin memanggil seperti itu saja."
"Ya ya," gadis itu memutar bola matanya tanpa melunturkan senyuman. "Sudah larut, ayo tidur.."
Ketika Devlin hendak bergeser posisi, Justin terasa menegangkan tubuhnya membuat Devlin terdiam keheranan. "Ada apa lagi?"
Secepat kilat Justin merubah posisi menjadi diatas Devlin dengan kedua tangannya sebagai penyanggah. Netra cokelatnya fokus menatap wajah cantik dihadapannya.
"K-Kenapa?" Entah mengapa Devlin menjadi gugup karena ditatap dengan intens seperti itu. Tangannya menahan dada bidang lelaki itu.
"Bukankah terlalu cepat untuk kita tidur menutup mata?"
"Em..." Jari telunjuknya menggaruk pipi. Devlin menatapnya dengan polos. "Jadi.. apakah tidur dengan membuka mata?"
Aih.
Sisi polosnya keluar membuat Justin gemas. Lelaki itu mengecup tulang selangkanya cukup lama kemudian mendongak. "Apakah tidak mengerti ini?"
Kepintaran Devlin tampaknya agak memudar. Butuh beberapa waktu untuknya sadar dengan perilaku Justin yang merupakan sebuah 'kode' tersebut.
Setelah sadar, wajahnya memerah. "Dasar mesum!!!" ia berusaha mendorong tubuh Justin tetapi tidak berhasil karena tenaga yang dikeluarkan lelaki itu sangat kuat.
Justin tersenyum melihat wajah merona gadisnya. Ia mendekatkan bibirnya ke telinga Devlin. "Harusnya seperti ini, 'kan?"
Kemudian bibirnya mulai menempel di leher gadis itu. Tempat yang sangat ia sukai. Tak hanya sekadar menempel, bahkan giginya juga ikut campur.
Gigitan yang diberikan terasa pada kulit leher Devlin. Gadis itu memiringkan kepalanya agar Justin lebih leluasa bertindak. Ia melenguh pelan ketika bibir lelaki itu mulai bergerak liar menciptakan beberapa cupang, termasuk bagian dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Baby Boss With Hot Bodyguard #BOOK1
RomanceYOUNG-ADULT 17+ *BOOK1 ON MILLANEZ SERIES* Rank #73 dalam Percintaan (31/07/2019) Rank #68 dalam Percintaan (03/08/2019) Rank #62 dalam Percintaan (05/08/2019) Rank #3 dalam Aksi (20/06/2021) Ini hanya mengisahkan tentang seorang gadis cantik, jeniu...