Malam sudah jauh menyelimuti sebagian permukaan bumi. Langit tampak gelap, tersaput awan tebal yang hitam. Sedikit pun tidak terlihat cahaya bulan maupun bintang. Angin bertiup kencang menyebarkan udara dingin menggigilkan. Namun di balik gerumbul semak belukar, terlihat kilatan cahaya api. Dan di depan api unggun yang menyala kecil itu, terlihat duduk seseorang yang seluruh tubuh dan kepalanya tertutup kain hitam. Dari balik kain kerudung hitamnya, terlihat kilatan cahaya sepasang mata yang tidak lepas memandangi nyala api di depannya.
Sesaat kepala yang tertutup kain hitam itu bergerak ke samping, ketika terdengar suara bergemirisik seperti ranting kering yang terinjak. Kepalanya diangkat sedikit, saat melihat sepasang kaki tahu-tahu sudah ada tidak jauh di sebelah kirinya. Perlahan kepalanya terangkat naik, memandangi sosok tubuh seorang pemuda berbaju rompi putih sudah berdiri di sana. Tapi tidak lama kembali matanya memandangi api unggun di depannya, seakan tidak mempedulikan kehadiran pemuda itu.
"Boleh aku ikut menghangatkan diri denganmu, Kisanak...?" pinta pemuda tampan berbaju rompi putih itu sopan.
"Hm...." Laki-laki berbaju hitam yang seluruh kepala dan wajahnya tertutup kain hitam itu hanya menggumam sedikit, seakan tidak mempedulikan permintaan pemuda yang baru datang ini. Tapi duduknya digeser sedikit, menandakan kalau dia mengizinkan.
"Terima kasih." Pemuda berbaju rompi putih dengan pedang berbentuk kepala burung di punggung itu lantas duduk di seberang laki-laki berbaju hitam yang selama ini dikenal sebagai Singa Gurun. Hanya jilatan api unggun yang menyala kecil saja sebagai pembatas antara mereka berdua. Dan untuk beberapa saat, mereka terdiam membisu. Begitu sunyi, hingga hembusan angin yang lembut pun terdengar jelas mengusik gendang telinga.
"Namaku Rangga. Kalau boleh kutahu, siapa namamu, Kisanak...?" ujar pemuda berbaju rompi putih, memecah kesunyian dengan memperkenalkan namanya. Dia memang Rangga yang di kalangan rimba persilatan lebih dikenal sebagai Pendekar Rajawali Sakti. Dan julukannya memang lebih dikenal daripada namanya yang asli.
Tapi orang yang diajaknya suara hanya menggumam saja sedikit, seakan sangat enggan membuka suara. Dan kepalanya terus menunduk memandangi kobaran api di depannya, dari dua buah lubang tepat di bagian mata pada kain yang menutupi seluruh kepala dan wajahnya. Sepasang cahaya bola matanya yang bulat, berwarna kuning kehijauan seperti sepasang mata seekor singa.
"Mungkin aku hanya mengganggu ketenanganmu saja, Kisanak. Maaf... Sebaiknya aku pergi saja," ujar Rangga seraya bangkit berdiri.
"Mau kemana kau?" tegur Singa Gurun, seraya mengangkat wajahnya yang tertutup selubung kain hitam.
Rangga jadi mengurungkan niatnya untuk pergi dari tempat ini, walau masih berdiri saja di situ. Terus dipandanginya kain selubung hitam di depannya, seakan ingin menembusnya agar dapat melihat wajah orang yang tetap duduk bersila dekat api unggun ini. Tapi memang sulit untuk bisa melihat jelas, kecuali sepasang bola mata yang bercahaya kuning kehijauan saja yang menyorot tajam.
"Duduklah, Anak Muda. Aku perlu teman bicara," ujar Singa Gurun meminta.
Rangga kembali duduk bersila di depan Singa Gurun, dengan api unggun yang menjadi pemisah di antara mereka berdua. Dan untuk beberapa saat, mereka kembali terdiam membisu tanpa ada seorang pun yang membuka suara lebih dulu. Mereka hanya saling pandang saja, seakan sedang mempejalari diri masing-masing.
"Siapa tadi namamu, Anak Muda...?" tanya Singa Gurun dengan nada suara dalam.
"Rangga."
"Hm.... Kau tahu siapa aku, Anak Muda?" tanya Singa Gurun lagi.
Rangga hanya menggeleng. Walaupun sebenarnya sudah tahu nama orang yang berada di depannya ini, tapi pura-pura tidak mengenali, seakan Pendekar Rajawali Sakti belum pernah mendengar ataupun melihat orang itu.
Tampak Singa Gurun menarik napas panjang, dan menghembuskannya kuat-kuat. Sepertinya ada sesuatu yang teramat besar dan berat mengganjal rongga dadanya. Dan untuk beberapa saat, kembali dia terdiam membisu. Sementara Rangga sendiri juga tidak membuka suaranya. Kedatangannya ke sini memang untuk bertemu manusia yang sering didengarnya ini yang konon sebagai manusia setengah siluman singa!
Rangga sudah banyak mendengar tentang Singa Gurun ini. Bahkan juga mendengar kalau wajah orang itu bukan wajah manusia, tapi wajah seekor singa. Itu sebabnya, kenapa wajahnya disembunyikan di balik kain hitam. Disebut Singa Gurun, karena dia juga datang dari satu daerah yang gersang dan berpasir di wilayah utara. Suatu daerah yang jarang dilewati manusia karena hanya berupa gurun pasir yang sangat luas bagai tidak bertepi. Tapi tidak ada seorang pun yang tahu, dari mana Singa Gurun berasal. Mereka hanya mengatakan kalau Singa Gurun yang berwajah singa itu berasal dari daerah gurun pasir di utara.
"Kau membawa pedang yang bagus, Anak Muda. Aku yakin kau seorang pendekar. Atau paling tidak, berkecimpung dalam rimba persilatan. Aku tidak percaya kalau kau belum tahu siapa aku...," tebak Singa Gurun langsung.
Seketika Rangga jadi tersentak kaget. Tapi keterkejutannya cepat disembunyikan, sebelum lawan bicaranya ini tahu. Memang sangat tepat tebakan Singa Gurun. Rangga memang berpura-pura tidak tahu siapa lawan bicaranya.
"Aku memang tidak tahu siapa dirimu, Kisanak. Kedatanganku ke sini hanya kebetulan saja. Aku kemalaman di hutan ini, dan melihat cahaya api unggunmu," jelas Rangga tetap menyembunyikan jati dirinya.
"Hm.... Baiklah, Anak Muda. Kalau memang belum tahu, sekarang kau akan tahu siapa aku ini. Akulah orangnya yang selalu dipanggil Singa Gurun. Dan semua orang selalu membenciku. Semua orang ingin membunuhku. Mereka menganggapku manusia iblis yang sangat jahat dan harus dilenyapkan dari muka bumi. Nah... Sekarang kau sudah tahu siapa aku, Anak Muda. Kalau kau pernah mendengar namaku, sebaiknya menyingkir saja. Mumpung aku tidak bernafsu melihat darah," kata Singa Gurun menjelaskan siapa dirinya dengan nada suara begitu berat dan dalam.
Sedangkan Rangga hanya diam saja. Bisa dirasakan adanya tekanan yang begitu dalam pada nada suara Singa Gurun. Seakan-akan semua itu dikatakan dengan beban yang teramat berat untuk ditanggung seorang diri. Dan Rangga sudah bisa mengetahui, kalau sebenarnya orang yang selalu dikatakan iblis pembunuh yang haus darah ini adalah orang yang sangat menderita dan perlu mendapat bantuan.
Dan memang, Singa Gurun sudah begitu banyak membunuh orang yang ingin membunuhnya. Tidak ada seorang pun dari mereka yang mencoba menantangnya dibiarkan tetap hidup. Tapi dari kata-kata dan nada suara yang terdengar begitu terat penuh tekanan tadi, Rangga bisa mengambil satu kesimpulan kalau sebenarnya orang ini tidaklah sejahat yang didengarnya dari orang lain. Dan dia sebenarnya perlu bantuan untuk membersihkan namanya yang sudah telanjur rusak.
"Maaf.... Kalau boleh kutahu, kenapa mereka selalu memburu dan ingin membunuhmu, Kisanak..?" tanya Rangga.
"Mereka takut, Anak Muda. Mereka tidak ingin orang sepertiku yang tidak lumrah ini hidup bebas di atas bumi ini. Aku sendiri tidak tahu, kenapa mereka begitu membenciku. Atau karena...," Singa Gurun tidak bisa meneruskan kata-katanya yang tadi tersendat.
"Karena apa, Kisanak?" desak Rangga, ingin tahu.
"Ah, sudahlah...," Singa Gurun langsung mengelak, tidak ingin meneruskan pembicaraannya yang terputus tadi.
Dan Rangga sendiri tidak ingin terus mendesak. Pendekar Rajawali Sakti jadi diam membisu dengan pandangan mata terus tertuju pada wajah yang hitam tertutup kain selubung hitam di depannya. Walaupun cahaya api kini lebih besar, tapi tidak mampu menembus selubung kain hitam yang menutupi seluruh kepala dan wajah Singa Gurun. Dan kembali mereka berdua terdiam membisu, tanpa ada seorang pun yang memulai membuka suara. Entah apa yang ada dalam benak mereka masing-masing.
Malam terus merayap semakin larut. Tapi di antara dua orang laki-laki yang duduk saling berhadapan dengan pembatas sebuah api unggun kecil, belum ada yang membuka suara lebih dulu. Entah sudah berapa lama mereka saling berdiam diri seperti patung batu. Sehingga membuat desir angin terasa begitu jelas mengusik telinga. Saat itu, Rangga bangkit berdiri sambil menggeliatkan tubuhnya. Dan pada saat yang sama, tiba-tiba saja terdengar suara mendesing yang cukup keras dari arah belakang.
"Hup!" Tanpa berpaling lagi, Rangga cepat melesat ke atas sambil memutar tubuhnya dua kali di udara. Saat itu juga, terlihat sebuah benda bulat berwarna hitam sebesar kepalan tangan, melesat dengan kecepatan bagai kilat.
Dan benda itu hanya menyambar lewat di bawah tubuh Pendekar Rajawali Sakti, terus berkelebat ke arah Singa Gurun yang masih tetap duduk bersila. Tapi ketika benda hitam itu hampir menghantam tubuhnya, cepat bagai kilat laki-laki berbaju serba hitam itu melesat tinggi ke atas. Sehingga benda itu hanya menghantam tanah, tempat tadi Singa Gurun duduk bersila tadi.
"Hup!" Tanpa berpaling, Rangga cepat melesat ke atas. Benda itu pun lewat di bawah tubuh Pendekar Rajawali Sakti, lalu berkelebat ke arah Singa Gurun yang masih duduk bersila. Tokoh berkerudung itu pun segera melompat menghindari benda bulat berwarna hitam yang menerjangnya. Seketika itu juga...
Glarrr...!
Terdengar ledakan dahsyat dari tanah yang terbongkar, terhantam benda hitam sebesar kepalan tangan tadi. Bongkahan tanah berdebu yang bercampur dedaunan dan rerumputan berhamburan ke segala arah. Bahkan ledakan itu membuat api unggun yang berada tidak jauh dari situ jadi padam seketika.
Sementara itu, Rangga dan Singa Gurun secara bersamaan menjejakkan kedua kakinya di tanah dengan manis sekali. Sedikit pun tidak timbul suara ketika kaki mereka menjejak tanah. Bisa ditebak ringkat kepandaian yang dimiliki sudah sangat tinggi.
"Keparat...! Selalu saja ada orang yang mengganggu ketenanganku!" geram Singa Gurun murka.
Sementara Rangga sendiri hanya diam saja, dengan pandangan mata beredar ke sekeliling. Tapi tidak ada yang bisa terlihat, selain pepohonan menghitam dan kegelapan yang terselimut kabut tebal. Begitu sunyi, hingga detak jantung terdengar jelas mengusik gendang telinga.
"Siapa kau, Setan! Keluar...!" betak Singa Gurun lantang menggelegar.
"Hikhikhik...!"
Belum lagi menghilang bentakan Singa Gurun dari pendengaran, sudah terdengar suara tawa mengikik kering yang menggema seperti datang dari segala arah. Dan ini membuat Singa Gurun dan Rangga jadi celingukan, mencari arah sumber datangnya tawa itu. Tapi memang sulit dipastikan, karena suara itu menggema di sekeliling mereka.
Kini kedua laki-laki itu cepat memasang sikap waspada. Mereka langsung bisa mengetahui kalau penyerang gelap itu memiliki kepandaian yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Dan belum lagi lenyap suara tawa mengikik yang mengerikan itu, tiba-tiba saja berkelebat sebuah bayangan merah begitu cepat, menyambar langsung ke arah kepala Singa Gurun.
Begitu cepat kelebatannya, membuat Singa Gurun jadi terperangah sesaat. Namun dengan gerakan cepat bagai kilat, tubuhnya langsung melenting berputaran ke belakang. Sehingga sambaran bayangan merah seperti api itu tidak sampai menghantam kepalanya.
"Hap!" Indah sekali Singa Gurun menjejakkan kakinya kembali di tanah. Dan pada saat itu juga, bayangan merah yang menyerang kembali melesat balik, langsung meluruk deras dengan kecepatan tinggi sekali ke arah laki-laki berbaju serba hitam yang wajahnya tidak kelihatan ini. Tapi kali ini Singa Gurun sudah siap menanti serangan. Dan begitu bayangan merah itu dekat, cepat tangan kanannya dikibaskan ke depan sambil berteriak keras menggelegar.
"Yeaaah...!" Bet!
Begitu cepat gerakan itu, hingga benturan pun tidak dapat lagi dihindari. Maka seketika telapak tangan Singa Gurun yang terbuka mengebut ke depan membentur bayangan merah yang menyerangnya, seketika terdengar ledakan keras menggelegar yang sangat dahsyat.
Glarrr...!
Tampak antara Singa Gurun dan bayangan merah itu sama-sama terpental ke belakang sejauh dua batang tombak. Tapi Singa Gurun cepat menguasai keseimbangan tubuhnya, dan langsung menjejakkan kedua kakinya mantap di tanah berumput ini. Saat itu juga, sekitar empat tombak jauhnya di depannya berdiri seorang perempuan tua berbaju jubah merah panjang dan longgar. Dan di tangan kanannya tergantung sebuah rantai hitam ang berbandul bola baja hitam berduri.
"Hik hik hik...! Kau tidak perlu tahu siapa aku, Singa Gurun. Tapi yang perlu kau tahu, nyawamu sekarang berada di tanganku!" sahut perempuan itu ketus.
Sementara itu, Rangga yang sejak tadi hanya jadi penonton diam-diam membisikan sesuatu pada Singa Gurun menggunakan suara perut. Dan bisikan itu langsung disalurkan ke telinga laki-laki berjubah hitam yang sampai saat ini selubung kain hitam di kepalanya belum juga tersingkap.
"Hati-hati, Ki. Dia itu Perempuan Iblis Dari Neraka. Kepandaiannya sangat tinggi...."
"Hm...," Singa Gurun hanya menggumam saja sedikit, mendapat bisikan dari Pendekar Rajawali Sakti yang berada sekitar dua batang tombak di belakangnya.
Tapi rupanya bisikan Rangga yang sangat pelan itu dapat diketahui wanita tua yang dikenali berjuluk si Perempuan Iblis Dari Neraka. Dan matanya langsung mendelik pada pemuda berbaju rompi putih ini. "Kau jangan ikut campur urusan ini, Bocah!" bentak si Perempuan Iblis Dari Neraka langsung ditujukan pada Rangga
"Hegkh...?!" Rangga jadi tersentak juga mendengar bentakan perempuan tua berjubah merah itu. Sungguh tidak disangka kalau bisikannya yang disalurkan lewat perut bisa juga diketahui.
Sementara Singa Gurun hanya diam saja, menatap Perempuan Iblis Dari Neraka dari balik kain kerudung hitam yang menutupi seluruh kepala dan wajahnya.
Perempuan tua berbaju jubah merah longgar, dengan senjata rahasia berbandul bola besi baja berduri itu memang si Perempuan Iblis Dari Neraka. Dan nama sebenarnya adalah Nyai Rukini. Tapi julukannya lebih dikenal daripada nama aslinya sendiri.
"Maaf, Nyai. Bukannya ingin mencampuri urusanmu. Tapi rasanya tidak pantas kalau menyerang tanpa memberitahu alasannya. Sedangkan orang yang diserang tidak mengenalmu," kata Rangga kalem namun terdengar pedas nada suaranya.
"Keparat..! Kau rupanya ingin mencampuri urusan orang lain, heh?! Phuih...! Kau akan segera mendapat bagian, kalau kepala singa jelek ini sudah kupisahkan dari batang lehernya!" dengus Nyai Rukini kasar.
"Kau terlalu membabi buta, Nyai," desis Rangga jadi dingin nada suaranya.
"Hik hik hik...! Apa urusanmu, heh...?! Aku memang ingin mengirim singa jelek ini ke neraka. Dan lagi tidak pantas dia hidup di dunia ini!" sambung Nyai Rukini itu, bernada mengejek.
"Dia manusia biasa, seperti yang lainnya, Nyai. Kenapa dikatakan tidak pantas hidup? Apa kehidupan manusia di jagad ini ada di tanganmu...? Kau terlalu congkak, Nyai. Aku khawatir, kecongkakanmu itu bisa menjadi senjata makan tuan bagi dirimu sendiri," kata Pendekar Rajawali Sakti memperingatkan.
"Tutup mulutmu, Bocah! Aku tidak ada urusan denganmu!" bentak Nyai Rukini kasar.
Baru saja Rangga akan menyahuti bentakan si Perempuan Iblis Dari Neraka itu, Singa Gurun sudah merentangkan tangan kanannya ke samping. Maka terpaksa Pendekar Rajawali Sakti harus mengatupkan mulutnya kembali yang sudah terbuka. Dia tahu, Singa Gurun tidak ingin perdebatan ini dilanjutkan. Dan memang tujuan Nyai Rukini sebenarnya hanya padanya. Bukan pada Pendekar Rajawali Sakti.
"Nyai! Aku memang dilahirkan tidak seperti manusia lain pada umumnya. Tapi aku tidak pernah mengganggu orang. Apalagi sampai merugikan. Terus terang, aku sendiri tidak mengerti kenapa semua orang memusuhiku...? Malah ingin membunuhku. Juga kau, Nyai. Kenapa...?" Nada kata-kata Singa Gurun seperti bertanya untuk diri sendiri.
Tapi Rangga bisa menangkap adanya keluhan pada nada suara itu. Dan kini sudah bisa diduga seperti apa rupa Singa Gurun sebenarnya. Dan Pendekar Rajawali Sakti juga sudah bisa mengetahui apa permasalahan yang sebenarnya. Rupanya semua orang ingin membunuh Singa Gurun ini karena telah ditakdirkan hidup dengan rupa tidak wajar seperti layaknya manusia. Hanya saja sulit dibayangkan, seperti apa wajah yang selalu tertutup kain hitam itu.
"Kelahiranmu memang sudah tidak disenangi, Singa Gurun. Kau dilahirkan berwajah singa, dan tubuh manusia. Keberadaanmu di atas bumi ini hanya akan menghancurkan manusia. Dan kau akan menjadikan semua orang budak-budakmu belaka. Kau tahu, Singa Gurun... Siapa saja yang bisa membunuhmu, ditakdirkan akan menguasai seluruh jadad raya ini!" sahut Nyai Rukini tegas dan lantang.
"Kau salah, Nyai. Kedatanganku justru bukan sebagai perusak, tapi justru untuk memulihkan kembali dunia yang sudah hancur oleh orang-orang sepertimu. Orang-orang yang berhati iblis!" balas Singa Gurun, tidak kalah tegasnya.
"Phuih! Kalau kedatanganmu membawa kebaikan, lalu apa namanya tindakanmu selama ini, heh...?! Membunuh semua orang yang kau jumpai!"
"Aku hanya membela diri saja, Nyai. Dan merekalah yang menginginkannya begitu. Aku sudah peringatkan, tapi mereka tetap menyerangku. Apa aku salah kalau berusaha membela diri...? Tidak, Nyai.... Aku tidak sejahat seperti yang dikira. Kedatanganku justru akan menyadarkan orang-orang sesat yang hatinya selalu dibisiki kata-kata iblis..."
"Cukup...! Kau terlalu banyak bicara, Singa Gurun! Sekarang tunjukkan kepandaianmu!" bentak Nyai Rukini, cepat memutuskan kata-kata Singa Gurun.
Laki-laki berbaju serba hitam itu mengangkat bahunya sedikit. Tanpa dijelaskan lagi, sudah diketahuinya kalau si Perempuan Iblis Dari Neraka itu sudah membuka tantangan terbuka padanya. Dan memang Singa Gurun pantang menghindari tantangan apa pun juga yang harus disambut, walaupun nyawa taruhannya.
"Kau sudah memulainya lebih dulu, Nyai. Aku tidak bisa menghindari tantanganmu. Silakan, Nyai. Serang aku...," sambut Singa Gurun kalem.
"Phuih!" Nyai Rukini sengit sekali menyemburkan ludahnya. Sejenak ditatapnya tajam-tajam Pendekar Rajawali Sakti yang masih berada tidak jauh dibelakang Singa Gurun.
Dan tampaknya, Rangga tahu arti tatapan mata yang sangat tajam itu. Perlahan kakinya ditarik ke belakang menjauh. Sementara Singa Gurun sendiri tetap berdiri tegak sambil menyilangkan kedua tangan di depan dada.
Dan saat Rangga sudah berada cukup jauh jaraknya dari Singa Gurun, Nyai Rukini mulai melangkah mendekati dengan kaki bergeser menyusur tanah berumput yang basah oleh embun. Tatapan matanya kini menyorot tajam, bagai hendak menembus kain selubung hitam yang menutupi seluruh kepala dan wajah laki-laki di depannya ini.
"Hiyaaat...!" Tiba-tiba saja Nyai Rukini melompat cepat sekali, sambil berteriak nyaring melengking tinggi. Dan dengan kecepatan kilat juga, senjata rantainya yang berbandul bola besi berduri dilontarkan tepat ke bagian kepala Singa Gurun.
"Haiiit...!"
Tapi Singa Gurun yang memang sudah siap menerima serangan sejak tadi manis sekali bisa menghindarinya, hanya dengan mengegoskan kepala sedikit saja. Namun pada saat itu juga, Nyai Rukini sudah melepas satu tendangan menggeledek yang sangat cepat sambil memutar tubuhnya sedikit.
"Hap!" Cepat-cepat Singa Gurun melompat ke belakang dua langkah membuat tendangan Nyai Rukini tidak mengenai sasaran.
Tapi tampaknya Perempuan Iblis Dari Neraka ini tidak mau berhenti sampai di situ saja. Kembali cepat diserangnya Singa Gurun dengan mengurung setiap ruang geraknya. Sementara senjata rantainya yang berbandul bola berduri itu juga terus mengurung laki-laki berbaju serba hitam itu. Setiap lontarannya menimbulkan suara menderu bagai badai, disertai hempasan angin kuat dan berhawa panas membakar. Sehingga membuat Singa Gurun terpaksa harus berjumpalitan, menghindari setiap serangan datang.
Serangan demi serangan terus mengalir cepat. Dan tanpa terasa, mereka sudah bertarung lebih dari lima jurus. Tapi belum ada satu serangan pun yang membuat Singa Gurun jadi terdesak. Gerakan-gerakan Singa Gurun memang sungguh cepat luar biasa. Hingga, Nyai Rukini jadi kesulitan untuk bisa mendesaknya. Dan serangannya pun semakin ditingkatkan dengan dahsyat.
"Mampus kau! Hiyaaat..!" Sambil membentak nyaring, Nyai Rukini cepat melompat sedikit sambil mengebutkan senjata rahasianya lurus ke depan.
Begitu cepat serangannya, membuat Singa Gurun tidak punya kesempatan lagi menghindari, kecuali menangkap. Maka cepat sekali kedua tangannya dikebutkan ke depan dada. Hingga....
Tap! Cring...!
"Ikh...?!" Nyai Rukini jadi terpekik kaget setengah mati, ketika senjatanya bisa ditangkap kedua telapak tangan lawannya yang merapat tepat di depan dadanya. Dan belum lagi rasa keterkejutannya lenyap, tiba-tiba saja Singa Gurun sudah melesat cepat bagai kilat sambil melepaskan satu tendangan menggeledek yang sangat dahsyat.
"Hiyaaat...!" Begitu cepat serangan balik Singa Gurun, membuat Nyai Rukini tidak dapat lagi menghindarinya. Terlebih senjatanya masih berada dalam jepitan kedua tangan lawannya. Dan...
Begkh!
"Akh...!" Nyai Rukini jadi memekik, begitu tendangan Singa Gurun yang disertai pengerahan tenaga dalam tinggi tepat menghantam dadanya. Seketika perempuan tua itu jadi terjungkal ke belakang sejauh dua batang tombak. Lalu keras sekali tubuhnya menghantam tanah, membuat pekikan yang agak tertahan kembali terdengar.***
KAMU SEDANG MEMBACA
136. Pendekar Rajawali Sakti : Singa Gurun
ActionSerial ke 136. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.