tiga

6 2 2
                                    

Menghilangnya Nadira sejak istirahat pertama membuat Daftra sedikit panik dan khawatir. Mencemaskan gadis itu ada pada salah satu prioritas dalam hidupnya. Demi Tuhan, ia akan menceramahi gadis itu untuk kesekian kalinya. Bel pulang sudah berbunyi sejak tadi. Ia masih membereskan buku-buku miliknya kedalam tas. Ponsel yang berada didalam kantung celana nya bergetar. Ada tiga chat berasal dari gadis yang ia cari sejak tadi.

Ia harus menemui gadis itu di cafe didepan sekolah mereka. Tunggu sebentar. Apa dia bolos sejak istirahat pertama tadi atau sebelumnya? Benar-benar gadis ini. Ia segera berlari menuju mobil di lapangan parkir sekolah. Mobil itu melesat keluar gerbang pergi ke arah cafe. Ia membiarkan mesin mobil itu masih menyala, berlari masuk kedalam cafe mencari gadis itu. Seakan sudah hafal bagaimana fisik gadis itu membuatnya cepat mengenali.

Nadira terlihat sedang berbicara dengan salah satu barista. Mereka saling tertawa satu sama lain. Daftra berjalan mendekat. Barista dengan name tag Nugra itu menyapanya, "eh, Daf, apa kabar?"

"Kita baru aja ketemu semalem bang, jadi ya gue baik-baik aja," ucapnya sambil menatap gadis itu dengan tajam.

"Kenapa lo?! Natap gue gitu amat," ketus Nadira.

"Lo bolos?"

Nadira berdecak, "sekali doang mah enggak masalah kali, Daf."

"Serah lo deh serah," pasrah Daftra. "Jadi pergi kan?" Lanjutnya.

Gadis itu mengangguk seraya berjalan menuju mobil Daftra. Sebelum pergi ia pamit kepada Nugra. Tanpa basa-basi lagi ia mengendarai mobil miliknya. Mereka saling berdiam diri dan sibuk dengan satu sama lain. Ia melirik Nadira yang memainkan ponsel, ia juga tak ingin memulai pembicaraan apapun. Ia masih cukup kesal dengan gadis itu yang bolos tanpa ia tahu.

Tak butuh lama untuk mereka sampai tujuan. Nadira memakai jaket miliknya yang sengaja ia tinggal dan Daftra hanya melepas seragam putih, menyisakan kaus hitam polos dibalik nya. Nadira bilang ia ingin membeli sesuatu, gadis itu berjalan menuju toko buku di mall ini. Dirinya hanya mengikuti gadis itu pergi kemana pun.

"Nanti malam jadi ngumpul dirumah lo kan?" Tanya Nadira tanpa melihat dirinya.

"Ngapain?" Ia menatap Nadira bingung.

Mata gadis itu melotot kearah nya, "lo lupa?! Lo yang mau dan memang giliran lo, Daf."

Okay, sepertinya ia melupakan hal itu. Menyetujui dengan cepat adalah cara aman untuk hidupnya.

"Sargas bilang udah belanja snack dan lainnya, kalau Alfrik bakal datang telat. Jadi habis ini lo anterin gue pulang dulu."

Setelah membayar yang diinginkan nya, mereka berjalan kembali menuju parkiran. Belum ada semenit mereka meninggalkan area mall, ponsel Nadira berbunyi. Tertulis nama Sargas disana.

"Ada apa, Gas?"

Daftra menebak bahwa cowok itu tidak melakukan tugas seharusnya, seperti yang Nadira bilang tadi. Tentu saja cowok itu berbohong. Terlihat jelas pada raut wajah Nadira yang menahan amarah nya.

"YA! LO MAU MATI HAH?!! KAN LO TADI BILANG UDAH BELI, KENAPA BARU BILANG SEKARANG?!"

Mereka berdua saling beradu mulut satu sama lain dan tentu saja Nadira yang menang dalam pertarungan sengit itu. Nadira menyuruh cowok itu memesan makanan lewat pesan antar saja. Gadis itu langsung mematikan panggilan itu secara sepihak.

Mobil berhenti didepan rumah berwarna putih dengan halaman depan yang dipenuhi bunga. Daftra mengikuti gadis itu masuk kedalam rumah. Meninggalkan dirinya yang terduduk pada sofa di ruang tamu. Keadaan rumah sepi membuatnya tenggelam dalam ponsel. Instagram menjadi pilihan Daftra untuk menjelajahi dunia maya.

Hanya beberapa menit ia membuka aplikasi itu, memilih mengunci layarnya dan menaruh kembali ponsel ke kantung celana. Ia menyandarkan tubuhnya pada sofa. Hari ini cukup melelahkan. Mendapatkan hukuman, tugas yang menumpuk hanya dalam satu hari, terutama dari Pak Albe.

Ini aneh. Terdengar suara seseorang baru saja menuruni anak tangga. Biasanya gadis itu akan berlama-lama di kamar mandi. Terkadang membuatnya bisa tertidur atau menyelesaikan game pada ponselnya. Gadis itu sudah siap dengan rapi dalam waktu singkat. Membuat dirinya berprasangka buruk.

"Lo enggak mandi ya?" Tebaknya seraya menatap penampilan gadis itu.

Mendapati pertanyaan itu membuat Nadira kesal, "lo buta? Jelas-jelas rambut gue basah gini, badan gue juga udah wangi banget!"

Ia tertawa, "iya, lo harum dan mandi. Gue percaya kok," ia berdiri. Mengunci dan meninggalkan rumah ini.

Mereka memiliki kebiasaan untuk saling menghabiskan waktu bersama. Entah itu dirumah Daftra, apartemen Sagar atau rumah Nadira sesekali. Sekedar makan, mengerjakan tugas atau belajar, menonton dan hal lainnya.

Baru saja membuka pintu rumah, Sagar tiba-tiba muncul entah darimana. "Hari ini nonton apa?"

"Enggak tau, tunggu Nadira aja," jelasnya.

Nadira masuk dengan membawa empat tas belanja di tangannya. Ia baru saja menerima pesanan dari restoran cepat saji dan meletakkan semua bawaannya diatas meja dengan kasar.

"Nad, hari ini nonton apa?" Sargas mengulangi pertanyaan nya.

Nadira hanya melirik cowok itu seraya merebahkan tubuhnya pada sofa besar berbentuk huruf L. "Hospital Playlist," ucapnya singkat.

"Drama Korea? Lagi?" Protes Sargas kepada nya.

Daftra hanya diam sambil mengeluarkan makanan. Dari arah pintu rumah muncul seorang cowok bermata sayu, "sorry gue telat, belum mulai juga kan?" Cowok itu adalah Alfrik.

"Belum," jawab Daftra singkat.

Alfrik duduk tepat disamping kepala Nadira, "pasti Sargas protes lagi?" Tebaknya. Terlihat dari tatapan Sargas yang menatap Nadira serta apa tayangan di TV.

"Don't ask."

Mereka bertiga mengabaikan Sargas karena hanyut dalam apa yang mereka tonton. Mau tak mau membuat Sargas terdiam kesal. Mengambil makanan bagian nya dan mulai sibuk dengan ponsel. Enam episode yang sudah mereka tonton, makanan pun hanya tersisa bungkus yang berserakan. Bahkan Daftra menyelesaikan semua tugas miliknya.

Nadira, gadis itu tertidur entah sejak kapan. Kedua sahabatnya pun ikut terlelap. Ia mendekati gadis itu. Ia menggendong gadis itu, berjalan menuju lantai dua rumah nya. Kamar tidur tamu tujuannya. Membuka pintu dengan kaki kanan dan memberi sedikit dorongan agar terbuka lebar. Menidurkan gadis itu pada kasur yang selalu rapi setiap saat. Ia pergi dari kamar itu menuju kamar nya. Ingin segera pergi ke alam mimpi. Ia sudah sangat lelah.


Daftra

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 30, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DaftraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang