"Hello... I am Daftra... your personal... heartbreak care companion... what seems to be the problem?"
***
Sebuah dering telepon mengganggu indera pendengarannya. Ia membuka sedikit mata sebelah kanannya untuk mengapai dimana ponsel miliknya berada. Menggeser ikon hijau secara perlahan.
"Halo?" Suara seraknya membuat orang diseberang sana menyadari sesuatu.
"Lo baru bangun ya? Aduh Daf, ini tuh jam berapa. Lo lupa sama janji lo sendiri?" Ucap orang itu.
Ia bangun dari tempat tidurnya, menggaruk kepala secara perlahan. Membuat rambut cokelat nya menjadi berantakan.
"Iya gue inget kok. Gue sampai lima belas menit lagi," ia langsung melempar ponselnya ke kasur dan berlari kearah kamar mandi.
Seragam putih-hitam dan almamater berwarna merah bata sudah melekat pada tubuhnya, ia hanya butuh memperbaiki bentuk dasi itu agar terlihat rapi. Ia berjalan menuruni anak tangga dengan langkah semangat. Tapi langkahnya memelan saat menemukan keheningan. Ia menghela nafas sambil mengambil sepotong roti dan meminum segelas susu.
Ada secarik kertas dan hanya satu kalimat yang tertulis disana.
Maaf sayang, Mama harus berangkat ke Singapura sekarang dan jaga kesehatan.
Ia mengambil kertas itu dan meremas kuat hingga tak berbentuk lagi. Melemparnya kearah perapian yang berada diruang tamu. Mengapa ia harus sendiri selama ini?
Mobil miliknya sudah menyala. Mungkin sopir pribadi keluarga telah memanaskan mesin mobil nya. Ia langsung menginjak gas begitu dalam, agar cepat sampai ditujuan pertama nya. Rumah seseorang yang ia janjikan kemarin.
Ia menekan klakson mobil nya hanya sekali dan gerbang berwarna putih itu terbuka lebar. Seorang gadis keluar dari dalam gerbang dengan wajah yang tertekuk. Membuka dan menutup pintu mobilnya dengan kasar. Tangan gadis itu sudah menyilang pada tubuhnya. Pandangannya pun sengaja mengarah kearah jendela mobil disamping.
"Marah?" Hanya satu kata yang ia ucapkan memancing gadis itu untuk menatapnya. Tanpa aba-aba gadis itu langsung menjambak rambutnya.
"Eh lo jangan gila ya! Ini dijalan. Aduh!" Rambutnya tertarik begitu kuat hingga kepalanya mengikuti tarikan itu. Ia membenarkan kemudi kearah yang benar, sebelum truk dari arah berlawanan tidak menabrak mereka. "Hampir aja nabrak kan."
"Bodo amat! Gue kesel sama lo!" Gadis itu melepaskan tangannya. "Gue kan udah nunggu dari jam enam. Capek tau nggak, harus nungguin lo."
Ia menjulurkan tangan ke pucuk kepala gadis itu dan mengelusnya pelan. "Maafin gue ya. Tugas gue banyak banget. Jadi gue begadang dan telat bangun nya."
"Enggak gue maafin. Titik." Ucap gadis itu penuh penekanan.
Ia menarik tangan dari kepala gadis itu dan meraih laci mobil. Mengeluarkan tiga batang cokelat berbungkus warna ungu. Itu adalah salah satu jurus jitu meluluhkan gadis disampingnya. Ia memberikannya.
"Lo kira gue bakal maafin lo gitu aja?" Tanya gadis itu yang hanya melirik cokelat tanpa tergoda.
"Jadi lo maunya apa?" Ia menaruh cokelat itu kembali kedalam laci.
Gerbang sekolah sudah terlihat didepan sana. SMA Negara. Sekolah menengah atas terfavorit di Kota Manara. Sekolah ini entah mengapa sangatlah besar untuk dihuni tiga ratus siswa saja. Dominasi warna putih dan biru menghiasi dinding sekolah. Sekolah yang memiliki tiga jurusan, Bahasa, IPA dan IPS. Gedung yang saling terpisah oleh dua lapangan basket dan futsal.
Mobil berwarna putih tulang itu sudah terparkir rapi dihalaman luas. Gadis itu langsung keluar begitu saja tanpa menjawab pertanyaan dirinya. Selalu melarikan diri. Ia harus bergerak lebih cepat untuk mengejar gadis itu.
"Keinarra Mikanadira! Gue bilang berhenti!" Ia langsung memegang gadis yang ia sebut namanya.
Mereka menjadi bahan tontonan pagi ini. Bila kalian berasumsi mereka sepasang remaja yang menjalin hubungan pacaran, well kalian salah. Sangat salah.
"Apa sih, Daf? Gue mau nyalin tugas dulu, ih!" Gadis itu menghempaskan tangannya. "Nanti gue chat apa yang gue mau."
Gadis itu melangkah pergi. Ia sudah terbiasa dengan sikap gadis itu. Berusaha membujuknya sama saja seperti menarik rambut singa jantan. Sangatlah susah.
Seseorang menepuk pundaknya begitu kuat, hingga ia tersorong kedepan. Ia menoleh ternyata teman sekelas nya.
"Ngambek lagi tuh anak? Enggak ada bosannya tiap pagi begitu mulu," cowok itu menatap dirinya.
"Diam deh lo, Gas. Gue males dengerin omelan lo yang nyuruh gue berhenti." Ia melangkah pergi dan diikuti makhluk yang baru saja menepuk pundaknya.
Daftra Hassaleh Antawirya. Salah satu siswa SMA Negara yang menduduki kelas sebelas bahasa satu. Cowok yang mengikuti eskul band. Rambut berwarna cokelat dengan kulit berwarna putih. Menjadi salah satu cowok yang paling diincar. Tapi tak pernah menyukai salah satu orang yang mengincarnya. Bodoh memang. Dengan wajah yang mendukung, ia mungkin bisa berganti pasangan manapun yang ia mau.
Ia hanya menyukai seseorang yang tak pernah tahu kehadiran nya.
***
Daftra
2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Daftra
Teen FictionDetik berganti menit. Menit berganti jam. Dan jam itu berganti bulan, berganti kembali menjadi tahun yang berkepanjangan. Mengapa? Hati, perasaan, raga dan mulut ini tak pernah mengucapkan nya atau memiliki. Aku bukan lah seorang pengecut. Memiliki...