Iida Tenya
"You can't be able to become a Hero without a brain in your head."
Aku melangkah dengan gontai, terlalu lelah setelah menyelesaikan ujian tertulis yang aku rasa berjalan sangat lama. Benar-benar menguras emosi dan pikiran!
Aku mendongak dengan pasrah. Mungkin aku harus ke kantin? Aku menoleh kesana kemari, mencari jalan menuju kantin. Ah sial! Aku lupa jalan menuju katin. Sebesar ini kah aku menjadi bodoh?
"(y/n)-san." Aku sedikit tersentak dan segera bebalik dengan panik sebelum setelahnya tersenyum lega.
"Iida-san," kataku mulai melangkah dengan dia yang mengikuti langkahku. "ada apa?"
"Tidak ada," katanya dengan sopan, seperti biasanya. Aku hanya mengangguk. "aku hanya menyapamu karna kulihat kau sedikit berbeda."
Eh? Apakah emosiku sangat mudah terbaca?
Aku tertawa nyaris merasa tak nyaman karena orang pertama yang sadar emosiku adalah orang yang memiliki kepintaran diatasku. Aku takut dia akan meremehkanku atau bahkan mengolok-olokku saat dia tahu apa yang terjadi. Tapi jika dipikir ulang apa memang dia orang yang seperti itu?
"Kelasku baru saja menyelesaikan ujian tertulis," akhirnya aku mengatakannya dengan menunduk, teringat kembali betapa bodoh dan tak berdayanya aku saat itu, tanpa bisa bertanya pada siapapun. "dan aku sama sekali tidak memahami apapun. Aku tak yakin akan bisa lulus mata pelajaran ini."
Aku merasakan sebuah tangan yang menepuk pundakku, membuatku menoleh dan menemukan Iida-san yang terlihat bersemangat. "Tak apa," katanya dengan percaya diri. "jika memang begitu adanya, kau harus berusaha di ujian mengulang nanti!
Sebagai hero kita harus bisa menggunakan otak, selain dari kekuatan."Dia bisa mengatakan itu dengan percaya diri? Hah? Aku menatapnya tak percaya. Dia merendahkanku?!
Aku ingin mengatakan sesuatu tapi, tengorokanku tercekat. Aku menatapnya dengan nyalang tapi tak lama pandanganku mulai mengabur karena air mata. "Aku tahu kau memang pintar dan aku bodoh! Aku sangat tahu.
Tapi kau seharusnya tak mengatakan hal itu." Kataku dengan air mata yang dengan indahnya meluncur di pipiku. "kau seakan mengatakan aku tidak pantas menjadi hero karena aku bodoh."
"Aku tidam bermaksud-" aku menatapnya dengan mata yang berlinang air mata, membuatnya menghentikan ucapannya.
"Aku kira kau orang baik dan bisa menjaga perasaan seseorang tapi, nyatanya..." aku menatap dengan kesal, aku tak bisa melanjutkan ucapanku. Ini terlalu menyakitkan untuk sebuah kenyataan.
"Bodoh!" dan langsung memukul lengannya, membuatnya tak bergrak sebelum akhirnya aku berjalan tergesa-gesa meninggalkannya.
Aku harap aku tidak membenci orang yang pintar karena ini.
_____
Mirio Togata
"You don't know what I feel"
Ada apa ini? Aku berusaha menyelinap ke dalam kerumunan orang yang ada di tangga. Tubuhku benar-benar terhimpit, tak biasanya di sini sampai seramai ini.
Saat aku berhasil keluar dari kerumunan, belum sempat melangkah, mataku sudah menemukan Togata-san yang terduduk di anak tangga satu. Aku tak tahu apa hubungan dia dengan semua ini sampai aku melihat salah satu murid perempuan yang tak sadarkan diri tengah dinaikkan ke tandu dengan darah di dahinya. Ini... aku sama sekali tidak mengerti ada apa?
Dengan perlahan aku berjalan menuju Togata-san sedang kerumunan yang sebelumnya mulai menghilang. "Togata-san?" aku menekuk lututku, berusaha menyamakan tinggi dengannya yang tengah terduduk. "ada apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝕊𝕨𝕖𝕖𝕥 𝕄𝕠𝕞𝕖𝕟𝕥𝕤 || 𝘽𝙉𝙃𝘼 «ʙᴏʏғʀɪᴇɴᴅ sᴄᴇɴᴀʀɪᴏ»
Fanfictionᴀ ʙɴʜᴀ ᴄʜᴀʀᴀ x ʀᴇᴀᴅᴇʀ . . . L͟i͟s͟t͟ c͟h͟a͟r͟a͟: 𝑀𝑖𝑑𝑜𝑟𝑖𝑦𝑎 𝐼𝑧𝑢𝑘𝑢 𝐵𝑎𝑘𝑢𝑔𝑜 𝐾𝑎𝑡𝑠𝑢𝑘𝑖 𝑇𝑜𝑑𝑜𝑟𝑜𝑘𝑖 𝑆ℎ𝑜𝑢𝑡𝑜 𝐼𝑖𝑑𝑎 𝑇𝑒𝑛𝑦𝑎 𝐾𝑖𝑟𝑖𝑠ℎ𝑖𝑚𝑎 𝐸𝑖𝑗𝑖𝑟𝑜 𝐾𝑎𝑚𝑖𝑛𝑎𝑟𝑖 𝐷𝑒𝑛𝑘𝑖 𝑂𝑗𝑖𝑟𝑜 𝑀𝑎𝑠ℎ𝑖𝑟𝑎𝑜 𝑇...