Enam

179 19 13
                                    

This story contain mature content, rough language, explicit sex content. So if you can't take it just leaves already.

I WARNED YOU!!! If you don't like, please don't read! I don't give a fuck😒

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

This is complicated YunJae love story
.
.
.
.
.

Tumbuh semakin tua membuatku khawatir,
Cara waktu berlalu begitu saja membuatku takut,
Hari-hari dimana kita tidak bisa bertemu semakin bertambah.
Aku benci ketika aku meninggalkan masa mudaku.
Aku benci memikirkan ini, dan hal yang paling kubenci adalah ketidaknyamanan perasaan ini yang mungkin tertinggal di belakang. (Cr:@MJJEJE twitt)

.
.
.

"Aku tidak peduli bagaimana kedepannya, saat ini aku hanya ingin hubungan kita seperti dulu."

Itu adalah kata-kata Yunho yang selalu terngiang di otak Jaejoong. Berputar-putar mengenyahkan pikiran-pikiran buruknya serta ketakutan yang selalu menghantuinya.

Jaejoong menatap bayangan tubuh putih pucatnya yang terpantul di cermin raksasa pada kamarnya, lelaki cantik itu hanya menggunakan handuk yang melilit pada bagian pinggul rampingnya. Jemari lentiknya menelusuri mahakarya yang terpampang apik sempurna pada dadanya, tatto-tatto indahnya. Menyentuh beberapa bagian atas tubuh lainnya, tangannya berhenti pada belaian halus putingnya yang memerah.

"Apakah ini masih akan terlihat seksi di mata Yunho?" Jaejoong menggumam sendiri.

Jemarinya lanjut menyusuri bagian otot halus yang terbentuk pada perutnya. Memang tidak begitu jelas ototnya, tapi itu sudah sangat pas memenuhi tubuhnya.

"Apa tubuhku masih sebagus dulu ya?" Jaejoong melirik tubuhnya dengan intens. Menimbang-nimbang perawakan masa lalunya.

Oh tidak jangan sampai membandingkan ke masa mereka masih 17 tahun. Jaejoong dengan sebutan kembang desanya S.M.

"Kala itu aku masih perawan hahaha"
Jaejoong tertawa sendiri mengingat dirinya ditahun-tahun itu. Sangat polos dan pemalu.

"Bagaimana jika aku dan Yunho melakukannya lagi, apa aku masih akan sepanas dulu." Bagian syaraf otaknya sudah berkedut menampilkan bayangan-bayangan adegan ranjangnya dengan Yunho satu dekade lalu seolah itu baru terjadi kemarin. Segar sekali membekas tak tergores di otak kreatifnya.

"Dia semakin tampan dan seksi sekali sekarang. Oh Jaejoong, kau bisa merasakan otot-otot dadanya yang sempurna. Wajah kecilnya sekarang semakin tegas dan kau tidak akan tahan untuk tidak membayangkan dia di dalam tubuhmu."

"Bagaimana bisa dia berubah sebanyak itu? Aku menyesal tidak melihatnya tumbuh setampan itu setiap harinya."

"Aku jadi cemburu dengan istrinya!"

Jaejoong menggigit bibir bawahnya, sedikit rasa kurang percaya diri menghampirinya, "AKH!! Aku tidak boleh kalah dari istri Yunho!"

Beberapa saat kemudian namja cantik itu malah membentuk kepalan pada jemarinya, menggerakkan tangannya seolah menyemangati dirinya sendiri.

"Kau tidak mungkin kalah Jaejoong! Percayalah, Jaejoong's is Yunho sexual!"

"Kau yang terbaik Jaejoong!"

CLEK!

“Papa? Apa yang sedang kau lakukan, Papa?”

Jaejoong terperanjat kaget, cepat ia menurunkan tangannya dan menghentikan orasi-orasi penyemangatnya. Jaejoong melirik pantulan tubuh putranya yang terpapar di kaca, kemudian memasang senyum aneh pada anaknya tersebut.

OUR LOVE STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang