Hati yang Tersakiti

6.4K 355 0
                                    

"Tante, Tante nggak apa-apa kan?" Mentari menoleh ke belakang, berteriak memanggil supir pribadinya.

"Mang Asep, bantuin dong," ujarnya. Lelaki paruh baya dengan setelan khas supir itu cepat-cepat membantu Mentari yang menyanggah tubuh lemah seorang wanita.

"Tante, Tante bisa dengar saya, kan?" tanya Mentari panik. Pasalnya wanita yang dipanggil tidak merespon apa pun perkataannya. Dalam ketidaksadarannya, wanita itu berujar lemah. Memanggil sesorang.

"Abang," gumam wanita itu pelan sebelum kedua matanya tertutup. Mentari menjadi sangat panik melihat wanita itu tidak sadarkan diri.

"Mang Asep, gimana nih?"

"Non, kita bawa ke rumah sakit aja." Mentari menurut. Gadis itu memungut semua barang belanjaan wanita itu lalu menyusul mang Asep yang sudah menggendong wanita itu ke dalam mobil.

Mentari duduk dengan memangku kepala wanita itu di kedua pahanya. Dalam keadaan panik, Mentari menggenggam tangan wanita itu. "Tante, sabar ya, bentar lagi kita sampai di rumah sakit."

Perjalanan kurang lebih dua puluh menit, mereka tiba di lobi rumah sakit. Beberapa perawat yang mengenal Mentari segera mengambil tindakan untuk menolong wanita yang di bawanya.

Mentari bersandar lemas di sandaran kursi rumah sakit dengan pandangan tak lepas dari pintu yang tertutup.

"Mentari?" Aldo menatap putrinya yang terduduk lemas, pria itu segera menghampiri Mentari.

"Papa." Mentari langsung menghambur dalam pelukan papanya.

"Kenapa di rumah sakit? Kamu nggak apa-apa, kan?" tanya Aldo khawatir. Dalam pelukan Aldo, Mentari hanya menggeleng lemah.

Aldo lalu melempar pandangannya ke arah supir pribadi putrinya. "Mang Asep, siapa yang sakit?"

"Maaf Tuan, saya juga nggak mengenal Ibu itu. Saya dan Non Mentari hanya menolongnya, Tuan. Kami menemukannya pingsan di parkiran supermarket," jelasnya. Aldo menghela napas lega, setidaknya Mentari tidak apa-apa.

Aldo ikut duduk bersama putrinya, menunggu dokter yang kini sedang memeriksa wanita yang ditolong Mentari dan mang Asep.

***


Alvian mengangkat ponselnya yang sedari tadi terus berdering. Alisnya terangkat sebelah melihat nomor asing di ponselnya.

"Halo."

"Dengan saudara Ibu Hani?"

Alvian mengernyit, "Iya. Saya anaknya. Ada apa dengan Mama saya." Perasaannya mulai tidak enak, takut sesuatu yang buruk menimpa mamanya.

"Kami dari pihak rumah sakit ingin memberitahukan bahwa Ibu anda masuk rumah sakit."

"Apa?" Alvian membatalkan semua pertemuannya dengan kolega bisnisnya. Tanpa banyak kata dia segera menuju rumah sakit setelah mengetahui di mana mamanya di rawat.

Brak. Saking paniknya, Alvian membuka pintu rawat mamanya dengan kasar.

"Mama," teriaknya panik. Wanita paruh baya yang dipanggil mama itu hanya tersenyum lemah melihat kedatangan putra tunggalnya.

"Ma, Mama nggak apa-apa, kan?" Alvian memeluk mamanya dengar erat. Rasa takut dan khawatir perlahan menghilang.

"Mama nggak apa-apa, Bang." Hani mengusap punggung putranya. Pandangannya tertuju pada ayah daan anak yang hanya terdiam melihatnya dan Alvian saling berpelukan. "Kamu harus berterima kasih sama Dokter Aldo dan anaknya yang sudah menolong Mama."

Alvian melepas pelukannya, lalu tatapannya beralih pada orang lain yang berada di dalam ruangan. Matanya melebar, Alvian terkejut mendapati kekasihnya, Mentari berada di dalam ruangan rawat mamanya. Bukan hanya Alvian yang terkejut, namun hal itu juga dirasakan oleh Mentari. Mulutnya terbuka tapi tidak ada satu kata pun yang terucap.

"Om Aldo." Setelah beberapa menit, barulah Alvian mengeluarkan suaranya.

"Kamu kenal Dokter Aldo, Bang?" tanya Hani bingung.

"Iya, Ma. Dokter Aldo ini Ayah mertuanya Gaza. Ayah dari Senja," jelas Alvian. Tanpa Alvian sadari ada Mentari yang terluka, gadis itu tidak dia sapa sama sekali. Alvian justru sangat mengenal kakaknya dibanding dirinya. Satu kenyataan yang membuat hati Mentari perih. Mungkin saja Alvian masih memiliki rasa terhadap kakaknya, Senja.



Aku benci mengakui kenyataan, bahwa dia masih tersisa dalam ingatanmu. Mentari.

Up, 18 Juli 2020

Pacar Rahasia [Terbit/Repost]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang