"Katanya Margada nantangin Arcatur buat tanding basket lagi. Nanti siang""Yang bener njir? Gue nungguin banget sumpah mereka tanding lagi"
"Iya beneran.. tadi Ken sendiri sama temen temennya yang ngumumin, dan kita diminta buat semangatin mereka"
"Wah ya harus lah, dan pasti! Soalnya kan mereka sama sama kuat, kali ini Arcatur harus menang"
Samar samar Vlarein mendengar obrolan dari beberapa gadis tentang pertandingan basket nanti siang. "Ada apaansih nanti siang?"
Rea menoleh, "Margada tanding sama Arcatur. Selama 3 tahun sekolah disini, Lo ngerti apa aja sih Rein? Gue bingung deh, Ampe ampe sama si Ken yang katanya tenar minta ampun Lo ga kenal?"
Rein mendengus, ternyata inilah dunia yang selama ini ia acuhkan. Rein terkenal tidak peduli dengan sekitar, apalagi pertandingan. Masalah menonton pertandingan ia sangat malas.
"Gatau.. dan males juga mau tau, menuh menuhin memori otak gue""Tapi jangan lupain Ken yang udah kenal sama Lo" Rein menoleh. Ternyata itu adalah suara Andra.
"Andra? Lo ngapain disini?" Tanya Rea kaget.
"Ga ngapa ngapain sih, cuman ngikutin kalian aja.. kayaknya seru banget. Lagi ngomongin apaan?"
"Nih si Rein kudet banget coba, pen nabok rasanya" Rea melirik Rein sekilas. Gadis itu cemberut menatap Rea dan Andra bergantian.
Tidak menjawab Andrian malah terkekeh, ia kemudian memutar bahu Rein kembali ke menghadap jalan depan. Perlahan tangannya menepuk pelan bahu Rein, "disamperin tuh Rein" bisiknya tepat di telinga Vlarein.
Rein memang berdiri, namun nyawanya seakan melayang, melihat kehadiran Kenavaldo bersama ketiga temannya. "Re.. pergi yuk re.." ajaknya sambil berusaha meraih tangan Rea yang tadi berdiri tepat di sebelah kirinya.
"Re?" Tubuhnya seakan kaku, jadi hanya bisa berkata kata sambil mencari rea.
Akhirnya matanya melirik kearah samping. Rea tidak ada di tempatnya tadi, bahkan Andra sudah pergi meninggalkannya entah kemana. Laknat memang..
Ken bersama ketiga temannya itu semakin mendekat, dan Rein berusaha sekuat mungkin untuk berbalik tidak ingin bertemu Ken. Namun harapannya pupus saat Ken berada di hadapannya tiba tiba, dengan gerakan menyela dari belakang.
"Hai.." sapanya cool.
Rein terus menunduk bagaikan seorang gadis yang hendak terbully, padahal tidak.
"Permisi gue mau lewat" pamitnya sambil bergeser mencari celah lewat.Ken ikut berpindah kemanapun Rein bergeser, demi menutupi jalan gadis itu, "kok buru buru? Jam istirahat masih 15 menit, gamau ke kantin aja bareng gue?"
Rein semakin merasa tidak nyaman. Tidak nyaman karena kejadian kemarin yang membuatnya seakan ingin menenggelamkan diri sekarang juga, "gabisa, gu-gue harus ke kelas secepatnya"
"Gitu ya? Perasaan tadi mau jalan kearah sana, tapi giliran liat gue, Lo malah balik lagi. Kenapa?"
Rein menggeleng, "eng-enggak kok..tadi cuman diajak temen, permisi gue mau lewat"
"Aud-audys-tya Vlarein Akstama?" Ken mengeja nama yang ada di name tag seragam Vlarein.
Rein membulatkan bola matanya kembali, kemudian secepat mungkin menghindar pergi dari Kenavaldo. Demi apapun, ia tidak ingin berurusan dengan cowok itu lagi.
"Pergi kan si Rein.. makanya, jangan digituin. Gue aja yang ngeliat Lo risih" Arga menepuk pundak temannya itu kencang.
"Itu namanya bukan risih, but iri Lo bro" balas Alfa menatap Arga meledek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vlarein
Teen FictionBerawal dari pertemuan tak sengaja di sebuah angkringan kecil. Membuat vlarein, si gadis pecinta halu serta cogan itu, menghafal wangi parfum seorang cowok. Tak disangka, pertemuan malam itu malah menjadi awal dari sebuah kisah. Kisah yang menen...