© Pintalan Pelangi
Malam itu, saat diperjalanan pulang.
Saat aku sendirian meraba angin jalan raya.
Kembali, pada diri yang sepi.
Terhantam menuju masa lalu; dimana saat itu masih ada dirimu.
Dan aku selalu begini.
Setiap malam, saat diperjalanan pulang.Kau tahu?
Aku muak dengan jutaan kalimat motivasi.
Karena nyatanya itu tidak berhasil menenangkan hati. Karena sampai hari ini, aku masih pada duka yang sama dan senyumku belum juga sempurna.Kadang aku bertanya,
Apakah genggamanku kurang erat hingga kamu begitu mudah terlepas? Apakah senyumku tak lagi bisa membuatmu memutuskan untuk terus bertahan?Aku punya sejuta tanya dan belum ada satupun yang terjawab.
Ada banyak runutan kisah yang sebabnya belum bisa ku cerna secara tepat. Hingga aku terjebak, seperti mengambang pada ruangan yang hampa udara. Hingga aku merasa, aku layaknya sekumpulan frasa yang menyedihkan.Kau tahu?
Seringnya aku bertanya,
Mengapa hanya aku yang berduka sedang kamu saja tetap bahagia?
Mengapa hanya aku yang dipeluk semilir rindu sementara kamu sendiri tak lagi menatapku sejak pergimu?Kamu melenggang pergi dengan santainya, seperti banyaknya hari yang sudah kita sambangi tak ubahnya embun yang mengering dibasuh angin.
Kamu biarkan saja kenangan kita tertinggal disana. Di persimpangan jalan yang pernah kita tinggali.
Dan aku hanya menatap punggungmu yang kian menjauh dengan binar mata yang nanar.
Sungguh.
Aku takjub padamu saat itu.
Hingga kini.Kau tahu?
Hatiku kini terbagi pada banyak ruang.
Ada ruang yang mengarsipkan cerita kita; dimana aku terus mengingatnya, tanpa terlupa, terus terluka.
Ada ruang yang membukukan banyak sumpah serapah; jika kamu bersedia mengintip, hanya kepada namamu, umpatan itu tertuju.
Ada juga ruang berisi rindu yang menguar seperti wangi mawar yang baru mekar; jika kamu mau ku beritahu, harum yang bersesakkan disana hanya mampu tercium olehmu.
Lalu ada ruang yang kosong dan berkarat; Dulu ruangan ini selalu berbunga, rumputnya selalu basah, udaranya tak pernah membuatmu gerah. Dulu ruangan ini ditempati kamu.Sejak kamu pergi.
Hanya aku yang mengubah album foto menjadi hitam dan putih.
Hanya aku yang masih sering bertanya; mengapa kamu pergi?Sejak kamu pergi.
Aku masih mendiami tempat ini, di persimpangan ini; tempat dimana kamu dan aku seharusnya pulang kemudian bertemu untuk saling meramu rindu.10.19pm. Monday, September 11. 2017
Setelah air matanya mengering karena ia biarkan. Jisoo sudah yakin— Entahlah. Selama ini berbahagia hanya untuk menutupi lukanya. Gas karbon monoksida memenuhi ruang di dalam mobilnya hampir lima menit berjalan. Di tempat yang jauh penuh ketenangan.
Andai seorang perempuan tahu semahal apa perhatian dan hatinya, tentu ia akan sangat menjaga dan memberikan pagar yang kuat, agar orang tidak mudah masuk tanpa izin dan mengetuk. Andai laki-laki tau seberharga apa perjuangannya, maka ia akan sangat berhati-hati dan memilih mana yang layak ia perjuangkan, tidak sembarangan dalam memilih -jndmmsyhd-
❄️❄️❄️
Seperti ada yang memintanya membuka sosial media di kala sedang asik memperhatikan kegiatan satu keluarga bonus Roseanne. Banyak sekali pesan yang dikirim kepadanya. Setelah Chen memeriksa siapa saja pengirimnya. Ia mengenal semuanya, yaitu teman-teman dekat Rose. Pria itu berlari, sampai terpeleset karena tidak memperhatikan kondisi lagi di sekitar kakinya.
"Hei Roseanneee." Rose yang sedang sendirian memetik bunga untuk disimpan dan dijadikan teh seduh, terlonjak mendengar suara Chen yang melengking.
"Apa. Kenapa sih. Itu lagi kaki lo jalannya pincang?"
"Baca aja deh. Biar lo tau. Ponsel off ya sist."
"Iya. Kan situ yang suruh."
Cepat-cepat Rose menaruh botol yang sudah terisi oleh beberapa tangkai bunga, lalu menarik paksa ponsel Chen.
Tiba-tiba tangannya lemas setelah membaca isi pesan-pesannya, jika tidak dipapah oleh Chen mungkin sudah terduduk di tanah tak berdaya.
"Gue kasih tau Suga ya." Tawar Chen panik.
Wanita itu menggeleng, seraya jemarinya menghapus terburu-buru setiap tetes air mata. "Mas Suga biar fokus disini untuk terapinya Andy. Gue gak mau ganggu, karena dia juga lagi selesaikan masalah dia. Gue minta tolong anterin ke stasiun aja. Kalau di tanya bilang ada yang kita beli."
Chen mengangguk, mengusap-usap punggung Rose agar tenang. "Gue turut berduka cita."
❄️❄️❄️
Setibanya dengan selamat di depan rumah duka, kaki dan tangannya masih terasa lemas dan gemetaran setelah keluar dari taksi. Makin bertambah sesak nafas dan sesak dada yang Rose rasakan.
"Mba...gak papa. Sebentar saya bantu." Supir dan beberapa tamu yang datang buru-buru memapah tubuh Rose.
"Jisoo....." Suara parau dan serak mengguncang tubuhnya.
"Sabar ya mba. Pegang lengan saya kalau tidak kuat jalan." Tawar dua orang pria paruh baya yang merupakan tetangga sekitar kediaman orang tua Jisoo.
Keluarga, kerabat wanita itu berkumpul disini. Kata Jennie saat menghubunginya. Orang tua Jisoo menolak prosedur otopsi oleh pihak kepolisian, mereka meyakini kasus ini murni bunuh diri. Orang tuanya tidak ingin mempersulit tubuh Jisoo. Di luar pintu sudah ada Lisa dan Jennie. Lisa masih bisa menahan air matanya, sedangkan Jennie menangis dan berteriak histeris yang sudah tidak karuan bagaimana kondisinya. Kedua pria itu menyerahkan Rose yang merentangkan tangan kepada Jennie dan Lisa.
"Maafin gue karena gak bisa dihubungi. Gue pengen ikut Jisoooo. Gue pengen mati aja."
"Jisoooo, gue mau liat Jisooo." Isak tangis Rose baru keluar sepenuhnya.
"Sabar Ben. Lo apaan sih. Jangan ngomong kayak begitu. Berdoa yang terbaik buat Jisoo." Nasehat Lisa, walaupun matanya merah karena menangis tapi ia masih bisa tegar.
"Jisoo paling kuat diantara kita, mana pernah nangis depan kita bertiga. Apa-apa dia pendam sendiri. Jisoo lo jahat sama kita. Lo kenapa tega begini ke kita. Huhuhu." Jennie tidak kuat menahan kekesalannya dan kesedihannya sejak diberikan kabar ditemukannya mayat Jisoo saat fajar. Akibatnya daya tahan tubuhnya menurun drastis, karena tidak berhenti menangis, kedua kakinya tidak sanggup lagi menopang tubuhnya, lalu pingsan.
"Jen..Jen..." Rose panik terduduk di lantai. Menepuk-nepuk pipi Jennie.
"Angkat...bawa ke dalam. Tolong pelan-pelan. Kepalanya ditahan itu." Suara beberapa peziarah ikut membantu membopong tubuh Jennie.
Mas Sugar putih is calling...
❄️❄️❄️
SPOILER
- I'm Sorry -
KAMU SEDANG MEMBACA
Shirui Lily || Yoonrosé [𝐄𝐍𝐃]
Fanfiction[C O M P L E T E D] "Something that stay in your mind will someday spring up in your life." Suga merasa jika segala sesuatu berjalan sesuai dengan kemauannya. Termasuk sangat yakin jika putranya seperti anak pada umumnya. Tetapi kenyataan tidak sesu...