Tiga

22 5 4
                                    

Sore yang panjang bagi Kinan,
Menyenangkan sekali rasanya.
Kinan dan Raga sedang menuju jalan pulang. Melepaskan hari dengan sejenak uluran hati.

"Kinan, kamu tau gak apa yang paling aku benci di dunia ini." Ucap Raga.

"Gak tau. Dan gak mau tau." Jawab Kinan seadaanya.

"Aku lagi serius Nan."

"Iya deh. Emangnya apa?!"

"Kamu mau tau?"

"Gak jadi deh." Ucap Raga sedikit menggoda Kinan.

"Terserah." Jawab Kinan pasrah.

"Aku mau nanya, kenapa cewek tuh suka banget bilang terserah?" Tanya Raga Mulai penasaran.

"Karena gak ada kata lain bagi Gue."
Ucap Kinan seadaanya kembali.

"Kayaknya kata-kata yang ada dikamus dalam otak kamu cuman sedikit ya, Nan."

"Iya kali."

Tak terasa akhirnya mereka sampai dirumah Kinan. Rumah dengan khas kekunoannya membuat Raga semakin penasaran dengan Kinan.

"Nan, aku gak bakalan capek ngadepin kecuekan kamu."

"Bagi aku, kamu adalah sebuah tantangan."Ucap Raga.

"Hah? Lo pikir gue ajang pencarian bakat." Jawab kinan.

"Iya, malah lebih dari itu."

"Rumah kamu bagus, Nan."

"Bukan rumah gue, punya Bokap-nyokap." Jelas Kinan.

"Iya deh, maksudnya itu."

"Sana pulang." Usir Kinan dengan kecuekannya.

"Aku masih pengen disini."

"Ngapain?"

"Mandang kamu, Nan."

Ada sedikit celah senyum di pipi Kinan. Senyum itu membuat yakin Raga untuk bisa mendapatkan hati Kinan.

"Lo baru kenal aja udah sok Gombal!"

"Gapapa, latihan dulu."

"Terus?"

"Setelah kamu siap buka hati buat aku, gombalan ku akan lebih dari itu."

"Ngawur Lo."

"Yaudah aku pulang."

"Hati-hati."

"Pasti, Nan."

Raga menyalakan mesin Vespanya.
Setelah menyala, Raga tersenyum sendu sambil menatap Kinan.

"Sampai besok, Nan."

Kinan mengangguk.

Raga segera meluncur ke jalan bebas.
Pergi meninggalkan Kinan di depan gerbang rumahnya.

Tak sengaja Kinan tersenyum tipis.

Kinan masuk kedalam rumah.
Sore itu sudah pukul 18.00.

"Dari mana aja sih, Nan."
Ucap Ayah Kinan.

"Eh ayah, dari toko buku."

"Kamu nih, kalo udah tentang buku aja lupa deh sama waktu."

"Maaf yah, janji Kinan gak bakalan gini lagi kok."

"Yasudah, kamu mandi sana."

"Oke yah!"

Kinan segara masuk kedalam kamarnya.

"Syukur deh, ayah gak marah."
Celetuk batin Kinan.

Selepas mandi,
Kinan segera pergi kemeja makan.

Tentang Lautan Yang Ingin melupakan SenjanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang