" Sekarang! gak ada tapi-tapi."
Khansa mencibir dengan kesal.
" Suka-suka Khansa lah! Urusan pak dokter apa?"
" Hushh, dek ngomongnya.." omel Rizal." Suka-suka gimana? Hidup itu penuh aturan, kalau gak ada aturan gimana kamu bisa hidup dan memperbaiki diri? Contohnya kayak gini.. Adek gak minum obat, gimana mau sembuh? Emang Tuhan bakal mau nyembuhin Adek tanpa usaha sama sekali? Dan lagian, adek itu pasien pak dokter, kamu tanggung jawab saya, paham?" Ucap Devan panjang lebar.
Khansa bungkam mendengar cercaan dokternya tersebut.
" Apaan sih sokab banget manggilnya adek."
" Hushh dek kok ngomongnya gak sopan?" Omel Rizal lagi.Devan memilih tidak menghiraukan dan berjalan mendekati mereka.
" Gua aja yang ngasih obatnya Bang," ucap Devan sambil mengambil alih obat yang Rizal pegang.
" Eh gapapa Dev, gua aja."
" Yaa gapapa sih, tapi 15 menit lagi bukannya lo ada jadwal praktek? Berangkat ke rumah sakit sana lo."
Khansa yang mendengar itu merasa bersalah kepada Rizal karena sudah membuat Rizal melupakan waktu kerjanya." Gapapa dek sama pak dokter aja?" Tanya Rizal ke Khansa.
Khansa mengerang tidak mau.
" Haah.. abang berangkat aja.." ucap Khansa dengan engan.
" Beneran?"
" Hm."
" Jangan nakal yaa sayang.. ada bang Brian kok di bawah, jangan lupa baikan sama Bang Brian," ucap Rizal sambil mencium pipi Khansa.
" Yaaaa."
" Abang berangkat yaa," pamit Rizal sambil menaruh coklat yang ia ambil tadi di samping kasur Khansa.Setelah Rizal keluar, Khansa dan Devan hanya berdua di ruangan tersebut. Devan masih memandangi Khansa dengan tatapan tidak percaya karena perempuan di hadapannya itu sudah SMA tetapi fisik dan sifatnya benar-benar seperti masih SD.
" APA LIAT LIAT?" gertak Khansa yang membuyarkan lamunan Devan.
" Gapapa, diliat-liat adek kayak bocah."
Khansa membelalakan matanya dan memukul lengan Devan." Kalau mau body shamming, keluar sana ah."
" Engga body shamming, keliatan lucu malahan," ucap Devan jujur sambil menyampurkan obat yang sudah digerus dengan air.
Khansa mendelik." Ck aaah pak dokteeeeeeeeeeeer."
" Apaaaaaaa?"
" Gak mau minum obaaaaaat," rengek Khansa sambil menendang-nendang selimutnya." Terus maunya minum apa? Chattime?"
" Tuh pak dokter peka, udah yaa gausah minum obat."
" Iyaa kalau udah sembuh pak dokter janji traktir Chattime."
" Sekaraaaaaaaaang," rengek Khansa lagi." Kamu bener-bener mau buat pak dokter naik pitam yaa dek?"
" Ish darah tinggi ya?"" Nih minum obatnya, Aaaa~"
Khansa menutup mulutnya tidak ingin meminum obat tersebut.
" Dek, ayolaah.."
Khansa menggeleng." Dek minum obatnya!" Gertak Devan langsung dengan tatapan yang tajam.
Khansa langsung terdiam dan menunduk.
" Pak dokter galak banget.." ucap Khansa pelan bahkan hampir tidak terdengar." Yaudah, sayang minum obat yaaa.. biar cepet sembut okee manis?" Ucap Devan dengan halus.
Khansa yang melihat itu langsung berdeham.
" Apaan sih sok gan-" Devan langsung menahan mulut Khansa agar tetap terbuka dan memasukan obat itu dengan cepat ke dalam mulutnya." AAAAH PAK DOKTER PAIT!!" Khansa berteriak dan langsung diberikan air putih oleh Devan.
" Udah ilang pahitnya?"" Masih pak dokteeer hiks hiks," Khansa menangis dengan kesal karena hari ini dia terus terjebak oleh dokter di hadapannya ini.
" Pak dokter jahat haaaaaaaaaaa," Khansa masih terus menangis sambil memukuli badan Devan.
Kemudian devan memasukkan sepotong coklat pemberiannya ke mulut Khansa ketika mulut itu sedang terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dr. Dev
FanfictionDisini ada yang paham dengan Iatrophobia? sebenarnya Iatrophobia itu apa sih? Oke, Iatrophobia adalah sejenis fobia tidak masuk akal yang membuat seseorang takut dokter. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal. Misalnya takut disuntik, trauma den...