Chapter One

3.6K 95 5
                                    

"Alasan saya ingin bekerja di sini karena Pearl Group merupakan perusahaan teknologi terbaik dan terbesar di Korea Selatan. Saya tentu saja ingin belajar banyak dari perusahaan ini dan ingin mengetahui bagaimana Pearl Group mengembangkan teknologi dengan semakin baik setiap harinya."

"Setelah saya lulus kuliah, belum ada satu pun perusahaan yang saya minati selain Pearl Group. Karena itulah lamaran pertama saya kirimkan ke perusahaan ini. Dengan harapan Tuan dapat mempertimbangkan kegigihan serta semangat yang saya miliki."

Yeon dapat melihat dirinya tersenyum dengan sangat manis dari cermin dihadapannya. Andai saja kecantikan yang dimilikinya dapat dipergunakan untuk mendapatkan pekerjaan di Pearl Group, Yeon yakin ia akan diterima dengan mudah.

Sayangnya Pearl Group merupakan perusahaan yang mengedepankan wawasan serta pengetahuan pekerja. Wajah secantik apapun yang kau miliki, jika kau orang yang bodoh, maka kau tidak akan pernah dilirik oleh mereka.

Karena itulah Yeon berusaha keras untuk diterima di perusahaan ini.

Yeon menatap jam dipergelangan kirinya dan saat itulah matanya melebar karena terkejut. Ia segera mengambil tas kecil di atas tempat tidur dan segera keluar dari kamar. Ia hampir terlambat untuk melakukan wawancara pagi ini.

"Noona, dimana sarapanku?" Tanya Jun yang baru saja keluar dari kamar.

Laki-laki itu tampak rapi dengan seragam sekolahnya. Jun berada di tingkat terakhir Sekolah Menengah Atas. Ia sekolah di pagi hari dan bekerja di malam hari. Walaupun begitu, Jun tidak pernah terlihat lelah sedikit pun.

"Maaf, Jun-ah. Aku tidak sempat membuatkanmu sarapan. Sarapan saja saat kau diperjalanan ke sekolah, mengerti?" Ujar Yeon sembari memakai sepatu hak tingginya.

"Ck! Karena itulah berulang kali kukatakan untuk tidak bangun kesiangan, noona!" Gerutu Jun.

"Ini bukan soal bangun kesiangan, Jung Jun. Hidup dan matiku dipertaruhkan hari ini, karena itulah aku harus datang tepat waktu!" Kata Yeon dan segera meninggalkan rumah kontrakan yang selama ini ditempatinya bersama Jun.

"Apa maksud ucapannya?" Gumam Jun sembari menatap pintu rumah.

"Terkadang dia suka bersikap berlebihan." Kata Jun dan kembali masuk ke dalam kamar untuk bersiap pergi ke sekolah.

------

Yeon terus menatap ke arah pintu dimana tempat wawancara dilaksanakan. Ia sedang menunggu gilirannya dengan gugup. Beberapa orang yang sudah keluar dari ruangan tersebut selalu terlihat pucat dan lesu. Membuat Yeon merasa semakin takut.

Berapa kali pun ia melatih cara berbicaranya di depan cermin, itu semua tidak bisa menghilangkan rasa gugupnya. Apalagi saat ini Yeon terus mendengarkan orang-orang berbicara sendiri disekitarnya.

Yeon juga ingin seperti mereka yang kembali berlatih di sana. Tetapi Yeon tidak bisa melakukannya di saat begitu banyak orang disekitarnya. Dan Yeon tidak berani beranjak dari sana sedikit pun karena bisa saja mereka memanggilnya di saat ia sedang tidak di tempat.

"Hahhh.." Yeon menghela nafas dengan panjang dan meremas kesepuluh jarinya.

Jari-jari tangan mungilnya sudah terasa sangat dingin. Yeon tidak pernah merasa segugup ini sebelumnya. Pada saat sidang tugas akhirnya pun Yeon merasa begitu percaya diri. Tidak seperti saat ini. Dan Yeon tidak mengetahui alasan di balik itu semua.

Yeon menegakkan punggungnya saat pintu ruangan tersebut terbuka. Beberapa orang yang sebelumnya dipanggil telah keluar secara bersamaan. Dan lagi-lagi mereka terlihat begitu lesu.

"Nomor 16, Lee Sang Yoon. Nomor 17, Park Ji Hye. Nomor 18, Kim Nana. Nomor 19, Jung Yeon. Nomor 20, Lee Haneul. Nama yang dipanggil silahkan masuk ke dalam."

Love, Hurt, and RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang