14 - SL - Namanya Suga

680 117 33
                                    

      Dua hari kemudian, Roseanne baru kembali beraktifitas. Ia sudah bisa menekan dan mengurung kesedihannya. Sayangnya wanita itu masih tetap mengabaikan semua pesan masuk dan telepon dari semua orang terdekat kecuali Lisa, Jennie dan Yiren. Bahkan nomor ponsel ayahnya saja sekarang masuk menjadi salah satu nomor daftar hitam karena sangat menggangu.

      Tok..tok..tok...

Bunyi ketukannya sangat apik, Yiren sumringah membuka pintu dan muncul begitu saja. Pantas ketukannya berirama.

      "Bu, ada titipan dari pak Suga." Tangan wanita itu menyerahkan kotak bekal yang masih hangat, jaket semi mantel dan multivitamin.

      "Ke saya? Banyak banget." Keluhan Roseanne setelah membongkar isinya.

      "Maaf...gak bisa kasih secara langsung, kaki beliau gak bisa jalan. Habis kecelakaan."

      "Serius kamu...kecelakaan apa." Saking paniknya, Rose tidak sadar bertanya dalam keadaan berteriak bahkan sampai sudah berdiri dari kursinya. Yiren terhuyung ke belakang saking terkejutnya

      "Chatnya cuman bilang kecelakaan. Beliau gak jelasin secara detail bu. Tadi anak pak Suga yang kesini."

      "Oke makasih ya."

Yiren mengangguk kemudian pergi. Semenjak kejadian yang menimpa Jisoo membuatnya parno. "Angkat teleponnya dong. Baik-baik aja. Serius kah." Tiba-tiba teringat kejadian yang terjadi pada Jisoo. Ia tidak mau kehilangan Suga seperti kehilangan Jisoo.

      "Ya—halo. Tadi Andy diantar supir kesana. Udah sampe di kamu barang-barangnya."

      "Mas, ini kamu dimana. Rumah, rumah sakit atau dimana."

      "Di rumah."

      "Ya udah aku bawa kerjaan kesana, jangan kemana-mana."

❄️❄️❄️

       Suara mesin mobil yang sudah tidak asing lagi bagi para asisten rumah tangga Suga membuat penjaga keamanan langsung membuka gembok pada pintu kecil lalu menunggu wanita itu keluar dari mobil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

       Suara mesin mobil yang sudah tidak asing lagi bagi para asisten rumah tangga Suga membuat penjaga keamanan langsung membuka gembok pada pintu kecil lalu menunggu wanita itu keluar dari mobil. Kacau sekali saat tiba disini. Semua isi kepalanya seperti saling menghancurkan satu sama lain.

      "Gak parkir di dalam bu."

      "Diluar aja pak."

      "Kaca spionnya di tutup aja biar aman."

      "Iya pak." Rosie mematikan mesin dan keluar dari mobil, wajahnya masih dalam keadaan super panik.

     "Mas Suga kecelakaan dimana. Parah gak." Bincang-bincang disela melangkah melintasi pagar dan garasi mobil. 

     "Jalanan depan situ bu, tempat mba parkir mobil, Andy gak liat mau main ke seberang. Ada anak SMP ngebut bawa motor, pak Suga tarik Andy jadinya beliau yang kena di kaki sebelah kiri."

       "Tapi baik-baik aja kan. Ada luka parah atau luka dalam."

       "Hasil rotgen aman bu."

Baru selesai mereka membahas tokoh utama dalam kasus, pria itu muncul dengan tongkat dan perban tebal menutupi kirinya. Tersenyum dari kejauhan.

      "Saya ke dalam dulu pak."

      "Silahkan bu." Rose meneruskan langkah dengan banyak bawaan tas kerja, laptopnya, tas bekal juga.

      "Bukannya kamu seharusnya masih di tempat Chen ya mas bro."

Sebetulnya Suga kesakitan, tadi berusaha menahan sekuat-kuatnya. Lalu gagal, ia meringis sempoyongan. Nyeri melanda seperti wabah, tepat di depan Rose saat akan memutar tubuhnya. "Hati-hati kamu nih. Kenapa gak diem di kamar aja."

      "Saya mau latihan. Duduk aja duluan. Saya sudah pulang dua hari, gak lama setelah kamu pulang."

      "Dua hari lalu? Pulang?" Semakin terkejut dengan pengakuan Suga. Sekarang menjadi kesal, Rose lah yang membantu memapah tubuh Suga, memaksa pria itu harus menuruti titahnya. Didukung oleh kekuatan wanita itu yang lebih besar darinya. "Itu alasannya kamu telepon aku berkali-kali. Terus kamu juga hubungi Lisa."

      "Kalau itu memastikan kamu sudah selamat sampai ke tempat tujuan atau belum."

        Rose terdiam, setelah ia selesai membantu Suga duduk di sofa, "saya turut berduka cita. Kita alami hal yang sama. Saya tau rasanya bagaimana, beratnya bagaimana. Terima kasih selama ini kamu bantu saya untuk banyak hal terlebih sangat berarti untuk Andy. Sekarang giliran saya yang bantu kamu, saya temani dimasa-masa sulit kamu atau masa sedih kamu."

       "Beneran."

        "Iya."

        "Mas, jujur. Sebenernya kamu anggap aku apa dalam hidup kamu."

Shirui Lily || Yoonrosé [𝐄𝐍𝐃]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang