Sementara itu, Singa Gurun sudah kembali berdiri tegak di depannya, dengan jarak sekitar dua batang tombak. Tampak dari balik kerudungnya, sepasang bola mata yang bulat dan berwarna agak kehijauan menyorot tajam, menatap lurus ke bola mata Rampayak yang memerah terbakar nafsu amarah.
"Mampus kau! Hiyaaat...!" Tiba-tiba saja Rampayak mengebutkan tangan kanannya dengan gerakan cepat sekali.
Bet! Swing...!
"Hup! Yeaaah...!" Sedang Singa gurun terpaksa harus berjumpalitan di udara, ketika Rampayak melepaskan senjata rahasia yang berbentuk bintang perak dengan beruntun. Cepat sekali lemparannya, hingga seakan-akan senjata bintang itu tidak ada habisnya. Sekeliling tubuh Singa Gurun terus dihujani senjata rahasia berbentuk bintang itu.
Entah berapa puluh senjata bintang perak yang berdesingan di sekitar tubuh Singa Gurun. Tapi tidak satu pun yang bisa menyentuh ujung bajunya. Gerakan-gerakan Singa Gurun memang sangat cepat luar biasa. Sehingga membuat bentuk tubuhnya lenyap dari pandangan mata. Dan yang terlihat hanya bayangan hitam berkelebat di antara puluhan bintang maut yang berdesingan di sekitarnya.
"Hiyaaat..!" Tiba-tiba saja, laki-laki berbaju hitam longgar itu melesat tinggi ke atas. Dan tubuhnya langsung meluruk dengan kecepatan bagai kilat ke arah Rampayak yang jadi terbeliak kedua bolat matanya melihat lawannya bisa melepaskan diri dari terjangan senjata-senjata bintang mautnya.
"Hup! Yeaaah...!" Sambil melompat berputar ke belakang, Rampayak melepaskan sepuluh senjata bintangnya sekaligus untuk mencoba menghadang serangan lawannya.
Tapi manis sekali Singa Gurun bisa menghindarinya. Bahkan cepat bagai kilat, laki-laki berbaju hitam itu terus menerjang sambil melepaskan satu pukulan dahsyat, dengan tangan kanan sudah berwarna merah membara seperti terbakar.
"Yeaaah...!"
"Hup!" Cepat-cepat Rampayak melenting ke belakang sambil berputaran, menghindari serangan maut dari lawannya. Dan ini membuat pukulan yang dilepaskan Singa Gurun hanya menghantam tanah kosong. Dan seketika itu juga, terjadi ledakan dahsyat dari tanah yang terhantam pukulan maut tersebut. Tampak debu dan bongkahan tanah berhamburan, membubung tinggi ke angkasa.
Sementara itu terlihat bayangan hitam berkelebat di antara kepulan debu, langsung meluruk deras sekali ke arah Rampayak. Begitu cepat gerakan Singa Gurun, membuat Rampayak jadi terperanjat kaget. Sungguh tidak disangka kalau lawannya akan terus melancarkan serangan tanpa henti.
"Hih!" Bet!
Cepat-cepat Rampayak mengebutkan pedangnya ke depan. Tapi tanpa diduga sama sekali, Singa Gurun cepat melenting ke atas hingga melewati atas kepalanya. Dan tahu-tahu, dia sudah berada di belakangnya. Maka saat itu juga, satu pukulan keras menggeledek mengandung pengerahan tenaga dalam tinggi dilepaskan sambil mengeluarkan teriakan keras menggelegar ke arah punggung laki-laki setengah baya yang bertubuh tegap berotot dan berbaju wama hijau daun ini. Begitu cepat serangan Singa Gurun, membuat Rampayak tidak dapat lagi menghindarinya. Dan....
Begkh!
"Akh...!"
Rampayak jadi terpekik, begitu pukulan keras yang mengandung pengerahan tenaga dalam tinggi mendarat tepat di punggungnya. Seketika itu juga dia jatuh tersungkur mencium tanah. Tapi tubuhnya cepat digelimpangkan ke samping dan langsung melompat bangkit berdiri. Tampak darah mengucur deras dari wajahnya yang hancur membentur tanah tadi.
Dan pada saat itu juga, Singa Gurun sudah melompat cepat sekali sambil melepaskan satu tendangan menggeledek yang begitu cepat Rampayak yang baru saja bisa berdiri, tentu saja tidak dapat lagi menghindari. Maka....
Des!
"Aaakh...!"
Kembali Rampayak menjerit keras saat tendangan lawannya tepat menghantam dada. Dan tubuh yang tegap berotot itu kembali terpental sejauh dua batang tombak ke belakang. Keras sekali tubuh Rampayak jatuh menghantam tanah yang merekah terbakar matahari.
Di saat tubuh Rampayak tengah telentang, Singa Gurun sudah melesat cepat sekali. Dan tahu-tahu, kaki kanannya sudah dijejakkan ke dada lawannya. Begitu keras pijakannya, membuat Rampayak jadi menjerit keras. Dan seketika itu juga, darah menyembur keluar dari mulutnya. Hanya sesaat saja tubuhnya berkelojotan, kemudian meregang kaku dan diam tidak bergerak-gerak lagi. Singa Gurun baru melepaskan pijakan kakinya, setelah lawannya dipastikan sudah tidak bernyawa lagi. Dan kakinya segera melangkah beberapa tindak, menjauhi lawannya yang sudah tergeletak tidak bernyawa lagi.
"Huh...!" Berat sekali Singa Gurun mendengus. Kemudian tubuhnya berbalik, dan melangkah menghampiri kudanya yang sejak tadi terus setia menunggu. Dengan ayunan kaki tenang, dia terus berjalan. Sepertinya tidak pernah terjadi sesuatu pada dirinya tadi. Laki-laki yang tidak ketahuan rupa wajahnya ini mengambil tali kekang kudanya, lalu melompat naik dengan gerakan indah sekali. Sejenak kepalanya berpaling menatap tubuh Rampayak yang tergeletak tidak bernyawa lagi dengan darah membasahi seluruh tubuhnya.
"Hiyaaa..!" Tanpa membuang-buang waktu lagi, laki-laki berbaju serba hitam yang kepala dan wajahnya selalu ditutupi kain hitam itu langsung saja menggebah kencang kudanya. Maka kuda hitam itu melesat cepat, seperti anak panah yang dilepaskan dari busur. Cepat sekali kuda itu berpacu, hingga dalam waktu sebentar saja sudah jauh meninggalkan debu yang beterbangan di angkasa. Meninggalkan sosok mayat laki-laki di tanah merekah yang terpanggang terik mentari.
Saat Singa Gurun sudah tidak terlihat lagi, dari balik batu-batu besar dan pepohonan bermunculan beberapa orang yang langsung menghampiri Rampayak. Tidak ada seorang pun yang mengeluarkan suara. Mereka hanya memandangi mayat Rampayak dengan sinar mata sukar diartikan. Kemudian pandangan mereka beralih ke arah kepulan debu yang semakin bergerak jauh, meninggalkan tempat gersang itu.
Dan di antara mereka, terlihat seorang gadis cantik berbaju hijau ketat. Di sampingnya tampak seorang pemuda berwajah tampan berbaju rompi putih, dengan pedang bergagang kepala burung di punggungnya. Pemuda itu menuntun seekor kuda hitam yang tinggi dan gagah. Tapi tidak lama orang-orang itu merubungi mayat Rampayak. Dan mereka meninggalkannya begitu saja, tanpa ada seorang pun yang bersuara dengan arah tujuan masing-masing.
Dan kini yang tertinggal hanya gadis cantik yang tadi sempat bertarung dengan Singa Gurun itu, dan pemuda berbaju rompi putih yang berdiri tegak di sebelah kanannya.
"Aku harus membalas kematiannya. Manusia iblis itu tidak bisa dibiarkan terus hidup menyebarkan malapetaka...," desis gadis cantik itu dingin, seakan bicara pada diri sendiri.
"Siapa dia?" tanya pemuda di sebelahnya.
Gadis itu tidak langsung menjawab. Kepalanya berpaling sedikit, menatap wajah tampan di sebelahnya dengan sinar mata sukar dilukiskan. Kemudian dihembuskannya napas panjang, seraya berbalik. Perlahan kakinya terayun meninggalkan mayat Rampayak. Dan pemuda itu mengikuti dari belakang. Sebentar saja ayunan langkah kakinya sudah disejajarkan di samping kanan gadis ini. Beberapa saat mereka masih belum ada yang membuka suara.
"Kenapa kau mengikutiku, Kisanak? Aku sudah berterima kasih, setelah nyawaku kau selamatkan. Tapi tidak selayaknya kau terus mengikutiku," tegur gadis itu. Suaranya terdengar agak ketus, merasa tidak senang diikuti.
"Aku tidak mengikutimu, Nisanak. Maaf. Mungkin arah yang kita tuju sama," sahut pemuda itu sopan.
"Hm...," gadis itu hanya menggumam sedikit. Dan dia tidak lagi bersuara. Tapi kakinya masih saja terus terayun perlahan-lahan.
Sedangkan pemuda berbaju rompi putih itu tetap berjalan di sebelahnya tanpa mengeluarkan suara sedikit pun. "Siapa namamu, Nisanak?" tanya pemuda itu membuka percakapan lebih dulu, setelah cukup lama berdiam diri.
"Untuk apa kau tahu namaku?" gadis itu malah balik bertanya bernada ketus.
"Aku hanya ingin tahu saja. Siapa tahu, kita bisa bertemu lagi," sahut pemuda tampan itu, masih tetap ramah.
"Aku harap kita tidak perlu bertemu lagi. Dan kau tidak perlu lagi mencampuri segala urusanku. Terima kasih atas budi baikmu dalam menyelamatkan nyawaku. Satu saat nanti, hutang nyawa ini akan kubayar," ujar gadis itu tetap ketus nada suaranya.
Pemuda berbaju rompi putih ini jadi terdiam mendengar jawaban yang sangat ketus dan tidak pernah diduganya. Dia tampak terkejut, hingga ayunan kakinya terhenti. Sedangkan gadis cantik itu terus saja melangkah tanpa peduli. "Hm.... Gadis yang keras...," gumam pemuda itu dalam hati. "Siapa dia sebenarnya? Dan ada urusan apa dia dengan Singa Gurun...?"
Berbagai macam pertanyaan langsung berkecamuk dalam benak pemuda itu. Tapi semua pertanyaan belum bisa dijawabnya sekarang ini. Sedangkan gadis cantik itu sudah jauh meninggalkannya. Pemuda itu masih saja berdiri mematung memandangi, sampai gadis itu lenyap ditelan lebatnya pepohonan yang meranggas kering. Dan dia baru melompat naik ke punggung kuda, lalu menggebahnya pedahan-lahan. Tapi entah kenapa, arah yang dituju justru sama dengan yang ditempuh gadis cantik itu. Apakah gadis itu tetap akan diikutinya? Hanya dia yang tahu.
Sedangkan daerah gersang yang seperti tidak memiliki napas kehidupan itu sudah kembali sunyi, tanpa terdengar suara apa-apa lagi. Hanya desir angin saja yang masih terdengar, menyebarkan udara kering. Sehingga membuat pepohonan semakin banyak menggugurkan daun-daunnya. Sementara pemuda berbaju rompi putih dengan pedang bergagang kepala burung yang tersandang di punggung itu sudah lenyap masuk ke dalam hutan. Tidak ada seorang pun yang terlihat lagi. Hanya satu sosok mayat saja yang kini tertinggal, tanpa ada yang peduli lagi.***
Matahari belum lagi menenggelamkan diri di ufuk barat, ketika terdengar teriakan-teriakan keras, disertai denting suara senjata beradu dari balik sebuah bukit batu yang kering di seberang sebuah sungai yang juga hampir kering airnya. Suara-suara itu memang jelas dari sebuah pertarungan. Dan memang, di balik bukit batu itu sedang terjadi sebuah pertarungan yang sangat tidak seimbang.
Seseorang berbaju longgar serba hitam, dengan seluruh kepala dan wajahnya terselubung kain hitam, tengah dikeroyok tidak kurang dari sepuluh orang bersenjatakan golok. Sedangkan di sekitar pertarungan, sudah menggeletak sekitar lima belas orang tanpa nyawa lagi dengan tubuh bersimbah darah. Meskipun dikeroyok sepuluh orang, tapi jelas sekali kalau orang berpakaian serba hitam yang ternyata Singa Gurun itu bisa menguasai pertarungan. Bahkan baru saja sekaligus merobohkan dua orang lawannya yang dipecahkan kepalanya.
Dan sebentar Kemudian dua orang lagi dibuat roboh tidak berdaya dengan dada remuk terkena pukulan dahsyatnya. Tapi enam orang lawannya yang masih tersisa, tidak juga mau menyerah. Walaupun teman-teman mereka sudah bergelimpangan jadi mayat, tapi terus merangsek dengan sabetan golok yang cepat.
"Hiyaaat..!" Sambil berteriak keras menggelegar, Singa Gurun memutar tubuhnya cepat sekali. Dan saat itu juga, dilepaskannya beberapa kali pukulan beruntun yang sangat cepat luar biasa. Sehingga tiga orang lawan yang paling dekat tidak dapat lagi menghindari. Dan ketiga orang itu seketika menjerit, saat pukulan-pukulan dahsyat yang dilepaskan Singa Gurun menghantam telak di tubuh mereka.
Seketika itu juga ketiga orang itu berpentalan ke belakang dan ambruk dengan nyawa melayang. Tampak kepala dan dada mereka remuk, membuat darah berhamburan keluar. Saat itu juga tiga orang yang tersisa berlompatan mundur dengan raut wajah tersirat kegentaran. Mereka semula menyerang dengan kekuatan dua puluh lima orang. Dan kini hanya tersisa tiga orang saja. Sedangkan lawan yang dihadapi hanya seorang diri. Itu saja sudah menandakan kalau kepandaian orang berpakaian serba hitam yang selama ini dikenal berjuluk Singa Gurun tidak bisa dipandang sebelah mata. Dan sangat sukar diukur tingkatannya.
Tiga orang yang tersisa ini tampak jadi ragu-ragu untuk meneruskan pertarungan. Sementara di sekitarnya, tubuh-tubuh temannya tampak bergelimpangan tidak bernyawa lagi. Sedangkan Singa Gurun juga tampaknya sudah tidak ingin meneruskan pertarungan. Hanya dipandanginya tiga orang lawan yang masih tersisa, dari balik kain selubung hitam yang menutupi seluruh kepala dan wajahnya.
"Kenapa kalian diam...? Ayo, lawan aku!" bentak Singa Gurun lantang.
Tapi ketiga orang itu masih saja tetap diam. Mereka saling berpandangan beberapa saat, kemudian menggeser kakinya perlahan secara bersamaan, mendekati laki-laki berbaju serba hitam yang wajahnya tidak kelihatan. Mereka berhenti melangkah, setelah jaraknya tinggal sekitar lima tindak lagi. Kemudian....
"Hiyaaa...!"
"Yeaaah...!"
Secara bersamaan, ketiga orang itu berlompatan menyerang sambil mengibaskan golok. Tapi hanya meliukkan tubuh sedikit tanpa menggeser kedua kakinya, Singa Gurun bisa menghindari semua serangan. Dan dengan kecepatan bagai kilat, kedua tangannya berkelebat sambil melompat sedikit. Begitu cepat gerakannya, membuat tiga orang lawannya tidak bisa lagi menghindar. Dan mereka kontan menjerit keras dengan tubuh berpentalan ke belakang. Hanya sedikit saja mereka menggeliat, kemudian mengejang kaku dan diam tidak bergerak-gerak lagi.
Sementara Singa Gurun hanya berdiri tegak memandangi lawan-lawannya yang sudah bergelimpangan tidak bernyawa di sekelilingnya. Tidak ada seorang pun yang terlihat masih hidup. Sedikit dia mendengus, menghembuskan napas berat.
"Phuuuh!" Sambil menghembuskan napas panjang, laki-laki berbaju serba hitam yang wajahnya tidak kelihatan itu mengayunkan kakinya meninggalkan tempat pertarungan itu. Begitu ringan ayunannya, seakan-akan berjalan tanpa menjejak tanah sedikit pun juga. Dan sebentar saja, dia sudah jauh meninggalkan tempat itu.***
KAMU SEDANG MEMBACA
136. Pendekar Rajawali Sakti : Singa Gurun
ActionSerial ke 136. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.